Apa Bedanya Brain Fog dan Mom Brain?
Istilah brain fog lebih populer setelah adanya pandemi Covid-19. Hal ini terjadi karena banyak orang yang mulai merasakan efek samping seperti sulit konsentrasi dan mudah lupa setelah pulih dari Covid. Sejak saat itu, lebih banyak penelitian telah dilakukan untuk lebih memahami kondisi ini.
Seiring bertambahnya usia, kita mengalami perubahan fisiologis yang dapat menyebabkan gangguan fungsi otak yang membuat kita membutuhkan waktu lebih lama untuk belajar dan mengingat informasi. Ya, pelupa memang menjadi keluhan umum di antara orang dewasa yang lebih tua.
Namun, lebih dari sekadar lupa, apakah kamu pernah memperhatikan bahwa kemampuan berpikirmu terasa lamban? Jika iya, mungkin kamu mengalami brain fog atau kabut otak. “kabut otak”. Banyak hal yang dapat menyebabkan kecemasan dan kabut otak, termasuk diagnosis kesehatan mental dan penyakit fisik.
Lantas, bagaimana cara mengatasi kondisi ini? Simak selengkapnya untuk menemukan jawabannya!
Apa itu brain fog?
Brain fog berasal dari istilah “brain fag,” frasa yang diciptakan pada 1850 oleh dokter Inggris James Tunstall, menurut penelitian. Tunstall menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan kelelahan mental yang dialami pekerja maupun pelajar sebagai akibat dari belajar dan bekerja berlebihan.
Saat ini, meskipun istilah tersebut telah berubah, brain fog adalah gangguan yang ditandai dengan kebingungan, kelupaan, dan kurangnya fokus. Ini bisa disebabkan oleh terlalu banyak bekerja, kurang tidur, stres, dan menghabiskan terlalu banyak waktu di depan komputer.
Kabut otak sendiri bukanlah kondisi medis melainkan gejala dari kondisi medis lainnya. Ini adalah jenis disfungsi kognitif yang melibatkan:
- Masalah memori
- Konsentrasi yang buruk
- Ketidakmampuan untuk fokus
- Beberapa orang juga menggambarkannya sebagai kelelahan mental
Apa bedanya brain fog dan mom brain?
Jika brain fog lebih sering dialami oleh pekerja dan pelajar yang mengalami kelelahan akibat belajar dan bekerja, mom brain ini biasanya terjadi pada wanita setelah melahirkan.
Seperti yang dilansir dari BSW Health, Dr. Jones memperkirakan bahwa antara 50%-80% pasien pascapersalinan mengalami mom brain yang biasanya berlangsung 2-4 bulan pascapersalinan
Kehamilan memang mengubah banyak hal, tak hanya perubahan fisik, wanita juga mengalami perubahan emosional. Pasalnya, beberapa wanita selama kehamilannya lebih mudah mengalami kelupaan atau kabut otak, yang ditandai dengan masalah ingatan, konsentrasi yang buruk, dan linglung.
Selain adanya perubahan neurobiologis di otak wanita selama dan sesudah kehamilan yang memengaruhi memori verbal dan emosional, ada faktor lain yang berkontribusi terhadap fenomena mom brain, seperti kurang tidur.
Penyebab kabut otak
Kabut otak biasanya berakar pada gaya hidup yang mendorong ketidakseimbangan hormon dan diperburuk oleh stres. Berikut berbagai kemungkinan penyebabnya:
1. Stres
Stres kronis dapat meningkatkan tekanan darah, melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan memicu depresi, ini juga dapat menyebabkan kelelahan mental. Ketika otak lelah tentunya akan menjadi lebih sulit untuk berpikir, bernalar, dan fokus.
2. Kurang tidur
Kualitas tidur yang buruk dapat mengganggu fungsi otak. Itulah alasannya perlu tidur 8 hingga 9 jam per malam. Pasalnya, tidur terlalu sedikit dapat menyebabkan konsentrasi yang buruk dan brain fog.
3. Perubahan hormon
Penelitian yang dilakukan pada 2018 menyebutkan bahwa perubahan hormon juga bisa memicu kabut otak.
4. Diet
Diet juga bisa berperan dalam kabut otak. Vitamin B12 mendukung fungsi otak yang sehat, dan kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan kabut otak.
Jika kamu memiliki alergi terhadap makanan tertentu yang di dalamnya mengandung vitamin B12, maka kemungkinan kamu akan lebih mudah mengalami brain fog.
5. Akibat kondisi medis tertentu
Kondisi medis yang berhubungan dengan peradangan, kelelahan, atau perubahan kadar glukosa darah juga dapat menyebabkan kelelahan mental.
Kondisi lain yang dapat menyebabkan kabut otak meliputi:
- Anemia
- Depresi
- Diabetes
- Sindrom Sjogren
- Migrain
- Penyakit Alzheimer
- Hipotiroidisme
- Penyakit autoimun, seperti lupus , arthritis, dan multiple sclerosis
- Dehidrasi
- Infeksi virus, seperti Covid-19
Bagaimana cara mengatasi brain fog?
Perawatan brain fog tergantung pada penyebabnya. Misalnya, jika kamu menderita anemia, suplemen zat besi dapat meningkatkan produksi sel darah merah dan mengurangi kabut otak.
Jika kamu didiagnosis mengidap penyakit autoimun, dokter umumnya akan merekomendasikan kortikosteroid atau obat lain untuk mengurangi peradangan untuk menekan sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, gaya hidup sehat juga dapat membantu mengatasi brain fog, seperti:
- Menghabiskan lebih sedikit waktu dalam menggunakan komputer dan ponsel
- Berpikir positif untuk mengurangi tingkat stres
- Mengubah pola makan sehat
- Tidur yang cukup 7-8 jam sehari dengan waktu tidur pukul 10 malam
- Olahraga secara rutin
- Hindari alkohol, merokok, dan minum kopi di sore hari
- Menemukan kegiatan yang menyenangkan untuk menghindari berbagai masalah kesehatan mental
Nah, apabila kamu sering lupa dan susah untuk konsentrasi, kamu perlu waspada karena bisa jadi itu merupakan tanda kamu mengalami brain fog. Jika gejala brain fog mengganggu aktivitasmu, sebaiknya segera lakukan konsultasi dengan ahlinya.
Penulis: Silvia Wardatul