sariawan di vagina

sariawan di vagina

Sariawan adalah peradangan yang biasa terjadi di area mulut. Namun nyatanya, peradangan tersebut tidak hanya bisa terjadi di mulut saja, lho. Bahkan, ada pula sariawan di vagina.

Menyerupai mulut, sariawan di vagina adalah luka yang berada di bagian luar vagina. Luka ini bisa bereaksi sangat menyakitkan atau bahkan tidak menyakitkan pada sebagian orang.

Apakah sariawan di vagina sering terjadi? Kira-kira, apa saja penyebabnya? Di artikel kali ini, kita akan membahas sariawan di vagina hingga cara mengatasinya.

Penyebab sariawan di vagina

Terletak di vagina, luka ini bersifat terbuka dan bentuknya menyerupai sebagai ruam. Mengutip dari Web MD, ada beberapa penyebab sariawan di vagina, yakni:

penyebab sariawan di vagina
penyebab sariawan di vagina

1. Infeksi jamur

Tak menutup kemungkinan, salah satu penyebab utamanya adalah infeksi jamur seperti vulvovaginal candidiasis di area vagina yang menyebabkan iritasi, gatal-gatal, sensasi terbakar, dan keputihan.

Dengan iritasi tersebut, infeksi bisa berkembang menjadi ruam dan sariawan.

2. Penyakit menular seksual (PMS)

Adanya penyakit seksual menular atau sexually transmitted disease (STD) juga bisa menjadi penyebab sariawan di vagina.

Beberapa jenis penyakit STD yang bisa mengarah ke sariawan vagina adalah herpes, sifilis, klamidia, kutil kelamin, serta HIV.

3. Virus dan bakteri

Segala macam virus yang memiliki manifestasi pada kulit dapat menyebabkan sariawan di vagina.

Beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan sariwan pada vagina berupa cytomegalovirus, paratyphoid, dan varicela zoster.

Sedangkan bakteri yang berperan berupa mycoplasma penumoniae dan streptococcus grup A.

4. Reaksi kulit

Pada dasarnya, kulit vulva atau bagian luar vagina sensitif dan mudah iritasi jika menggunakan produk kewanitaan yang tidak sesuai seperti sabun atau krim penghilang rambut kemaluan.

Jika kamu baru memakai produk tertentu di area vagina dan ternyata tidak cocok, timbulnya reaksi kulit ini juga menyebabkan munculnya sariawan di vagina, lho.

5. Trauma

Apakah kamu pernah merasakan gatal yang hebat di bagian vagina? Jika iya, apakah kamu menggaruknya terus menerus?

Sebaiknya, hindari menggaruk atau menggosok bagian vagina secara kencang jika ada rasa gatal. Sebab, bisa menimbulkan infeksi pada vagina.

6. Penyakit autoimun

Seseorang yang memiliki penyakit autoimun seperti penyakit Crohn’s  atau Bechet’s disease juga memiliki risiko sariawan di vagina.

Hal itu disebakan karena respons autoimun bisa menyebabkan reaksi pada kulit termasuk area kelamin seseorang.

Gejala sariawan di vagina

Secara singkat, kamu perlu menjaga kesehatan dan kebersihan vagina secara rutin dan teratur agar bisa mengurangi risiko terjadinya sariawan di vagina, ya.

Lalu, apakah ada gejala sariawan di vagina? Menurut Medical News Today, luka ini tidak memiliki gejalanya tersendiri, hanya bisa dilihat dari bentuk sariawannya yang sedang terbuka.

Dengan demikian, berikut beberapa gejala sariawan di vagina yang mungkin bisa dialami:

  • Rasa sakit atau sensasi terbakar saat buang air kecil
  • Rasa sakit saat berhubungan seksual
  • Rasa gatal
  • Ruam kulit
  • Sulit buang air kecil
  • Keputihan berbau tidak sedap atau tidak normal
  • Kelenjar getah bening atau adanya pembengkakan di area selangkangan
  • Demam
  • Perubahan warna kulit vulva yang tidak normal
  • Nyeri panggul

Cara mengatasi gejala sariawan di vagina

cara mengatasi gejala sariawan di vagina
cara mengatasi gejala sariawan di vagina

Jika kamu mengalami beberapa gejala di atas dan disertai adanya luka terbuka di area vagina, lebih baik segera memeriksakan diri ke dokter agar mendapat penanganan yang tepat, ya.

Tidak perlu khawatir, sebab menurut Web MD, sariawan di vagina dapat ditangani dengan beberapa cara, seperti:

1. Mengobati infeksi

Apabila sariawan di vagina disebabkan oleh adanya infeksi PMS, biasanya sang dokter akan mengobati penyebab yang mendasarinya tersebut diikuti dengan sariawan.

Pengobatan yang tepat untuk penderita STD pun beragam tergantung jenis penyakitnya seperti sifilis yang diobati dengan antibiotik.

2. Pemberian antihistamin

Untuk penyebab sariawan di vagina karena reaksi kulit yang tidak cocok pada suatu produk dan penyakit autoimun, biasanya akan diobati dengan antihistamin agar menenangkan respon tubuh terhadap zat yang membuat alergi.

3. Obat anti-jamur

Sedangkan untuk penyebab yang dikarenakan oleh jamur, biasanya akan diberikan perawatan antijamur yang disarankan oleh dokter.

Nah, agar tidak terjadi sariawan di vagina, terdapat beberapa langkah pencegahan yang dapat kamu lakukan, meliputi:

  • Hindari pemakaian celana dan celana dalam yang ketat
  • Menerapkan sifat setia pada satu pasangan seksual
  • Menerapkan perilaku seks yang aman dengan menggunakan kondom ataupun pengaman lainnya
  • Menjaga kebersihan area intim dengan membasuhnya menggunakan air hangat atau sabun khusus serta mengganti celana dalam secara rutin

Meskipun mengganggu aktivitas, kamu tidak perlu khawatir jika memiliki sariawan di vagina karena hal tersebut bisa diobati hingga sembuh jika kamu mendapat pengobatan yang tepat.

Tapi, apabila keluhan gejala kamu tidak membaik, mungkin kamu perlu melakukan pemeriksaan tambahan lain untuk mencari pengobatan yang tepat.

Penting diingat bahwa sariawan pada vagina dapat terjadi kembali meskipun telah diobati.

Dan juga, jika kamu melakukan hubungan seks tanpa pengaman kamu akan berisiko terinfeksi penyakit menular seksual dan mengalami sariawan pada organ intim di kemudian hari.

Share artikel ini
Reference