kanker paru-paru

kanker paru-paru

Kanker paru-paru adalah jenis kanker yang paling sering ditemukan di seluruh dunia, yakni sekitar 12,4% dari total semua jenis kanker yang terdiagnosis.

Sejak tahun 1980 an, kanker paru-paru telah menjadi salah satu penyebab kematian pada wanita ketimbang dengan kanker payudara.

Dan pada beberapa dekade terakhir ini, jumlah penderita kanker ini meningkat drastis karena jumlah perokok baik pria maupun wanita semakin bertambah.

Meskipun merokok sering disebut sebagai faktor risiko yang berkaitan erat dengan kanker ini, namun ada beberapa faktor risiko lain yang tidak dapat diabaikan.

Lalu, siapa saja yang berisiko besar terkena kanker paru-paru selain individu yang memiliki kebiasaan merokok? Yuk, cari tahu jawabanya dengan menyimak ulasan di bawah ini.

Pengertian kanker paru-paru

Kanker paru-paru atau karsinoma bronkogenik adalah pertumbuhan jaringan tumor yang berasal dari jaringan paru atau dari dalam bronkus.

Kanker paru termasuk salah satu penyebab utama kematian karena kanker di seluruh dunia. Kanker paru juga dapat menyebar ke berbagai tempat seperti nodus limfa dan organ tubuh lainnya seperti otak.

Dan begitupun sebaliknya, sel kanker yang berasal dari organ lain juga dapat menyebar ke paru-paru. Kondisi ketika sel kanker saling menyebar dari satu organ ke organ lainnya disebut dengan metastasis.

Pada stadium awal, kanker paru umumnya tidak menimbulkan gejala, dan baru akan bergejala saat memasuki tahap lanjut.

Gejala kanker paru yang timbul dapat berupa batuk persisten, batuk berdarah, kelelahan dan penurunan berat badan tanpa sebab jelas.

Munculnya gejala-gejala tersebut berhubungan erat dengan akumulasi zat kimia berbahaya yang terkandung di dalam rokok dan paparan zat kimia berbahaya lainnya.

Penyebab kanker paru-paru

Sebesar 90% kasus kanker paru-paru berasal paparan asap rokok berulang. Oleh sebab itu perokok memiliki risiko terbesar mengalami kanker paru-paru.

Akan tetapi, rokok bukanlah faktor tunggal penyebab kanker ini meskipun risiko terjadinya kanker ini akan semakin meningkat seiring dengan lamanya paparan dan jumlah rokok yang dihisap.

Kanker paru-paru juga diketahui dapat terjadi pada orang yang tidak pernah merokok maupun perokok pasif.

Paparan terhadap zat lain pada tempat kerja misalnya asbes, arsenik, asap pembakaran knalpot ternyata juga akan meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru.

Siapa yang berisiko besar terkena penyakit kanker paru

Orang yang berisiko besar terkena penyakit kanker paru-paru selain dari faktor merokok dapat juga dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti kebiasaan merokok dapat diubah dengan berhenti merokok. Sedangkan riwayat keluarga merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.

Faktor risiko terjadinya kanker paru-paru meliputi:

  • Merokok. Risiko terkena kanker paru-paru akan meningkat seiring dengan durasi dan jumlah rokok yang dihisap dalam suatu waktu. Dengan berhenti merokok, maka risiko terkena kanker paru-paru juga akan turun dengan signifikan
  • Terkena paparan asap rokok atau menjadi perokok pasif. Bahkan jika kamu tidak merokok, risiko kanker paru juga akan meningkat jika kamu terpapar asap rokok.
  • Riwayat terapi radiasi. Jika kamu menjalani terapi radiasi untuk mengobati kanker lainnya, risiko kamu terkena kanker paru-paru juga akan meningkat
  • Paparan gas Radon. Radon dihasilkan oleh zat uranium di tanah, bebatuan, dan air yang mengalami penguraian alami. Kadar Radon yang tidak aman dapat terakumulasi di bangunan maupun rumah
  • Paparan asbes dan bahan karsinogen lainnya. Paparan asbes zat lain seperti arsenik, kromium, dan nikel pada tempat kerja dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru terlebih lagi jika kamu juga merokok
  • Riwayat keluarga dengan kanker paru-paru. Individu yang memiliki orangtua, saudara, dan anak yang terkena kanker paru-paru juga berisiko terkena kanker ini.

Hubungan jumlah dan durasi paparan berbagai faktor risiko di atas dengan terjadinya kanker paru-paru merupakan hal kompleks dan masih belum dipahami secara utuh.

Oleh sebab itu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai cara menghindari maupun menurunkan faktor risiko kamu terkena penyakit ini.

Dokter mungkin akan memberikan tips-tips untuk berhenti merokok jika kamu kecanduan merokok, atau memberikan obat dan produk lain sebagai pengganti nikotin.

Share artikel ini
Reference