Bagaimana Proses Terjadinya Menstruasi? Begini Penjelasannya!
Kita semua pasti tidak asing lagi dengan istilah “menstruasi”. Terutama bagi perempuan yang sudah mengalami pubertas, proses menstruasi selalu menyapa setiap bulan.
Saat berbicara tentang menstruasi, mungkin kamu sebagai perempuan bisa menjelaskan bagaimana rasanya mengalami PMS dan apa saja gejala yang mungkin sering kamu alami. Tapi ketika diminta jelaskan proses terjadinya menstruasi, kamu sudah bisa jelasin, belum? Kalau belum, kamu datang ke tempat yang tepat!
Kali ini, kita akan bahas tentang proses menstruasi, apa saja hormon yang mempengaruhi terjadinya menstruasi, berbagai gejala yang muncul saat menstruasi, hingga cara meredakan nyeri saat menstruasi. Baca artikel ini sampai selesai, yuk!
Proses menstruasi
Menstruasi memang hanya terjadi sekali sebulan. Umumnya, durasi menstruasi berbeda-beda untuk setiap perempuan. Normalnya antara 4-7 hari, tapi ada yang kurang dari 4 hari dan ada yang lebih dari 7 hari.
Namun, tahukah kamu bahwa ternyata ada proses yang cukup kompleks di balik terjadinya menstruasi, lho! Proses ini dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:
Tahap menstruasi
Jika sel telur tidak dibuahi oleh sperma selama menstruasi, lapisan dinding rahim (endometrium) yang meliputi pembuluh darah, sel-sel dinding rahim, dan lendir, akan luruh dan dikeluarkan dari vagina.
Periode menstruasi dimulai pada hari pertama siklus menstruasi dan berlangsung selama 4-7 hari. Selama tahap ini, perempuan biasanya mengalami rasa nyeri dan kram di bagian perut dan punggung bawah saat rahim berkontraksi untuk melepaskan lapisan dinding rahim.
Tahap folikel
Tahap selanjutnya dalam proses terjadinya menstruasi adalah tahap folikel. Tahap ini berlangsung dari hari pertama menstruasi sampai permulaan ovulasi. Selama tahap ini, ovarium menghasilkan folikel yang mengandung telur. Saat folikel tumbuh, dinding endometrium yang luruh menebal lagi untuk menampung sel telur yang mungkin akan dibuahi oleh sperma.
Tahap ovulasi
Tahap ovulasi juga dikenal sebagai masa subur wanita. Selama tahap ini, folikel yang diproduksi oleh ovarium melepaskan sel telur. Sel telur tersebut akan bergerak melalui saluran tuba ke rahim dan hanya bisa hidup selama 24 jam.
Jadi, jika dalam waktu 24 jam sel telur tersebut tidak dibuahi oleh sperma, sel telur akan mati. Sementara jika sel telur yang dibuahi oleh sperma, maka akan terbentuk janin. Ovulasi biasanya terjadi sekitar dua minggu sebelum dimulainya siklus menstruasi berikutnya.
Tahap luteal
Setelah masa ovulasi, folikel yang pecah dan melepaskan sel telur berubah membentuk struktur korpus luteum yang menyebabkan peningkatan hormon progesteron, yang membuat lapisan dinding rahim menjadi tebal kembali.
Fase luteal juga disebut periode pramenstruasi. Proses menstruasi terus berputar dan berakhir saat seorang wanita memasuki masa menopause (umumnya di atas 40 tahun).
Hormon yang mempengaruhi proses menstruasi
Nah, sekarang kamu sudah bisa jelaskan proses terjadinya menstruasi, kan? Tapi tahukah kamu apa saja hormon-hormon di tubuh perempuan yang mempengaruhi proses menstruasi ini? Yuk, simak penjelasannya di sini!
Hormon estrogen
Estrogen adalah hormon wanita yang berperan dalam menebalkan dan mematangkan lapisan dinding rahim selama fase luteal. Sebagian besar estrogen dalam tubuh diproduksi di ovarium. Saat menstruasi, kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh mengalami penurunan. Ini karena tubuh tidak perlu lagi menebalkan dinding rahim.
Hormon progesteron
Hormon progesteron berperan dalam menyeimbangkan efek hormon estrogen dalam tubuh dan dikenal juga sebagai hormon penenang. Peran utama hormon ini adalah untuk mengontrol pertumbuhan dinding rahim agar tidak diproduksi berlebihan dan mempertahankan strukturnya selama kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, kadarnya turun saat tubuh memasuki periode menstruasi.
Hormon Perangsang Folikel
Hormon yang berperan dalam proses terjadinya menstruasi selanjutnya adalah hormon perangsang folikel. Follicle-stimulating hormone (FSH) adalah hormon yang merangsang folikel di ovarium untuk mematangkan sel telur. Tahap pematangan sebelum sel telur akhirnya dilepaskan ke dalam rahim disebut tahap folikuler atau folikel, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Hormon Luteinizing (LH)
Hormon ini merupakan hormon yang membantu tubuh untuk mengatur proses terjadinya menstruasi dan ovulasi. Seperti FSH, LH juga diproduksi oleh kelenjar hipofisis di otak. Kadar hormon LH sendiri akan meningkat saat seorang wanita mengalami menstruasi dan setelah mencapai menopause.
Baca juga: Yuk Kenali 6 Jenis Hormon Resproduksi Wanita
Gejala menstruasi dan cara meredakannya
Itu tadi penjelasan proses terjadinya menstruasi yang perlu diketahui. Saat terjadi menstruasi, beberapa gejala menstruasi memang kerap terjadi pada wanita. Berikut beberapa gejala yang umum dan cara meredakannya:
Olahraga ringan
Banyak orang berpikir bahwa perempuan yang tengah menstruasi sebaiknya menghindari olahraga. Hal ini tentu saja bukan nasehat yang bijak. Meski tengah menstruasi, kamu tetap bisa berolahraga, lho!
Coba lakukan olahraga ringan, karena berolahraga akan meningkatkan sirkulasi darah. Selain itu, endorfin yang diproduksi sebagai pereda nyeri alami membantu mengurangi efek hormon prostaglandin yang menyebabkan rahim berkontraksi dan menyebabkan kejang. Bukan hanya itu, olahraga juga bisa membantumu memperbaiki mood sebagai efek dari menstruasi.
Baca juga: Jenis-Jenis Olahraga Ringan saat Haid dan Tips untuk Mencegah Cedera!
Kompres perut
Saat menstruasi, kamu akan mengalami otot-otot rahim yang tegang, yang menyebabkan rasa sakit di bagian perut, pinggang, pinggul, bahkan punggung. Untuk mengatasi ini, cobalah kompres perutmu dengan air hangat.
Panas dapat melemaskan otot-otot rahim yang tegang dan membantu menghilangkan rasa sakit. Selain itu, kamu juga bisa coba mandi air hangat untuk membantu merilekskan tubuhmu.
Konsumsi suplemen makanan
Proses terjadinya menstruasi memang kerap menyebabkan kram perut. Bicara tentang kram perut lagi, ternyata kamu juga bisa mengkonsumsi suplemen nutrisi untuk meredakannya, lho! Cobalah konsumsi suplemen vitamin D. Sebuah penelitian di Iran yang diterbitkan dalam jurnal Gynecological Endocrinology menemukan bahwa suplemen vitamin D dapat meredakan nyeri haid.
Selain vitamin D, suplemen makanan yang mengandung vitamin E, vitamin B1, vitamin B6, asam lemak omega-3, dan magnesium juga bisa meredakan kram perut. Tapi sebelum mengkonsumsinya, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter yaa!
Hindari pantangan makanan dan minuman
Makanan berlemak, makanan manis, makanan asin, minuman cepat saji, minuman berkafein, dan alkohol harus dihindari untuk meredakan kram dan berbagai gejala menstruasi. Hal ini dikarenakan garam, gula, lemak, dan alkohol dapat menyebabkan air menumpuk di dalam tubuh, menyebabkan kembung dan membuat nyeri menstruasi semakin parah.
Cobalah konsumsi makanan kaya serat seperti sayuran dan buah-buahan. Meskipun tidak menghilangkan rasa sakit, makanan ini membantu menyediakan vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh.
Baca juga: Cara Melancarkan Haid, Konsumsi Makanan dan Minuman Ini!
Minum air putih yang cukup
Dehidrasi merupakan salah satu penyebab kejang otot, termasuk di perut. Minum air putih adalah solusi yang bagus untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi. Minum air putih yang membantu tubuh menghindari kram saat menstruasi. Selain air putih, minum jus murni tanpa tambahan gula juga bisa membantu meredakan kram menstruasi.
Nah, sekarang kamu sudah bisa jelaskan proses terjadinya menstruasi, bahkan tahu bagaimana cara mengatasi gejala menstruasi. Jika berbagai cara ini tidak meredakan gejala yang kamu alami, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter ya!