cek darah untuk ibu hamil

Ibu hamil perlu melakukan tes darah atau pengambilan darah rutin di laboratorium. Hal ini sangat penting karena akan membantu memeriksakan apakah ibu hamil tersebut mengidap penyakit tersebut atau tidak.

Penyakit yang dimaksud seperti infeksi atau kekurangan darah, atau kelainan pada bayi. Untuk mendeteksi apakah ada masalah selama kehamilan, pemeriksaan rutin dan tes darah sangat tepat untuk ibu hamil. Hal ini dilakukan untuk menghindari kondisi yang tidak diinginkan.

Sebelum melakukan tes darah, ibu harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk menjalani tes darah. Lantas, kapan waktu yang tepat untuk memeriksakan darah ibu hamil? Yuk cari tahu selengkapnya di bawah ini!

Mengapa perlu cek darah untuk ibu hamil?

Pemeriksaan darah yang dilakukan pada ibu hamil bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu hamil dan janin secara umum dan menyeluruh. Biasanya pemeriksaan akan dimulai saat usia kehamilan memasuki usia 15-20 minggu.

Salah satu tes yang paling umum adalah AFP (alpha fetoprotein). Tingkat AFP dipantau untuk memastikan sumsum tulang belakang janin tidak terganggu.

Selain itu, tes darah rutin yang dilakukan selama kehamilan dapat mencegah masalah kesehatan yang lebih besar. Mendeteksi potensi penyakit atau infeksi sedini mungkin dapat membantu menentukan pengobatan terbaik agar masalah tersebut tidak membahayakan ibu atau janin.

Jenis cek darah untuk ibu hamil

Jenis cek darah ibu hamil

Berikut ini pemeriksaan darah ibu hamil yang perlu kamu ketahui, antara lain:

1. Tes golongan darah, antibodi, dan faktor rhesus

Untuk mengetahui golongan darah yang kamu miliki, apakah itu darah (a, B, AB, atau O) dan darah ibu hamil (Rhesus negatif atau positif) perlu dilakukan tes golongan darah.

Fungsi ini untuk jika rhesus berbeda dengan bayi, maka diperlukan suntikan imunoglobulin untuk menghambat pertumbuhan antibodi yang dapat membahayakan bayi.

2. Tes darah lengkap

Tes darah lengkap dilakukan untuk mengetahui berapa banyak hemoglobin dalam sel darah merah ibu hamil, apakah normal atau sangat rendah, yang dapat mengindikasikan bahwa ibu mengalami anemia.

Ini juga dilakukan untuk menghitung jumlah sel darah putih pada ibu hamil. Jika sel darah putih meningkat, maka wanita hamil kemungkinan besar mengalami infeksi.

3. Tes gula darah

Dokter biasanya akan menganjurkan ibu hamil untuk menjalani tes gula darah lebih awal pada kehamilan trimester kedua atau pada ibu hamil yang kelebihan berat badan, ibu hamil yang telah melahirkan anak dengan berat 4,5 kilogram dan yang pernah mengalami diabetes gestasional.

4. Tes kekebalan terhadap Rubella (Campak Jerman)

Ibu hamil yang terkena campak rubella pada awal kehamilan, berpotensi mengalami cacat serius pada janin, keguguran, atau bayi tidak selamat saat lahir.

Oleh karena itu, penting untuk melakukan tes kekebalan terhadap rubella untuk mengetahui kekebalan ibu hamil terhadap virus tersebut. Jika belum terkena virus ini, ibu hamil disarankan untuk tidak berada di dekat mereka yang terinfeksi rubella.

5. Tes HIV

Wanita hamil yang terinfeksi HIV yang menyebabkan AIDS dapat ditularkan kepada bayinya yang belum lahir selama kehamilan, saat melahirkan, atau selama menyusui.

Indonesia merupakan tempat dengan kasus HIV tertinggi yang terjadi pada ibu hamil dan paling dianjurkan untuk melakukan tes HIV. Jangan takut untuk mengikuti tes ini.

Fasilitas kesehatan tempat dilakukan tes HIV dijalankan untuk memberikan layanan VCT dan menjaga kerahasiaan status pasien. Jika ternyata HIV positif, dokter akan segera melakukan penanganan medis agar bayi tidak tertular.

6. Tes Sifilis

Ibu hamil yang biasa melakukan hubungan seks sangat rentan terkena penyakit menular seksual, karena itu dianjurkan untuk menjalani tes sifilis. Jika hal ini ditangani akan mengakibatkan cacat pada bayi, bahkan bayi bisa meninggal.

Dokter akan memberikan antibiotik penisilin untuk mengobati sifilis dan agar janin tidak tertular.

7. Tes Hepatitis B

Perlu diketahui bahwa virus ini dapat menyebabkan penyakit hati yang serius. Virus ini bisa menular ke janin. Bayi yang terinfeksi virus ini bisa hidup lama dan menderita penyakit liver nantinya.

Untuk mengetahuinya, ibu hamil harus menjalani tes darah di awal kehamilan dan harus segera menjalani pengobatan jika ternyata terkena virus.

Pastikan yang terpenting saat lahir, bayi dan ibu yang terpapar virus hepatitis B harus diimunisasi sebelum 12 jam setelah lahir.

Sangat penting bagi ibu hamil untuk melakukan tes darah saat memeriksakan diri ke bidan atau dokter. Tekanan darah bisa naik di bulan kesembilan dan bisa menjadi tanda preeklamsia. Preeklamsia harus diobati karena bisa berbahaya bagi ibu dan bayi.

Ibu hamil harus selalu rutin memeriksakan kandungan ke dokter agar kesehatan ibu dan janin tetap terjaga. Seorang suami yang siaga juga dibutuhkan dalam situasi seperti ini.

Kapan harus melakukan tes cek darah untuk ibu hamil?

Ibu hamil umumnya akan melakukan pemeriksaan darah sejak trimester pertama kehamilan. Ini akan dimulai dengan mengetahui jenis golongan darah terlebih dahulu.

  • Tes darah ini akan dilanjutkan pada trimester kedua yang disebut sebagai multiple markers.
  • Akan memberikan informasi tentang risiko bayi memiliki kondisi genetik tertentu atau cacat lahir.
  • Tes darah ini akan berlanjut hingga trimester ketiga kehamilan. Dokter kamu mungkin melakukan pemeriksaan untuk anemia. Apalagi bagi kamu yang mengalami anemia di awal kehamilan.

Selain itu, dokter juga dapat melakukan tes untuk mengetahui kadar zat besi selama kehamilan dan gula darah untuk mencegah diabetes gestasional.

Cek darah untuk ibu hamil juga dapat memperkirakan segala risiko yang dapat mengancam kesehatan bayi yang dikandungnya saat masih dalam kandungan atau saat beranjak dewasa.

Share artikel ini
Reference