eccedentesiast

Eccedentesiast mungkin masih terdengar asing bagimu. Tapi, kamu mungkin pernah atau sering melihat orang tersenyum di saat-saat kesusahan dan terpuruk mereka, dan tertutup pada masalahnya sendiri. Itulah yang disebut dengan eccedentesiast. Apakah kamu pernah mengalaminya?

Mereka dengan eccedentesiast mungkin akan merasa bersalah ketika masalahnya membuat orang lain sedih. Karena itu kamu lebih senang bila mereka tidak tahu masalahmu sama sekali. Kamu mungkin juga lebih butuh me time untuk berkubang dalam mengasihani diri sendiri ketika masalahmu semakin menggila.

Dampak eccedentesiast bagi kesehatan mental

Di saat-saat genting, namun kamu terus menyembunyikannya di balik senyum, akhirnya akan menumpuk menjadi gunungan depresi. Depresi sering menyebabkan pikiran tentang kematian dan bunuh diri. Namun terkadang, orang dengan depresi klinis kekurangan energi untuk membuat rencana dan menindaklanjuti penyelesaian bunuh diri.

Lain halnya dengan eccedentesiast. Individu dengan depresi tersenyum ini sering memiliki energi yang cukup untuk menindaklanjuti pikiran bunuh diri mereka. Terlebih lagi, individu dengan depresi tersenyum sering tidak diobati juga. Dan depresi yang tidak diobati dapat memburuk dari waktu ke waktu dan meningkatkan kemungkinan bunuh diri.

Mengapa orang tersenyum saat depresi

Kamu mungkin bertanya-tanya mengapa orang bisa tersenyum saat depresi. ada banyak alasan pribadi dan profesional mengapa orang menyembunyikan gejala depresi mereka. Berikut adalah melihat lebih dekat mengapa orang merahasiakan depresi.

Takut membebani orang lain

Depresi dan rasa bersalah cenderung berjalan beriringan.3 Akibatnya, banyak orang tidak ingin membebani orang lain dengan perjuangan mereka. Fakta ini mungkin benar terutama bagi orang-orang yang terbiasa merawat orang lain daripada meminta orang lain merawat mereka. Mereka hanya tidak tahu bagaimana meminta bantuan, jadi mereka menyimpan perjuangan mereka untuk diri mereka sendiri.

Denial atau Penyangkalan

Eccedentesiast mungkin berasal dari penyangkalan seseorang bahwa mereka merasa tertekan. Mereka mungkin berpikir bahwa selama mereka tersenyum, mereka tidak boleh mengalami depresi. Banyak orang tidak dapat mengakui bahwa mungkin ada sesuatu yang salah dengan mereka. Lebih mudah bagi mereka untuk berpura-pura baik-baik saja daripada membuka perasaan mereka yang sebenarnya.

Merasa bersalah

Karena rasa bersalah cenderung menyertai depresi, terkadang orang merasa tidak seharusnya depresi. Mereka mungkin berpikir bahwa mereka memiliki kehidupan yang baik dan tidak seharusnya merasa buruk.

Selain itu, bagi mereka yang perfeksionis yang menguasai cara berpenampilan ‘sempurna’ akan besar kemungkinan menjadi seorang eccedentsiast. Nah, bagi banyak orang, itu sama artinya dengan menyembunyikan rasa sakit atau masalah.

Ciri-ciri orang yang mengidap gejala eccedentesiast

Eccedentsiast bukanlah diagnosis klinis melainkan masalah nyata yang dialami banyak orang. Menurut laporan WHO pada Januari 2020, 265 juta orang di seluruh dunia mengalami depresi. Termasuk mengubur depresi dengan menghias wajah dengan senyuman.

Karena mempengaruhi kesehatan mental, bisa dibilang kondisi ini berbahaya. Ciri-ciri seseorang dengan eccedentsiast antara lain sebagai berikut:

1. Selalu terlihat bahagia dan ceria

Semua orang ingin bahagia, tapi kenyataannya hidup tidak selalu bahagia bukan? Seseorang dengan eccedentsiast selalu terlihat bahagia dan ceria di depan orang lain. Bagi masyarakat sekitar, seolah-olah tidak memiliki beban hidup. Bagi orang eccedentsiast, sedih, sakit hati, dan depresi, cukup merasakannya dan jika orang lain tahu, mereka merasa lebih merepotkan.

2. Cenderung introvert

Tidak ingin orang lain terlalu larut dalam kesedihannya, mereka adalah orang yang eksentrik cenderung tertutup dan menyendiri. Meski terlihat mandiri, mereka sebenarnya tidak mau dibantu oleh orang lain.

3. Hanya berbicara dengan teman terdekat

Orang lain yang bukan teman dekat tidak benar-benar tahu bagaimana perasaan mereka sebenarnya. Ciri-ciri orang eccedentsiast selanjutnya hanya menceritakan tentang perasaannya terhadap orang terdekatnya.

Sebenarnya eccedentsiast bukanlah orang yang ‘dingin’, mereka masih merasakan emosi negatif tetapi tidak menunjukkannya kecuali kepada teman terdekatnya.

4. Kehilangan minat pada aktivitas yang mereka sukai

Seseorang dengan depresi tersenyum mungkin tidak lagi tertarik untuk melakukan aktivitas yang sebelumnya mereka nikmati. Hal ini disebabkan oleh tumbuhnya perasaan bersalah, tidak berharga, dan putus asa. Meski di depan orang lain terlihat optimis dan ceria, namun di dalam hati mereka perlu mengungkapkan apa yang sebenarnya mereka rasakan.

5. Perubahan nafsu makan

Beberapa orang yang memendam perasaan tidak bahagia sering kali mengalami perubahan nafsu makan. Ada yang makannya banyak, ada yang sebaliknya. Perubahan berat badan juga bisa dialami oleh penderita eccedentsiast.

Untuk menangani eccedentsiast, jika tidak terkendali atau mendorong melukai diri sendiri, memerlukan diagnosis profesional. Cara mengatasinya bisa dengan terapi, terapi wicara, dan perubahan gaya hidup seperti pola makan dan olahraga.

Bila kamu mendapati eccedentsiast, rangkullah mereka. Yakinkan mereka bahwa kamu ada untuk membantu mereka meski mungkin itu tidak banyak. Hadapi mereka dengan serius dan berikan solusi dengan cara yang lebih santai agar mereka mengerti bahwa kamu dapat dipercaya dan masalah mereka tidak seburuk yang mereka kira.

 

photo by pexels

Share artikel ini
Reference