Rambut Mulai Menipis di Usia Muda? 11 Penyebab Kebotakan Dini
Kebotakan dini sering ditandai dengan penipisan rambut terutama di bagian ubun-ubun. Penyebab kebotakan dini pun beragam.
Jika dijelaskan secara singkat, setiap helai rambut duduk di lubang kecil (rongga) di kulit yang disebut folikel. Ketika folikel rambut menyusut dari waktu ke waktu, rambut yang dihasilkan lebih pendek dan lebih halus. Akhirnya, folikel tidak menumbuhkan rambut baru dan menyebabkan kebotakan.
Jika folikel tetap terbuka yang menandakannya tetap hidup, rambut baru masih punya peluang untuk tumbuh. Lantas bagaimana perawatan dan pencegahannya? Jawabannya bisa kamu temukan di bawah ini.
11 Penyebab kebotakan dini
Adalah normal kehilangan sekitar 100 helai rambut dari kepala per hari. Tetapi kehilangan lebih banyak bisa berarti rambutmu mulai menipis, dan inilah saatnya untuk berkonsultasi dengan dokter kulit sebelum menjadi botak seutuhnya.
Biasanya, kita menganggap kebotakan sebagai kondisi yang mengganggu pria yang lebih tua, tetapi ada banyak jenis dan penyebab kerontokan rambut yang dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia atau jenis kelamin, kapan pun.
Jenis kerontokan rambut seseorang menentukan area kulit kepala mana yang terpengaruh – apakah rambut keluar dari akar atau patah di tengah dan apakah kerontokan rambut dapat dipulihkan. Seorang dokter kulit dapat mendiagnosis jenis kerontokan rambut dengan pemeriksaan, dan biopsi kulit kepala dapat dilakukan untuk klarifikasi.
Ada banyak penyebab kebotakan dini, di antaranya:
Penggunaan produk penata rambut yang berlebihan, seperti pengeriting rambut, pewarna, gel, dan relaksan
- Gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia
- Diet ketat yang tidak menyediakan cukup protein atau zat besi
- Persalinan
- Operasi besar
- Demam tinggi
- Infeksi
- Telogen effluvium, atau kerontokan rambut akibat stres secara tiba-tiba
- Kondisi autoimun, seperti Lupus
- Gangguan tiroid
- Trichotillomania, gangguan mencabut rambut
- Pil KB juga terkadang dapat menyebabkan penipisan rambut jika mereka sudah memiliki kecenderungan genetik terhadap kerontokan rambut hormonal.
Memiliki riwayat keluarga dengan pola kerontokan rambut dapat meningkatkan risiko kerontokan rambut hormonal. Jika kamu melihat rambutmu menipis, mengunjungi dokter kulit lebih awal untuk memulai perawatan adalah cara terbaik untuk mempertahankan rambut dan menumbuhkan kembali rambut yang hilang.
Kebotakan pada pria
Kebotakan pada pria terkait dengan gen dan hormon seks mereka. Pola khas kebotakan pria dimulai dari garis rambut. Garis rambut secara bertahap bergerak mundur (surut) dan membentuk “M”.
Area melingkar di bagian belakang kepala (vertex) sering menipis dan membesar seiring waktu. Akhirnya rambut menjadi lebih halus, lebih pendek, dan lebih tipis, dan menciptakan pola rambut berbentuk U (atau tapal kuda) di sekitar sisi kepala dan area botak di bagian belakang kepala.
Kebotakan pada wanita
Alasan kebotakan pada wanita masih belum dapat dipahami dengan baik, tetapi mungkin terkait dengan hal-hal berikut:
- Penuaan
- Perubahan kadar androgen (hormon yang dapat merangsang fitur laki-laki)
- Riwayat keluarga dengan pola kebotakan pria atau wanita
- Kehilangan banyak darah selama periode menstruasi
- Obat-obatan tertentu, seperti kontrasepsi oral estrogenik
Penipisan rambut perempuan berbeda dengan pola kebotakan pria. Kerontokan rambut jarang berkembang menjadi kebotakan total atau hampir total, seperti yang mungkin terjadi pada pria.
Dalam pola kebotakan wanita rambut menipis terutama di bagian atas dan mahkota kulit kepala. Biasanya dimulai dengan pelebaran melalui bagian tengah rambut.
Pola kerontokan ini dikenal dengan pola pohon Natal. Garis rambut depan tetap tidak terpengaruh kecuali resesi normal, yang terjadi pada semua orang seiring berjalannya waktu.
Jika penyebabnya adalah peningkatan androgen, rambut di kepala lebih tipis sedangkan rambut di wajah lebih kasar. Jika kebotakan mulai jelas, segera temui dokter kulit.
Jika kamu sudah menemukan gejala kebotakan dini, jangan dulu khawatir dan panik. Berikut adalah cara-cara yang bisa kamu coba.
1. Perawatan Medis
Langkah pertama pengobatan kebotakan dini adalah melakukan pemeriksaan ke dokter. Dokter akan melakukan tes pada kulit kepalamu dan mendiagnosis penyebab kebotakan. Dokter juga akan melakukan tes yang memeriksa kadar tiroid dan hormon. Perawatan kemudian didasarkan pada penyebab rambut rontok.
Biasanya, dokter menyarankan suplemen zat besi, seng, dan biotin untuk mengendalikan kerontokan rambut. Obat umum lainnya yang digunakan untuk rambut rontok termasuk minoxidil, asam azelaic dan finasteride. Dalam kasus alopecia areata, dokter mungkin memberikan suntikan steroid.
2. Operasi Transplantasi Rambut
Jika kamu menghadapi kebotakan dini dan pengobatan medis tidak membuahkan hasil, maka transplantasi rambut adalah pilihan terakhir. Operasi ini dilakukan pada kulit kepala untuk mentransplantasikan rambut baru.
Cara ini memiliki tingkat keberhasilan yang lebih baik daripada produk restorasi rambut manapun. Tetapi transplantasi rambut adalah prosedur yang mahal dan memakan waktu. Pilih ahli bedah transplantasi rambut ahli untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
3. Pengobatan Rumahan
Pengobatan rumahan tidak benar-benar menghentikan kebotakan dini tetapi dapat memperlambat kerontokan rambut. Telur, jus bawang, kembang sepatu, gooseberry sangat bagus untuk mengendalikan kerontokan rambut.
Kamu bisa membuat pasta dari bahan-bahan ini dan mengoleskannya ke kulit kepala. Kamu juga bisa menggunakan minyak rosemary, minyak kelapa, viviscal dan ginseng. Ini dikenal untuk pertumbuhan kembali rambut.
Jangan abaikan tanda-tanda kebotakan dini. Jika kamu melihat gejala apa pun, konsultasikan dengan dokter. Pengobatan tahap awal akan membantu menyembuhkan kondisi tersebut dengan lebih efektif.
Gunakan produk alami dan hindari produk perawatan rambut berbahan kimia, alat penata rambut, dan pemanas sebanyak yang kamu bisa. Yang terpenting adalah jaga kesehatan secara keseluruhan.
Jika kamu sedang mengonsumsi obat tertentu dan melihat rambut rontok secara tiba-tiba, tanyakan kepada dokter. Ini bisa menjadi efek samping dari obat. Mintalah dokter untuk memberikan pengobatan alternatif.
—
Penulis: Rahmadina Firdaus