ocd penyakit apa

ocd penyakit apa

Gemar bersih-bersih hingga merasa terganggu jika barang yang telah kamu susun dengan rapi di geser oleh kerabat? Mungkin kamu mengalami salah satu gangguan pola pikir yakni OCD.

Bisa terjadi pada siapa saja bahkan pada anak berusia 7 tahun, OCD bisa diatasi dengan melakukan beberapa upaya penanganan. Tapi, apa yang menyebabkan seseorang mengalami OCD dan apakah kondisi ini berbahaya? Mari simak penjelasan berikut ini.

Apa itu penyakit OCD?

Obsessive-compulsive disorder atau OCD adalah pola pikir, ketakutan, atau obsesi yang menyebabkan penderitanya melakukan tindakan berulang (kompulsi). OCD bisa dialami oleh semua orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin tapi, biasanya gangguan mental yang satu ini muncul pada individu berusia 7 hingga 17 tahun.

OCD bukanlah hal yang diasumsikan sebagian besar orang seperti kebiasaan menggigit kuku atau berpikir negatif. Pikiran obsesif dapat berupa angka dan warna tertentu yang dianggap ‘baik’ atau ‘buruk’, sedangkan kompulsif dapat berupa kebiasaan mencuci tangan dalam frekuensi tertentu setelah menyentuh benda yang dianggap kotor.

Biasanya, penderita sadar akan pola pikir mereka tetapi tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol atau melawan obsesi dan kompulsi tersebut. Individu yang memiliki OCD kondisi pemikiran atau perilaku sebagai berikut:

  • Berlangsung minimal selama 1 jam per hari
  • Terjadi diluar kontrol atau kendali
  • Kebiasaan atau perilaku tersebut tidak menimbulkan perasaan senang
  • Mengganggu aktivitas keseharian baik dalam pekerjaan maupun kehidupan sosial

Lalu, apa yang menyebabkan seseorang menderita penyakit OCD?

Apa penyebab penyakit OCD?

Hingga saat ini, penyebab penyakit OCD masih belum diketahui secara pasti. Beberapa teori mengungkap penyakit OCD terjadi karena tiga faktor seperti biologi, genetik, serta lingkungan. Berikut adalah penjelasannya terkait ketiga hal tersebut:

  • Biologis. OCD terjadi karena adanya perubahan kimia alami pada struktur hingga fungsi tubuh dan otak seseorang.
  • Genetik. OCD terjadi karena komponen genetik.
  • Lingkungan. OCD terjadi karena penderita mempelajari atau melihat anggota keluarga melakukan perilaku kompulsif.

Selain beberapa penyebab di atas, ada sejumlah faktor yang bisa memengaruhi penyakit OCD yakni kehidupan yang penuh dengan tekanan atau stress, trauma masa lalu, kekerasan, kerusakan otak, hingga gangguan kesehatan mental lainnya.

Lantas, apa sebenarnya tanda dan gejala yang dimiliki oleh pengidap OCD? Coba simak penjelasannya di bawah ini.

Gejala penyakit OCD

Gejala penyakit OCD terdiri dari 2 jenis yakni obsesif dan kompulsif. Individu yang mengidap OCD dapat mengalami gejala obsesi dan kompulsi sekaligus, atau juga bisa hanya memiliki salah satu gejala entah itu obsesi atau gejala kompulsi.

Obsesi pada penderita OCD berupa pikiran, atau gambaran mengganggu yang muncul secara berulang, konsisten dan mendesak sehingga menyebabkan individu menjadi cemas dan tertekan.

Individu ini kemudian biasanya berusaha mengabaikan atau mengatasinya dengan melakukan suatu ritual atau perilaku yang kompulsif. Pada kasus lain, penderita bahkan mungkin tidak menyadari obsesi dan kompulsi mereka.

Gejala obsesif

Pola pikir obsesi dapat memiliki variasi yang luas, namun beberapa contoh pola pikir obsesif yang umum berupa:

  • Kecemasan atau ketakutan akan kontaminasi kuman, kotoran atau penyakit dari objek yang disentuh
  • Keraguan yang timbul pada penderita untuk memeriksa suatu hal berulang kali secara berlebihan
  • Adanya pikiran terkait kehilangan kendali dan melukai diri sendiri atau orang lain
  • Kekhawatiran atau ketakutan untuk mengatakan sesuatu yang menyinggung orang lain
  • Adanya keinginan untuk menata barang secara teratur atau simetris
  • Merasa stres berlebih saat barang atau objek tidak ditata dalam pola tertentu
  • Adanya kekhawatiran saat ingin membuang atau menyingkirkan suatu barang

Beberapa pola pikir tersebut di atas umumnya muncul secara terus menerus tidak peduli sekeras apapun kamu mencoba mengabaikannya. Pikiran tersebut juga akan membuat kamu meyakini bahwa hal tersebut mungkin benar, atau dapat menjadi kenyataan jika kamu tidak melakukan hal untuk mencegahnya.

Lalu bagaimana dengan gejala kompulsif?

Gejala kompulsif

Perilaku kompulsif atau berulang (repetitif) dapat dianggap sebagai respon dari pola pikiran obsesif. Saat pikiran obsesif muncul, kamu mungkin akan merasa terdorong untuk melakukan suatu hal untuk melepaskan kecemasan dan stres yang diakibatkan pikiran tersebut.

Dengan kata lain, pengidap OCD melakukan perilaku kompulsif agar mencegah pemikiran obsesif tersebut menjadi kenyataan. Pengidap OCD mungkin akan memiliki keinginan untuk melakukan suatu tindakan berulang dalam jumlah spesifik sampai merasa sudah ‘benar’ atau ‘cukup’.

Beberapa contoh perilaku kompulsif pada penderita OCD berupa:

  • Sering mencuci tangan hingga kulit telapak tangan menjadi kering atau mengelupas
  • Mengumpulkan atau membeli beberapa barang yang sama
  • Memeriksa pintu berulang kali untuk memastikan telah terkunci
  • Memeriksa kompor berulang kali untuk memastikan telah dimatikan
  • Menyentuh benda atau objek dalam jumlah spesifik
  • Menghitung atau mengulangi suatu frasa tertentu

Perlu diketahui, penderita OCD melakukan ritual berulang tersebut hanya untuk memberi rasa lega dan mengurangi kecemasan sementara waktu. Perilaku kompulsif tersebut juga dilakukan secara berlebihan dan seringkali tidak berkaitan dengan masalah yang ingin mereka selesaikan.

Penyakit OCD biasanya tidak lepas dari tema tertentu. Maksudnya, gangguan OCD umumnya berhubungan dengan kebersihan, memeriksa secara berlebihan, ketertiban, mengikuti rutinitas secara ketat, dan menuntut kepastian. Jadi, apakah penyakit ini berbahaya?

Apakah penyakit OCD berbahaya?

Umumnya, penyakit OCD bisa berubah sewaktu-waktu entah itu membaik atau memburuk. Biasanya kondisi obsesif dan kompulsif akan memburuk ketika penderita mengalami stress yang tinggi.

Penyakit OCD bisa dikatakan berbahaya bagi sebagian penderita sementara yang lain tidak. Maksudnya, beberapa penderita mungkin hanya merasa terganggu untuk melakukan beberapa pekerjaan sehari-hari akibat penyakit OCD.

Sedangkan, penderita lainnya mungkin memiliki pikiran untuk melakukan bunuh diri akibat gangguan OCD. Dengan kata lain, penyakit OCD secara umum memengaruhi kualitas hidup hingga berpotensi membahayakan nyawa seseorang.

Apakah penyakit OCD membutuhkan bantuan medis?

Jika kamu mengidap OCD, kamu tidak perlu merasa malu. Maksudnya, hubungilah dokter untuk melakukan konsultasi dan perawatan sebab, penyakit OCD bukan hanya keinginan untuk mengatur atau membersihkan secara berlebihan tetapi juga mengarah pada kualitas hidup.

Jika penyakit OCD membawa kamu dalam keadaan atau situasi di bawah ini maka jangan ragu untuk mencari bantuan medis.

  • Kamu menghabiskan waktu berjam-jam dalam perilaku berulang atau ritualistik
  • Kamu mengalami dermatitis karena terlalu sering mencuci tangan
  • Kesulitan melakukan pekerjaan, menghadiri kegiatan sosial, atau pergi ke sekolah
  • Penyakit OCD mengganggu hubungan sosial
  • Muncul pikiran hingga perilaku bunuh diri

Secara umum, ketika kualitas hidup kamu secara keseluruhan terasa memburuk maka hubungilah penyedia layanan kesehatan untuk melakukan konsultasi. Tentu saja meskipun gejala OCD bisa mereda, akan lebih baik jika kamu menerima perawatan daripada membiarkan OCD begitu saja. Di bawah ini adalah sejumlah cara mengatasi penyakit OCD yang perlu kamu ketahui.

Cara mengatasi penyakit OCD

Meskipun gangguan ini tidak bisa diobati atau dihilangkan secara permanen, pengendalian gejala penyakit OCD penting untuk dilakukan. Untuk membantu mengembalikan dan meningkatkan kualitas hidup penderita maka dokter akan menyarankan kamu untuk melakukan beberapa upaya seperti:

Menjalankan psikoterapi

Penderita mungkin akan menerima psikoterapi berupa cognitive behavioral therapy (CBT), exposure and response prevention (ERP), ataupun mindfulness-based cognitive therapy.

Menggunakan obat-obatan

Umumnya dokter akan memberikan antidepresan yang disesuaikan dengan usia penderita seperti clomipramine, fluoxetine, paroxetine, serta sertraline.

Menggunakan stimulasi otak

Deep brain stimulation (DBS) menanam elektroda di dalam area tertentu pada otak yang bisa membantu mengatur impuls abnormal.

Menggunakan stimulasi magnetik transkranial (TMS)

Mengandalkan medan magnet yang mampu merangsang sel-sel saraf di otak, TMS akan memperbaiki gejala OCD.

Bagaimana, sudah tahu apa itu penyakit OCD? Jika kamu merasa artikel ini bermanfaat, jangan lupa bagikan ke kerabat-kerabat kamu ya.

Share artikel ini
Reference