kofiren obat apa

kofiren obat apa

Alergi adalah reaksi abnormal dari sistem kekebalan tubuh terhadap suatu bahan yang disebut alergen. 

Beberapa contoh alergen yang sering menyebabkan alergi adalah debu, tungau, bulu hewan, makanan, dan obat-obatan. 

Biasanya, gejala alergi yang paling umum akan kamu rasakan adalah hidung tersumbat, bersin-bersin, sesak napas, berkeringat, ruam kulit, dan gatal-gatal. 

Namun, ada berbagai jenis obat yang dapat kamu gunakan untuk mengatasi gejala alergi tersebut, salah satunya kofiren. 

Lantas, seberapa efektifnya obat kofiren untuk mengatasi alergi yang kamu alami? Yuk, cari tahu jawabannya di artikel berikut ini. 

Kofiren obat apa?

Singkatnya, kofiren adalah obat untuk meredakan mata merah, gatal, hidung bersin, tenggorokan gatal, dan pilek yang disebabkan oleh alergi, demam, atau flu biasa. 

Jadi, obat ini akan membantu mengendalikan gejala pilek atau alerginya, tetapi tidak akan mengobati penyebab gejala atau mempercepat pemulihan. 

Kofiren termasuk dalam kelas obat yang disebut antihistamin dan cara bekerjanya dengan menghalangi aksi histamin atau suatu zat dalam tubuh yang menyebabkan gejala alergi.

Nah, obat kofiren dapat ditemukan dalam bentuk tablet, kapsul, sirup, dan cairan. Obatnya dapat dikonsumsi oleh orang dewasa dan anak-anak di atas usia 6 tahun. 

Namun, sebelum mengonsumsi obat ini, sebaiknya kamu berkonsultasi dengan dokter atau apoteker untuk memastikan apakah obat ini aman digunakan untuk kondisi kesehatan tertentu.

Dosis obat kofiren

Sebagai gambaran, ini dia dosis obat kofiren yang terbagi menjadi dua, yaitu dalam bentuk tablet dan kapsul.

Dosis tablet untuk alergi

  • Dewasa: 4 mg setiap 4-6 jam dengan jumlah maksimal 24 mg setiap hari.
  • Anak: 1 mg untuk anak usia 1-<2 tahun, dosis 2 mg untuk usia 6-<12 tahun 2-5 tahun setiap 4-6 jam dengan jumlah maksimal 12 mg.
  • Lansia: Maksimal 12 mg setiap hari.

 

Dosis suntikan melalui pembuluh darah untuk alergi

  • Dewasa: 10-20 mg dengan dosis maksimal 40 mg setiap hari.
  • Anak: Dosis 0,25 mkg untuk usia 1 bulan sampai <1 tahun dan dosis 0,2 mkg untuk anak usia 12 tahun. 

Sedangkan untuk cara mengonsumsi dan menyimpan obat kofiren, kamu dapat mengikuti anjuran berikut ini.

  1. Minum obat sesuai dosis yang diarahkan pada label atau seperti yang sudah ditentukan oleh dokter. Jangan gunakan obatnya dalam jumlah lebih besar, lebih kecil, atau lebih lama dari yang direkomendasikan. 
  2. Hindari mengonsumsi obat kofiren sampai lebih dari 7 hari berturut-turut. Jika kondisi kamu tidak membaik setelah 7 hari pengobatan, sebaiknya segera hubungi dokter.
  3. Jangan menghancurkan atau mengunyahn tabletnya, kamu harus menelan dalam kondisi utuh. 
  4. Untuk obat dalam bentuk cair, kamu perlu mengukurnya dengan sendok takar khusus.
  5. Simpan pada suhu kamar yang jauh dari kelembapan dan panas. 

Efek samping obat kofiren

Ada beberapa jenis efek samping yang mungkin akan kamu alami bila mengonsumsi obat kofiren, seperti berikut ini.

  1. Detak jantung terlalu cepat 
  2. Perubahan suasana hati
  3. Tremor dan kejang
  4. Kulit mudah memar atau berdarah
  5. Sesak napas
  6. Tidak buang air kecil
  7. Pusing
  8. Mudah merasa mengantuk
  9. Mulut kering
  10. Sembelit
  11. Penglihatan kabur
  12. Merasa gugup atau gelisah

Peringatan obat kofiren

Meskipun efektif untuk mengatasi alergi, obat kofiren tetap memiliki peringatan khusus jika kamu ingin mengonsumsinya.

Contohnya, bila kamu ingin memberikannya untuk anak, konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.

Sebab, ada risiko yang dapat mengancam jiwa akibat penyalahgunaan obat batuk dan pilek untuk anak yang usianya masih terlalu dini.

Selain itu, kamu tidak boleh menggunakan obat kofiren jika menderita:

  • Glaukoma sudut sempit
  • Penyumbatan di perut atau usus
  • Pembesaran prostat
  • Tidak bisa buang air kecil, dan
  • Mengalami serangan asma

Jadi, obat kofiren mengandung antihistamin yang dapat membantu dalam mengatasi gejala alergi, seperti gatal-gatal, bersin-bersin, dan hidung tersumbat.

Namun, obat ini memiliki beberapa efek samping yang mungkin akan terjadi, sehingga petunjuk terbaiknya adalah berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. 

Share artikel ini
Reference