Penyakit Sistem Reproduksi Manusia, Wanita Rentan dengan Hal ini
Penyakit sistem reproduksi manusia merupakan kumpulan penyakit yang memengaruhi sistem reproduksi, seperti infeksi, kelainan bawaan, keganasan, dan disfungsi seksual.
Menurut Badan Pusat Statistik, kementerian kesehatan Indonesia mencatat penyakit sistem reproduksi manusia seperti HIV terus meningkat sejak tahun 2010-2019. Hal ini menunjukkan bahwa organ reproduksi manusia dapat menjadi pintu masuknya penyakit.
Selain mengetahui struktur organ reproduksi, kamu perlu mengetahui penyakit apa saja yang dapat menyerang organ reproduksi kamu sehingga penyakit tersebut dapat dicegah bahkan ditangani lebih awal.
Berikut ulasan penyakit pada sistem reproduksi wanita.
Penyakit sistem reproduksi wanita
Sistem reproduksi wanita sendiri terdiri dari ovarium, saluran tuba, rahim, leher rahim, vagina dan struktur di sekitarnya.
Seluruh struktur tersebut rentan mengalami penyakit berbahaya yang sekaligus dapat memengaruhi kehamilan dan kesuburan wanita.
Penyakit sistem reproduksi manusia, terutama wanita, secara umum dibagi menjadi dua yaitu penyakit sistem reproduksi yang disebabkan oleh infeksi dan penyakit sistem reproduksi non-infeksi.
Penyakit infeksi pada sistem reproduksi wanita
Penyakit sistem reproduksi wanita dapat terinfeksi melalui tiga jalur yaitu melalui hubungan seksual, penggunaan jarum suntik atau prosedur medis yang tidak benar, dan pertumbuhan flora normal organ intim yang berlebihan.
Berikut beberapa penyakit sistem reproduksi wanita yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme.
1. Klamidia
Klamidia disebabkan oleh bakteri chlamydia trachomatis yang dapat menyebabkan infeksi kronis saluran tuba atau dinding rahim yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik, infertilitas atau nyeri panggul kronis.
2. Gonore (kencing nanah)
Disebabkan oleh bakteri neisseria gonorrhoeae, infeksi ini menyebabkan keputihan tidak normal, nyeri saat berhubungan seksual,dll. Gonore menyebabkan infertilitas, kehamilan ektopik, dan infeksi mata pada bayi baru lahir.
3. Chancroid
Disebabkan oleh bakteri haemophilus ducreyi, infeksi chancroid tidak menunjukan gejala atau menyebabkan lesi dengan gejala minimal pada dinding vagina atau serviks. Untuk mendiagnosis penyakit chancroid, dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium.
4. Herpes genital
Disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 2, penyakit sistem reproduksi ini terjadi sebagai infeksi primer atau berulang yang dapat timbul dengan atau tanpa gejala. Pada infeksi primer, gejala yang terlihat berupa munculnya ulkus kecil di leher rahim dan vulva pada wanita.
5. Sifilis (raja singa)
Disebabkan oleh treponema pallidum, sifilis ditandai dengan munculnya ulkus primer atau luka yang tidak terasa nyeri.
6. Trikomoniasis
Trikomoniasis ditandai dengan munculnya cairan encer, berbusa, kuning kehijauan dengan bau tidak sedap pada vagina.
7. HPV
Human papilloma viruses (HPV) menyebabkan munculnya kutil di leher rahim, vagina, uretra, dan sekitar anus. Penderita yang terinfeksi HPV rentan terjangkit kanker.
8. Kandidiasis
Muncul dalam bentuk keputihan, penyakit sistem reproduksi kandidiasis disebabkan oleh infeksi jamur candida albicans.
9. Vaginosis bakterialis
Ditandai dengan gangguan flora normal vagina seperti hilangnya laktobasilus, vaginosis bakterialis ditandai dengan munculnya keputihan kental berwarna putih.
10. HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) menyerang sel-sel tertentu dari sistem kekebalan (CD4). HIV akan menghancurkan sel-sel CD4 sehingga tubuh tidak dapat melawan infeksi.
Tingkat keparahan penderita HIV dinyatakan dengan munculnya AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang merupakan tahap terakhir dari infeksi HIV. AIDS menandakan sistem kekebalan seseorang telah rusak.
HIV menular melalui hubungan seks atau penggunaan jarum suntik secara bergantian.
11. Hepatitis B
Tergolong sebagai infeksi menular seksual, hepatitis B ditularkan melalui hubungan seks atau jarum suntik yang terkontaminasi. Infeksi kronis hepatitis B dapat merusak organ hati secara permanen.
Penyakit non-infeksi pada sistem reproduksi wanita
Sementara, penyakit sistem reproduksi wanita non-infeksi meliputi kelainan pada hormon, struktur dan fungsi organ.
1. Endometriosis
Endometriosis terjadi ketika jaringan yang biasanya melapisi rahim tumbuh di tempat lain. Penderita dapat merasakan rasa sakit di perut, punggung bawah atau panggul, kemandulan, dan menstruasi yang sangat berat.
2. Polycystic ovary syndrome (PCOS)
PCOS atau sindrom ovarium polikistik terjadi ketika ovarium wanita atau kelenjar adrenal menghasilkan lebih banyak hormon androgen.
Sindroma ini dapat menghambat ovulasi, terbentuknya kista di ovarium, dan meningkatnya risiko terkena diabetes serta penyakit jantung.
Beberapa gejala PCOS yang dapat kamu temukan:
- Infertilitas
- Nyeri panggul
- Rambut tumbuh berlebihan pada wajah, dada, perut, ibu jari, atau jari kaki
- Kebotakan dan penipisan rambut
- Munculnya jerawat, kulit berminyak, atau ketombe
- Munculnya bercak kulit coklat tua atau hitam yang menebal
3. Fibroid rahim
Sampai saat ini, penyebab terjadinya tumor non-kanker fibroid rahim tidak diketahui. Namun, terdapat beberapa gejala fibroid rahim yang dapat kamu perhatikan yaitu sebagai berikut:
- Menstruasi berat atau menyakitkan
- Perut bagian bawah terasa penuh
- Sering buang air kecil
- Nyeri saat berhubungan seksual
- Nyeri punggung bawah
- Infertilitas
- Keguguran berulang
- Persalinan prematur
Pada beberapa wanita, fibroid rahim tidak menimbulkan gejala oleh karena itu kamu dapat melakukan pemeriksaan rutin di layanan kesehatan.
4. Rahim yang prolaps (rahim turun)
Terjadi karena otot yang menopang rahim mengalami kelemahan sehingga rahim prolaps atau herniasi ke dalam vagina atau menonjol dari lubang vagina.
5. Disfungsi seksual wanita
Meskipun bukan termasuk penyakit sistem reproduksi wanita yang khas, disfungsi seksual wanita terjadi ketika seseorang gagal dirangsang selama hubungan seksual.
Gejala penyakit ini adalah hasrat seksual berkurang, kesulitan dalam gairah, anorgasmia, dan rasa sakit saat berhubungan.
6. Infertilitas wanita
Gangguan pada kesuburan wanita ditandai oleh siklus haid yang tidak teratur atau jarang, menunjukkan adanya gangguan pada ovulasi.
Penyebab terjadinya infertilitas wanita bervariasi disebabkan oleh berbagai penyakit pada sistem reproduksi.
Sebagai contoh, gangguan hormonal, endometriosis, kerusakan pada tuba fallopi dan serviks juga dapat menyebabkan infertilitas.
Berbagai metode yang digunakan untuk menginduksi kehamilan seperti penggunaan obat kesuburan dan operasi dapat membantu fertilisasi sel telur.
7. Kanker pada sistem reproduksi
Kanker pada sistem reproduksi wanita umumnya dipicu oleh infeksi HPV, serta tidak memberikan gejala awal. Terdapat lima kanker ginekologi utama pada organ reproduksi wanita yaitu sebagai berikut:
- Kanker serviks. Sel-sel serviks mengalami perubahan (displasia) atau tumbuhnya sel-sel abnormal di jaringan serviks yang kemudian menyebar ke leher rahim.
- Kanker ovarium. Dimulai dalam ovarium dan dapat menyebar ke dalam panggul dan perut, beberapa gejala kanker ovarium adalah sembelit, nyeri di daerah panggul, penurunan berat badan dan perut kembung.
- Kanker rahim. Merupakan jenis kanker yang terbentuk di otot rahim atau di jaringan yang menopang rahim.
- Kanker vagina. Kanker vagina yang diikuti oleh penyakit lain dapat memberikan tanda awal seperti pendarahan dan keputihan di luar menstruasi, benjolan di vagina, muncul rasa sakit saat buang air kecil, dan sembelit.
- Kanker vulva. Kanker vulva memiliki gejala yang serupa dengan kanker vagina seperti benjolan yang terletak pada vulva, pendarahan di luar menstruasi, serta nyeri di daerah vulva dan rasa gatal di daerah vulva.
8. Kista Ovarium
Ovarium berfungsi dalam perkembangan dan pematangan sel telur selama siklus menstruasi. Kista ovarium dapat terbentuk di permukaan luar atau dalam ovarium.
Meskipun tidak terlalu berbahaya, kista ovarium yang mengandung cairan bisa menjadi masalah serius apabila terpuntir (torsio ovarium) atau pecahnya kista pada rongga perut.
Penyakit pada sistem reproduksi baik infeksi maupun non-infeksi dapat menimbulkan gejala seperti nyeri sekitar panggul, nyeri saat berkemih, keluarnya cairan abnormal dan lain sebagainya yang dapat memengaruhi kesehatan dan kesuburan.
Oleh karena itu, periksakan diri kamu ke dokter apabila kamu mengalami keluhan pada organ intim.
Tidak lupa juga, kesehatan dan kebersihan organ reproduksi tetap perlu dijaga ya.
Penulis: Joselyn Gomulya