obat pelancar haid

Haid yang lancar akan selalu menjadi impian para wanita karena mengartikan bahwa kesehatan rahimnya terjaga. Apakah kamu pernah mengalami siklus haid yang tidak lancar dan sering terlambat? Bila ya, sekarang ini sudah banyak pilihan obat pelancar haid yang dijual di pasaran.

Tak heran, obat pelancar haid ini cukup laku dan banyak dicari karena proses haid yang teratur berkaitan erat dengan kesehatan reproduksi wanita. 

Jika memang tidak lancar, biasanya hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini.

  1. Ketidakseimbangan hormon, seperti fluktuasi estrogen dan progesteron yang bisa mengganggu pertumbuhan dan pelepasan endometrium secara teratur, sehingga memengaruhi ketepatan dan lamanya siklus.
  2. Stres fisik atau emosional yang berlebihan karena dapat memengaruhi produksi hormon dalam tubuh.
  3. Kenaikan atau penurunan berat badan yang signifikan karena nutrisi dan lemak tubuh yang tidak seimbang bisa mengganggu ovulasi dan mengakibatkan ketidakteraturan menstruasi.
  4. PCOS atau kondisi di mana ovarium menghasilkan lebih banyak hormon pria (androgen) daripada yang seharusnya.
  5. Gangguan tiroid.

Nah, bila kamu pernah atau sedang mengalami haid yang tidak teratur, maka salah satu cara yang bisa dicoba adalah mengonsumsi obat pelancar haid. Yuk cari tahu apa saja pilihan terbaik dan efek sampingnya!

Pilihan obat pelancar haid dan aturan minumnya

Sesuai namanya, obat pelancar haid dikonsumsi agar periode menstruasi lancar. Ada beberapa jenis obat yang bisa kamu pilih, seperti:

  • Pil KB

Jika mengonsumsi pil KB yang mengandung estrogen dan progestin, cara kerjanya dengan memberikan dosis hormon tersebut secara teratur ke dalam tubuh.

Sebab, estrogen dapat membantu menstabilkan lapisan rahim (endometrium) dan progestin mencegah pelepasannya. 

Dengan demikian, pil KB membantu mengatur siklus haid dan membuat menstruasi lebih teratur. Kamu bisa meminum 1 pil setiap hari selama tiga minggu berturut-turut agar bisa haid di minggu keempat.

  • Progestin 

Selain itu, ada pula jenis obat progestin yang bekerja dengan menghambat pelepasan hormon luteinizing (LH) karena memicu ovulasi.

Tanpa ovulasi, lapisan endometrium tidak tumbuh dan akhirnya tidak dilepaskan, sehingga bisa mengatur siklus haid. Aturan minum obat progestin adalah 1 pil setiap harinya.

  • Gonadotropin

Pilihan obat pelancar haid selanjutnya adalah gonadotropin. Obat ini digunakan untuk merangsang ovarium agar bisa menghasilkan dan melepaskan sel telur (ovulasi). 

Obat ini bekerja dengan meningkatkan produksi hormon luteinizing (LH) dan hormon folikel-stimulasi (FSH) yang membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium. Namun, jenis obat ini hanya tersedia dalam bentuk suntikan.

  • Metformin

Obat metformin bisa dikonsumsi untuk kamu yang jadwal menstruasinya tidak lancar dikarenakan sindrom PCOS.

Sebab, metformin dapat membantu mengurangi produksi hormon androgen yang berlebihan, sehingga bisa mengembalikan fungsi ovarium jadi normal dan memperbaiki ketidakteraturan haid.

Untuk aturan minumnya, obat metformin harus berdasarkan petunjuk dokter. Jadi, sebaiknya kamu berkonsultasi dulu.

  • Klomifen 

Terakhir, kamu juga bisa mengonsumsi klomifen sebagai obat pelancar haid karena bisa menghambat kinerja estrogen. Aturan umum obat klomifen adalah 50 mg untuk 1 kali dalam sehari.

Efek samping obat pelancar haid

Selain efektivitasnya, tentu setiap obat memiliki efek samping tersendiri. Kamu harus mewaspadai beberapa efek samping yang mungkin terjadi, seperti berikut ini.

  1. Gangguan pencernaan
  2. Sakit kepala
  3. Perubahan suasana hati
  4. Perubahan berat badan

Jika haid kamu memang tidak lancar, sebenarnya lebih disarankan untuk menemui dokter dan langsung berkonsultasi. Nantinya, dokter kemungkinan akan menyarankan untuk cek USG agar mengetahui kondisi rahim. 

Namun, rata-rata obat pelancar haid yang memang dianjurkan masih aman untuk kamu konsumsi selama dosisnya sesuai.

Hanya saja, kamu bisa coba melancarkan haid di setiap bulan dengan mengubah gaya hidup jadi lebih sehat dan teratur.


Penulis: Nabila Ramadhani

Share artikel ini
Reference