Ikigai Adalah Cara Hidup Damai Ala Orang Jepang, Yuk Tiru!
Ikigai memiliki empat suku ee-kee-ga-ee. Jika diterjemahkan secara harfiah, iki berarti “kehidupan; hidup” dan kai (diucapkan sebagai gai dalam kasus ini) dapat diterjemahkan sebagai “alasan; kelayakan; bermanfaat; efektif.”
Berkenaan dengan kai, penting untuk dicatat bahwa ada konotasi yang kuat dengan “tantangan”. Istilah tersebut berasal dari kata “hasrat”. Jadi, ikigai adalah kata yang menyiratkan bahwa sesuatu itu berharga bagi kehidupan dan membutuhkan upaya tertentu untuk mengejarnya.
Jadi, ikigai bukan sekedar alasan untuk hidup, tujuan hidup, hidup untuk apa, makna hidup, dan sebagainya. Lebih dari itu, ikigai mencakup hasrat, misi, bakat, dan pekerjaan. Lebih jelasnya, yuk baca di bawah ini!
Apa itu konsep ikigai?
Konsep ikigai dikatakan telah berkembang dari prinsip dasar kesehatan dan kebugaran pengobatan tradisional Jepang. Tradisi medis ini berpendapat bahwa kesejahteraan fisik dipengaruhi oleh kesehatan mental-emosional seseorang dan tujuan hidup.
Psikolog Jepang Michiko Kumano (2017) mengatakan bahwa ikigai adalah kondisi kesejahteraan yang muncul dari pengabdian pada aktivitas yang dinikmati, yang juga membawa rasa kepuasan.
Michiko lebih lanjut membedakan ikigai dari kesenangan sementara (hedonia, dalam pengertian Yunani kuno) dan menyelesaikannya dengan eudaimonia – pengertian Yunani kuno tentang kehidupan yang dijalani dengan baik, yang mengarah ke bentuk kebahagiaan tertinggi dan paling abadi.
Ikigai juga beresonansi dengan terapi perilaku kognitif dalam menjalankan aktivitas yang menghasilkan kesenangan dan rasa penguasaan, khususnya sebagai cara untuk meringankan gangguan depresi.
Penting untuk diperhatikan bahwa ikigai biasanya tidak merujuk hanya pada tujuan pribadi dan pemenuhan hidup seseorang, tanpa memperhatikan orang lain atau masyarakat pada umumnya. Meskipun memiliki beberapa pergeseran makna sejarah pada akhirnya, ikigai memberi makna, tujuan, dan kepuasan dalam hidup, sekaligus berkontribusi untuk kebaikan orang lain.
Konsep ikigai sebagai tujuan hidup dengan dimensi pribadi dan sosial ditangkap oleh diagram ikigai yang terkenal. Diagram ini mencakup bidang tumpang tindih yang meliputi:
- Apa yang kamu sukai
- Apa yang kamu kuasai
- Apa yang dibutuhkan dunia
- Apa kamu bisa dibayar
Komponen inti ikigai
Apa yang kamu sukai
Lingkup ini mencakup apa yang kita lakukan atau alami yang memberi kita kebahagiaan terbesar dalam hidup dan membuat kita merasa paling hidup dan puas. Kamu mungkin suka memasak, bersepeda, menulis novel, melakukan penelitian, jalan-jalan, dan sebagainya.
Yang penting adalah kita membiarkan diri kita berpikir secara mendalam tentang apa yang kita sukai, tanpa mempedulikan apakah kita ahli dalam hal itu, apakah dunia membutuhkannya, atau apakah kita dapat dibayar untuk melakukannya.
Apa yang kamu kuasai
Bidang ini mencakup semua hal yang sangat kamu kuasai, seperti keterampilan yang telah kamu pelajari, hobi yang kamu kejar, bakat yang telah kamu tunjukkan sejak usia dini, dll. Keahlianmu misalnya bermain piano, berbicara di depan umum, olahraga, atau melukis.
Lingkup ini mencakup bakat atau kemampuan, apakah kamu bersemangat tentangnya atau tidak, apakah dunia membutuhkannya, atau apakah kamu dapat dibayar untuk itu.
Apa yang dibutuhkan dunia
Apa yang dibutuhkan dunia mungkin didasarkan pada kesan atau kebutuhanmu yang diungkapkan oleh orang lain. Yang dibutuhkan dunia mungkin mencakup perawatan terampil, guru yang bijak, relawan hari pemilihan, dan lainnya.
Domain ikigai ini terhubung paling jelas dengan orang lain dan berbuat baik untuk mereka, melebihi kebutuhan sendiri.
Apa kamu bisa dibayar
Dimensi diagram ini juga mengacu pada dunia atau masyarakat pada umumnya, yang melibatkan apa yang orang lain bersedia bayar untukmu atau “apa yang akan ditanggung pasar”. Kamu mungkin bersemangat menulis puisi atau sangat pandai dalam panjat tebing, tetapi ini tidak berarti kamu akan dibayar untuk itu.
Apakah kamu dapat dibayar untuk minat atau bakat bergantung pada faktor-faktor seperti keadaan ekonomi, apakah minat/bakatmu diminati, dan sebagainya.
Cara menerapkan ikigai
Dalam buku Little Book of Ikigai, Ken Mogi menyajikan 5 pilar menemukan ikigai:
1. Mulai dari yang kecil → fokus pada detail
Pilar ini dapat dicontohkan: bangun lebih awal di pagi hari atau mengubah rutinitas harian untuk menemukan waktu untuk melakukan apa yang kamu sukai.
Mungkin juga perubahan kecil dalam apa yang kamu lakukan untuk meningkatkan keterampilan atau profesimu. Pada akhirnya, perubahan kecil seperti itu akan menjadi kebiasaan dan mendukung ikigai.
2. Melepaskan diri → menerima siapa dirimu
Salah satu hal terpenting dalam ikigai adalah mengenali siapa dirimu sendiri dan apa yang kamu perjuangkan.
Cara ini tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa pikiran dan tindakanmu tidak akan berubah seiring waktu. Tetapi untuk merangkul diri sendiri dan memberi dirimu izin untuk menjadi diri sendiri, apapun yang terjadi.
3. Harmoni dan keberlanjutan → andalkan orang lain
Semakin banyak kita berbagi dan semakin banyak kita terlibat, semakin banyak kehidupan yang menyenangkan bagi kita semua.
Berusahalah untuk berbicara dengan orang-orang di sekitar bukan tentang tujuan yang kamu miliki, melainkan hasrat yang kamu miliki, hal-hal kecil dalam hidup, dan momen yang kamu hargai.
Berusahalah untuk menciptakan ikatan bersama dengan orang-orang di komunitasmu. Serap energi yang mereka berikan kepada dirimu dan kembalikan dalam bentuk yang sama.
4. Kegembiraan dari hal-hal kecil → hargai kesenangan indrawi
Cobalah untuk menghargai hal-hal dalam hidup yang sering kamu anggap remeh. Temukan apa yang membuatmu merasa nyaman saat melakukannya, lalu fokus untuk melakukannya dengan lebih baik.
Lakukan ini cukup sering dan seperti kebiasaan, kamu akan menemukan dirimu lebih bersyukur atas bakat yang kamu miliki dan orang-orang serta hal-hal di sekitarmu.
5. Berada di sini dan sekarang → temukan aliranmu (flow)
Hargai apa yang kamu bisa melalui indera dan bekerja keraslah untuk selaras dengan kehidupan. Bahkan tindakan sederhana seperti menarik napas dalam-dalam, menahannya, lalu melepaskannya secara perlahan dapat membantu menempatkan dirimu pada kerangka berpikir yang benar.
Entah bagaimana kamu akan menemukan hal-hal yang sedikit lebih jelas ketika melakukannya dan langkahmu selanjutnya akan lebih ‘membumi’.
Setelah menemukan tujuan hidup, itu tidak ada artinya kecuali kamu menindaklanjutinya. Dengan kata lain, tidak ada gunanya bermimpi tentang melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan, dan kemudian tidak melakukan apa-apa.
Nah, berikut ini sepuluh prinsip dalam menerapkan ikigai dalam kehidupan sehari-hari:
- Tetap aktif; jangan berhenti.
- Santai saja.
- Jangan mengisi perutmu saja.
- Kelilingi dirimu dengan teman baik.
- Bersiaplah untuk tahun berikutnya.
- Senyum.
- Berhubungan kembali dengan alam.
- Berterimakasihlah.
- Hidup di saat ini.
- Ikuti ikigaimu!
—
Penulis: Rahmadina Firdaus