toxic relationship

Tidak sedikit pasangan tidak menyadari bahwa mereka terjebak dalam hubungan beracun atau toxic relationship. Padahal ada banyak contoh toxic relationship yang mungkin sedang mereka jalani. Hubungan beracun ini dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental.

Yuk, ketahui lebih lanjut mengenai hubungan beracun ini. 

Apa itu toxic relationship?

Toxic relationship kerap kali ditandai dengan hubungan yang merusak antar pasangan dimana dapat melibatkan kecemburuan, dominasi, posesif, manipulasi, hingga keegoisan. 

Toxic relationship sendiri adalah istilah untuk menggambarkan sebuah hubungan yang tidak sehat dan berdampak buruk bagi mental dan fisik. Hubungan beracun ini bukan hanya terjadi pada sepasang kekasih namun dalam pertemanan dan keluarga. 

Arti Mimpi Pacar Selingkuh Menurut Psikologi, Beneran Selingkuh?

Beberapa perilaku yang kerap menggambarkan toxic relationship adalah:

  • Egois dan menuntut, berperilaku seolah-olah memiliki kekuasaan atas diri pasangan.
  • Menunjukan dominasi, misalnya pada hubungan orang tua dan anak  yang menggunakan alasan bahwa orang tua memiliki dominasi sedangkan anak hanya menurut.
  • Menggunakan paksaan atau manipulasi emosional untuk mendapatkan apa yang diinginkan
  • Menggunakan alasan cinta untuk memaksakan kehendaknya.

Contoh toxic relationship

Contoh toxic relationship

Berikut beberapa contoh toxic relationship:

1. Pasangan merendahkan perasaan yang kamu alami

Misalnya, jika kamu mengungkapkan ketidaksukaan, pasangan mengatakan “kamu jadi sensitif banget sekarang”

2. Menyalahkan kamu atas masalah yang disebabkan

Pasangan menjadikan kamu sebagai kambing hitam atas kesalahan yang ia lakukan. Ia akan berkelit untuk mencoba menyalahkan kamu atas sesuatu yang dilakukannya. Misalnya, jika ia berselingkuh ia akan menyalahkan kamu sebagai penyebab perselingkuhannya. 

3. Menjauhkan kamu dari teman dan keluarga

Pasangan dapat membatasi kamu untuk menjauh dari teman bahkan keluarga. Misalnya, jika kamu ingin pergi dengan teman, pasangan akan melarang dengan alasan yang bermacam-macam. Contohnya, “aku mau ajak jalan kamu di hari itu, masa kamu pergi dengan teman-teman kamu, harusnya kamu pergi sama aku” 

Kejadian ini terjadi berulang hampir setiap kamu memiliki rencana dengan teman atau keluarga. 

4. Playing victim

Pasangan yang toxic juga dikenal sering playing victim atau berperan sebagai korban. Jika kamu mengungkapkan perasaan kamu tentang sesuatu, mereka akan mencari cara yang membenarkan bahwa ia hanyalah korban, sedangkan kamu pelaku yang membuat hubungan menjadi berantakan. 

5. Kamu lebih banyak stres, cemas dan merasa khawatir

Hubungan toxic relationship juga akan menyebabkan kamu lebih banyak stres, cemas dan merasa khawatir. Pasalnya, kamu kerap dikendalikan, dilarang, dan dipengaruhi dengan kata-kata negatif yang membuat kamu tertekan. 

6. Mengendalikan pasangan

Contoh toxic relationship selanjutnya adalah pasangan kamu sangat mengendalikan kamu. Misalnya, mereka mengatur apa yang boleh dan tidak boleh kamu lakukan, dan apa yang boleh tidak boleh kamu lakukan di media sosia, dan terlalu mengatur berbagai hal yang sebenarnya sangat tidak diperlukan. Semua langkah dan tindakan kamu ditentukan olehnya. 

Bagaimana cara keluar dari hubungan toxic

Mengakhiri hubungan yang toxic memang tidaklah mudah. Namun, ada beberapa hal yang bisa membantu kamu cepat terlepas dari hubungan beracun ini. 

1. Jujur dengan apa yang kamu rasakan

Terjebak dalam hubungan beracun seperti contoh toxic relationship di atas tentu tidaklah nyaman. Langkah pertama adalah beranikan diri untuk mengungkapkan apa yang kamu rasakan. Jangan terpengaruh dengan omongan matipulatifnya. 

Gaslighting Adalah Tren Kencan Yang Manipulatif, Hati-Hati!

2. Ini bukanlah salah kamu

Orang yang toxic mungkin akan menyalahkan kamu ketika kamu mengungkapkan apa yang kamu rasakan. Namun, ingatlah ini bukanlah salah kamu. Kamu adalah orang yang dikendalikan dan ditekan bukan sebaliknya. Dengan menyadari bahwa ini semua bukan salah kamu, kamu tidak akan merasa bersalah dan tidak mudah dipengaruhi oleh kata-katanya. 

3. Minta dukungan dari teman dan keluarga

Ingatlah bahwa kamu tidak sendiri, jika kamu merasa kesulitan dengan perasaan yang kamu rasakan saat ini, jangan ragu untuk meminta dukungan dari orang terdekat. Ungkapkan bagaimana hubungan kalian, Teman dan keluarga mungkin dapat membantu mencari solusi untuk dapat keluar dari hubungan beracun tersebut. 

4. Kamu pantas mendapatkan yang lebih baik

Pada hubungan yang berjalan cukup lama, mungkin cukup berat untuk mengakhiri sebuah hubungan. Namun, ingatlah bahwa kamu berhak mendapatkan pasangan yang lebih baik. Kamu berhak mendapatkan pasangan yang akan membantumu berkembang, bukan mengendalikan kamu sesuai dengan keinginannya. 

5. Persiapkan rencana mandiri

Mengakhiri hubungan beracun ini memang tidak mudah. Apalagi, pasangan kerap menjauhkanmu dari keluarga, teman, dan membatasi kegiatan dan pekerjaan kamu sehingga kamu hanya bergantung padanya. 

Jadi, jika kamu akan mengakhiri hubungan ini, buatlah rencana hidup mandiri dengan matang. Untuk pasangan yang sudah menikah, kamu bisa pikirkan tempat tinggal, sumber penghasilan dan lainnya. Begitu pun untuk kamu yang terjebak dalam hubungan beracun dalam keluarga. 

6. Minta bantuan profesional

Bantuan profesional dapat membantu menguatkan sisi emosional kamu. dan menghentikan sikap menyalahkan diri sendiri seperti yang kebanyakan korban toxic relationship banyak alami. 

7. Putus semua kontak 

Pasangan yang toxic dapat menggunakan segala cara untuk membuat kamu kembali, bahkan memanipulasi kamu. Ini sebabnya, penting untuk memutuskan kontak dengannya. Kamu bisa mengganti nomor telepon mu atau block orang tersebut dari berbagai media sosial sehingga ia tidak lagi dapat mempengaruhi mu. 

Dampak dari hubungan toxic 

Saat ternyata beberapa contoh toxic relationship ternyata juga kamu alami. Ada baiknya untuk menghentikan hubungan beracun tersebut.

Ada banyak alasan mengapa kamu sebaiknya mengakhiri hubungan beracun. Pasalnya, ada berbagai dampak negatif dari hubungan toxic ini, seperti:

  • Persahabatan yang memburuk
  • Stres
  • Depresi
  • Kecemasan
  • Perubahan tidur
  • Performa buruk di tempat kerja atau sekolah
  • Komunikasi yang buruk dengan orang lain
Share artikel ini
Reference