Digunakan pada Kulit, Zensoderm Obat Apa? Ini Dosis dan Efek Sampingnya!
Saat mengalami kondisi kulit tertentu seperti eksem, kamu perlu menggunakan zensoderm krim untuk meredakan gejalanya. Obat ini dikenal mengandung betametason dan gentamisin yang diyakini ampuh mengobati infeksi kulit. Sering digunakan pada kulit, kira-kira zensoderm obat apa ya, Yoonies?
Kulit merupakan bagian tubuh terluar yang perlu dijaga agar tetap sehat dan terhindar dari masalah seperti alergi, ruam, kemerahan, gatal, dan kering. Cara menjaga kesehatan kulit yang bisa kamu lakukan dengan menjaga kebersihan tubuh, mengonsumsi makanan sehat, dan mengatur pola tidur.
Namun, kalau masalah pada kulit tidak kunjung membaik, kamu tentu perlu menggunakan obat luar atau salep, salah satunya zensoderm. Sudahkah kamu tahu berapa dosis tepat penggunaannya? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di artikel ini!
Zensoderm obat apa?
Masalah pada kulit bisa terjadi akibat terpapar debu, tergigit serangga, alergi, penggunaan kosmetik, hingga terkena zat kimia. Kalau kamu masih bingung zensoderm obat apa, zensoderm adalah obat yang mengandung bahan aktif betametason 0,1% dan gentamisin 0,1% yang berperan mengurangi iritasi dan gejala ruam, bengkak, gatal, dan masalah kulit lainnya.
Obat ini dijual dalam bentuk salep berisi 10 gram dan bisa ditemukan di apotek. Meskipun demikian, kamu perlu mendapatkan resep dokter untuk mengetahui dosis tepat sesuai permasalahan kulit.
Zensoderm masuk ke dalam obat keras yang penggunaannya harus diperhatikan. Misalnya, menggunakan salep saat hamil atau menyusui tanpa konsultasi dokter karena berisiko akan terserap ke janin atau bayi dalam kandungan.
Bagaimana cara kerjanya?
Sebelum memahami cara kerja kandungan dalam zensoderm, pelajari apa itu betametason dan gentamisin lebih dulu, yuk!
Betametason adalah kortikosteroid yang umum direkomendasikan dokter untuk mengatasi permasalahan kulit. Ada dua jenis Betametason yang sering dijumpai, yaitu suntik dan salep. Fungsinya sama-sama meringankan gatal, psoriasis, peradangan, dan bersisik.
Kandungan ini bekerja mencegah pembengkakan maupun gatal pada penderita masalah kulit. Betametason dipercaya memiliki zat antiinflamasi dan bisa mengobati sejumlah masalah kesehatan mencakup rematik, alergi, leukimia, serta penyakit Chron.
Sementara itu, gentamisin adalah antibiotik aminoglikosida yang bekerja menghambat pertumbuhan bakteri sehingga tidak menyebabkan infeksi berkepanjangan.
Indikasi penyakit yang bisa menggunakan zensoderm
Tidak semua penyakit kulit bisa diatasi dengan zensoderm. Pasalnya, krim ini masuk dalam kategori obat keras dan perlu konsultasi lebih lanjut untuk mengetahui dosis penggunaannya. Lantas, zensoderm obat apa dan apa saja kegunaannya? Nah, zensoderm umumnya digunakan untuk mengatasi masalah berikut:
1. Eksem
Eksem atau nama lainnya dermatitis adalah kondisi kulit mengalami pembengkakan, ruam, gatal, dan memerah. Penyebab pasti eksem belum diketahui, tetapi diduga berasal dari genetik dan lingkungan.
Eksem bisa terjadi pada bayi, anak, dan dewasa. Penyakit kulit ini juga dipicu oleh bakteri, jamur, serta paparan bahan kimia. Parahnya, jika terus dibiarkan eksem dapat bertahan lama dan mengganggu penampilan.
2. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit yang menyebabkan kulit penderitanya bersisik, gatal, menebal, dan kadang terkelupas. Umumnya muncul di bagian siku, lutut, dan kulit kepala.
Sama halnya dengan eksem, penyebab utama psoriasis belum diketahui. Namun, sering dikaitkan dengan stress, cuaca dingin, infeksi tenggorokan, dan penurunan imunitas tubuh.
3. Infeksi sekunder
Infeksi sekunder adalah infeksi baru yang muncul setelah terjadi infeksi lain, biasanya disebabkan oleh bakteri. Masalah kesehatan ini mengakibatkan permukaan kulit seseorang mengalami ruam, bersisik, pecah-pecah, menebal, dan mengeras.
Salah satu penanganan masalah ini, yakni mengoleskan salep dengan kandungan antibiotik untuk menekan perkembangan bakteri sekaligus meringankan gejala yang muncul.
Dosis atau aturan pakai
Dosis penggunaan salep bisa berbeda-beda pada tiap orang sesuai indikasi penyakit. Umumnya, dokter akan menganjurkan kamu mengoleskan obat sebanyak 2-3 kali sehari. Pengolesan obat hanya boleh dilakukan di bagian yang terinfeksi saja.
Pasien yang mengalami herpes, cacar air, dan tuberkulosis kulit tidak disarankan menggunakan zensoderm untuk mengatasi gatal dan mengobati infeksi. Obat oles juga tidak boleh diaplikasikan pada bagian genital, mata, jerawat, dan anus.
Efek samping zensoderm yang perlu diwaspadai
Penggunaan obat oles tanpa resep dokter berisiko menyebabkan efek samping mulai dari gatal, iritasi, kering, perih, hipopigmentasi, eritema, pruritus, miliaria, folikulitis hingga sensasi terbakar.
Ibu hamil dan menyusui dilarang menggunakan zensoderm tanpa konsultasi dengan dokter spesialis kandungan terlebih dahulu karena berpotensi menurunkan kandungan obat pada janin.
Nah, kini kamu sudah tahu kan, zensoderm obat apa? Kalau kondisi tidak kunjung membaik, jangan tunda mengunjungi dokter untuk mendapat penanganan tepat ya, Yoonies!
Penulis: Silvia Wardatul