Hustle Culture: Gejala, Penyebab, dan Dampak Buruknya
Di seluruh dunia, seseorang menghabiskan banyak waktu untuk bekerja, sehingga tercipta hustle culture. Budaya ini membuat seseorang terpaku pada pekerjaannya tanpa memberikan perhatian terhadap hal lain. Adanya media sosial memicu kita untuk membandingkan diri dengan orang lain sehingga mendorong terbentuknya budaya tersebut.
Namun, kabar buruknya, hustle culture justru bisa mempengaruhi kesehatan, termasuk kesehatan mental. Maka dari itu, kamu perlu melakukan budaya kerja yang sehat. Untuk menghindari timbulnya hustle culture, yuk simak tanda-tanda dan efek negatifnya dalam artikel berikut.
Apa itu hustle culture?
Hustle culture adalah kondisi saat pekerjaan mendominasi waktu kamu dengan cara yang tidak wajar sehingga kamu tidak punya waktu lagi untuk menjalani hidup. Dengan kata lain, hustle culture adalah gaya hidup seseorang yang memprioritaskan karir dalam hidupnya sehingga mengabaikan aspek-aspek lain, seperti hobi, waktu bersama keluarga, dan perawatan terhadap diri sendiri.
Dalam hustle culture, terdapat standar sosial bahwa seseorang bisa dikatakan berhasil apabila dia bekerja keras dan bekerja secara maksimal. Budaya ini menetapkan standar produktivitas yang tidak realistis. Sehingga, standar ini memberikan tekanan pada banyak orang sehingga mereka sering merasa lelah.
Tanda-tanda hustle culture
Forbes menilai hustle culture merupakan budaya yang toxic. Pasalnya, budaya ini memberikan dampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Agar terhindar dari budaya ini, ketahui tanda-tanda hustle culture berikut ini.
- Hanya melihat masa depan dan kehilangan kehidupan di masa sekarang.
- Tidak memiliki work life balance. Dengan kata lain, tidak ada waktu untuk diri sendiri, hobi, dan istirahat.
- Sering mengalami burnout syndrome, yaitu kondisi ketika seseorang mengalami stres yang berat sehingga merasa lelah secara fisik dan emosional.
Khawatir terhadap pencapaian orang lain secara berlebihan. Media sosial seringkali membuat seseorang merasa iri terhadap pencapaian orang lain.
Penyebab hustle culture
Tanda-tanda hustle culture bisa muncul karena berbagai penyebab, antara lain:
1. Kemajuan teknologi
Salah satu penyebab hustle culture yaitu kemajuan teknologi yang pesat. Saat ini teknologi mempermudah pekerjaan. Misalnya, smartphone bisa digunakan sebagai alat untuk bekerja. Dengan smartphone, kamu bisa membuat presentasi, mengirimkan pesan, membalas email, dan sebagainya.
Adanya smartphone membuat kamu bisa melakukan berbagai hal dengan mudah kapan saja dan dimana saja. Namun, kemudahan ini justru bisa membuat kamu bekerja sepanjang waktu.
2. Berkembangnya toxic positivity
Penyebab lainnya timbulnya hustle culture adalah toxic positivity. Toxic positivity merupakan perilaku yang mendukung seseorang untuk tetap memiliki asumsi yang positif meskipun berada dalam kondisi tertekan. Asumsi seperti ini seringkali timbul dari dalam hati atau orang di sekitar.
Misalnya, ketika kamu merasa lelah karena pekerjaan yang menumpuk, kamu berpikir masih bisa mengerjakannya sampai selesai sehingga tidak beristirahat.
3. Standar sosial
Umumnya, masyarakat saat ini menilai kesuksesan dari jabatan dan kondisi finansial seseorang. Jika karirnya baik, maka masyarakat akan menilai hidupnya mapan. Standar sosial ini memicu banyak orang berupaya menghasilkan banyak uang meskipun harus menyita waktu mereka.
Hustle culture mendorong seseorang bekerja tanpa kenal lelah agar dinilai sukses oleh orang-orag di sekitarnya walaupun hal itu mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
Dampak buruk hustle culture untuk kesehatan tubuh
Begitu banyak masalah kesehatan bisa terjadi karena bekerja secara berlebihan. Dampak buruk hustle culture terhadap kesehatan tubuh, antara lain:
Kelelahan tubuh dan mental
Salah satu dampak buruk dari hustle culture adalah kelelahan. Selain tubuh merasa lelah, mental dan emosi juga merasa lelah. Akibatnya, kamu tidak memiliki motivasi untuk melakukan aktivitas kamu seperti sebelumnya. Selain itu, kamu bisa kehilangan minat terhadap pekerjaan yang dulu kamu sukai. Kamu akan lebih mudah merasa cemas atau depresi.
Meningkatkan risiko hipertensi dan serangan jantung
Terus-menerus sibuk dalam bekerja hingga lupa waktu juga bisa memberikan efek serius pada tubuh. Berdasarkan penelitian, hustle culture bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan stroke.
Current Cardiology Reports mempublikasikan sebuah penelitian di tahun 2018 bahwa mereka yang bekerja lebih dari 50 jam dalam seminggu mengalami peningkatan risiko serangan jantung dan jantung koroner. Inilah salah satu efek negatif budaya hustle culture untuk kesehatan wanita dan pria.
Mengalami depresi
Dalam situs Race to a Cure dikatakan bahwa penduduk Jepang yang bekerja selama 80 sampai 99 jam dalam seminggu mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami depresi. Hal ini bisa mengarah kepada kebiasaan yang tidak sehat, seperti minum alkohol, merokok, dan tidak aktif secara fisik.
Kesehatan mental wanita yang rawan akibat hustle culture
Bekerja tanpa adanya istirahat bisa berpengaruh buruk terhadap kesehatan mental. Gejala yang kerap dialami yaitu rasa cemas, depresi, sampai keinginan untuk melakukan bunuh diri. Dalam kondisi seperti ini, tubuh akan melepaskan hormon kortisol dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang lebih lama. Agar kadar hormon ini kembali normal, tubuh memerlukan istirahat.
Tetapi, budaya ini akan terus memaksa tubuh untuk bekerja sehingga tidak ada waktu untuk istirahat. Akibatnya, kelelahan secara mental tidak bisa dicegah. Jadi, stres secara terus-menerus yang terjadi akibat budaya ini berbahaya bagi kesehatan fisik dan mental.
Tips mengimbangi budaya kerja yang sehat
Agar terhindar dari dampak buruk akibat hustle culture, kamu perlu menerapkan budaya kerja yang sehat. Berikut ini tips-tips mengimbangi budaya kerja yang sehat.
- Buat jadwal untuk istirahat dan melakukan hobi. Misalnya, kamu bisa membaca buku, hangout bersama teman dan keluarga, atau belajar cara memainkan ukulele.
- Bekerja lebih cerdas, bukan lebih keras. Artinya bekerja dengan mempertimbangkan batasan yang jelas terkait mental dan fisik kita.
- Secara perlahan ubahlah mindset bahwa hidup tidak soal pekerjaan atau karir saja. Terapkan work life balance.
- Terapkan pola hidup yang sehat seperti makan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.
Menjaga produktivitas memang merupakan hal yang penting. Tetapi, jika sampai menyita waktu istirahat dan kehidupan pribadi, dampaknya tidak baik bagi kesehatan fisik dan mental. Maka dari itu, hindari hustle culture dan lakukan budaya kerja yang sehat.