Cari Tahu Proses Oogenesis Alias Pembentukan Sel Telur Wanita
Proses oogenesis ini melalui tahapan yang cukup panjang dan luar biasa, membuat kita memahami betapa luar biasanya cara kerja tubuh seorang perempuan, bagaimana rumah awal kita terbentuk, dan bagaimana luar biasanya Tuhan menciptakan kita.
Oogenesis adalah proses perkembangan gamet betina (juga disebut ovum atau telur), yang terjadi di ovarium.
Proses oogenesis dimulai sebelum kelahiran dan kemudian perkembangan terhenti sampai pubertas. Perkembangan dilanjutkan dengan ovulasi dan langkah terakhir (meiosis II) selesai hanya jika pembuahan terjadi.
Bagaimana proses oogenesis terjadi?
Terdapat beberapa tahap pembentukan sel telur.
Oogonium
Yakni pembentukan sel germinal yang disebut oogonia yang memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi telur matang.
Proses ini dimulai sebelum kelahiranmu. Sebagian besar oogonia ini berdegenerasi sebelum lahir, dan sisanya memasuki meiosis pertama sebagai oosit primer (juga disebut telur yang belum matang).
Oosit primer
Setelah menggandakan materi genetiknya pascakelahiran, oosit primer ditahan pada profase I hingga bertahun-tahun sampai kamu matang secara seksual.
Selama bertahun-tahun tersebut, tidak akan ada oosit primer baru yang akan diproduksi.
Meiosis I
Sel telur yang belum matang kemudian melanjutkan meiosis I (pembelahan sel) dan menghasilkan dua sel anak, masing-masing menerima jumlah kromosom yang sama.
Salah satu dari sel anak akan mendapatkan sitoplasma, semacam zat yang membungkus sel anak. Sel anak yang mendapatkan sitoplasma kemudian ditetapkan sebagai oosit sekunder.
Sel anak lainnya yang tidak memiliki sitoplasma berkembang menjadi badan kutub (polar bodies) I. Badan kutub tidak berfungsi, dan karena itu, berdegenerasi atau memunculkan 2 badan kutub lagi.
Oosit sekunder
Oosit sekunder dilepaskan dari ovarium. Karena masih mengandung dua salinan dari setiap kromosom, sedangkan sel telur yang matang harus memiliki satu set kromosom, maka oosit harus menjalani meiosis kedua.
Oosit sekunder ditahan pada metafase II sampai pembuahan. Jika oosit sekunder tidak dibuahi oleh sperma dalam sehari, ia akan mengalami degenerasi.
Meiosis II
Penetrasi sperma ke dalam oosit sekunder menginduksi pembelahan meiosis kedua. Pembelahan meiosis kedua akhirnya menghasilkan telur yang matang (zigot).
Setengah dari kromosom dipindahkan ke badan kutub II, dan setengah lainnya disimpan oleh ovum dan semua sitoplasma.
Jika pembuahan selesai, zigot mengalami perubahan mitosis lebih lanjut menjadi embrio.
Hormon yang memengaruhi proses oogenesis
Saat proses oogenesis atau pematangan sel telur wanita berhasil, hal ini yang membuat kamu mengalami ovulasi setiap bulannya. Perlu diketahui pula bahwa saat mengalami ovulasi, hanya akan ada satu sel telur saja yang matang.
Proses oogenesis ini juga bisa terjadi karena pengaruh hormon lainnya yaitu hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone).
Hormon FSH merangsang pertumbuhan folikel di ovarium (indung telur) sebelum pelepasan sel telur pada proses oogenesis. Sementara hormon LH memicu terjadinya ovulasi atau pelepasan sel telur dari indung telur.
Gangguan pada proses oogenesis
Baik oogenesis maupun spermatogenesis (proses pembentukan sperma), memiliki alur masing-masing.
Jika terdapat gangguan pada tahapan-tahapan tersebut, maka akan terjadi gangguan pada pembentukan jenis kelamin dan organ reproduksi janin.
Berikut adalah beberapa kondisi atau penyakit yang bisa terjadi akibat kelainan gametogenesis:
Kelainan morfologi
Pada kondisi ini, terdapat kelainan bentuk dari sel-sel reproduksi. Pada wanita, kelainan morfologi dapat terjadi pada sel telur yang gagal berkembang.
Kondisi ini bisa membuat embrio atau bakal janin sulit terbentuk atau terjadinya berbagai masalah kehamilan, misalnya kehamilan kosong dan keguguran.
Sementara itu, pada pria, kelainan ini bisa berupa bentuk spermatozoa yang abnormal, misalnya sel sperma yang memiliki 2 ekor atau 2 kepala.
Jika jumlah sel sperma abnormal melebihi 20% dalam air mani ketika ejakulasi, hal ini bisa menyebabkan pria mengalami gangguan kesuburan atau infertilitas
Kelainan kromosom
Kelainan kromosom dibagi menjadi dua, yaitu kelainan pada kromosom autosom yang berperan dalam menentukan ciri fisik janin dan kelainan pada kromosom seks yang menentukan jenis kelamin.
Jumlah kromosom normal manusia adalah 46 yang terbagi menjadi 23 pasang. Masing-masing pasang ini diperoleh dari gen ayah dan ibu.
Kelainan pada kromosom autosom bisa terjadi karena kekurangan kromosom menjadi 45 atau disebut monosomi, atau karena kelebihan kromosom menjadi 47 atau disebut trisomi.
Sementara itu, normalnya jenis kelamin seseorang ditentukan dari gen kromosom XX untuk perempuan dan XY untuk laki-laki.
Kelainan pada kromosom seks terjadi ketika ada sel-sel yang tidak mendapat kromosom seks, sementara yang lain memiliki 2 kromosom seks pada saat pembelahan.
Kelainan gametogenesis ini bisa menimbulkan berbagai gangguan genetik, misalnya sindrom XXY atau sindrom Klinefelter pada pria dan sindrom 45 X atau sindrom Turner pada wanita.
Umumnya kondisi ini sudah bisa terdeteksi saat janin masih dalam kandungan melalui pemeriksaan genetik atau tes DNA. Namun, terkadang sebagian kasus kelainan gametogenesis juga ada yang baru terdeteksi setelah seseorang beranjak dewasa atau pada anak-anak.
Oleh karena itu, untuk menentukan apakah kamu, pasangan, atau buah hati memiliki kelainan gametogenesis, sebaiknya periksakan diri ke dokter dan lakukan tes kesehatan, agar dokter dapat melakukan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.