kehamilan ektopik

kehamilan ektopik

Di Amerika Serikat diperkirakan 30-40 wanita meninggal setiap tahun karena kehamilan ektopik, dan 9-13% kasus disebabkan oleh kehamilan ektopik.

Sedangkan di Indonesia sendiri terdapat kurang lebih 60.000 kasus tiap tahunnya atau sekitar 0,03% dari total populasi.

Proses kehamilan yang normal berawal dari pembuahan sel telur oleh sperma (membentuk zigot) di tuba falopi dan kemudian bergerak menuju rahim untuk melanjutkan proses implantasi

Namun, selama proses tersebut, terdapat kondisi dimana zigot justru menempel dan tumbuh pada organ lain di luar rahim seperti tuba falopi, leher rahim, atau rongga perut.

Kondisi tersebut dinamakan kehamilan diluar rahim atau kehamilan ektopik.

Apa itu kehamilan ektopik?

Kehamilan ektopik (KET) atau kehamilan ekstrauterin adalah kondisi ketika sel telur yang telah dibuahi tumbuh di luar rahim, dan pada 90% kasus terjadi di tuba falopi.

Kehamilan ektopik menyebabkan janin tidak dapat berkembang dengan semestinya.

Kondisi ini merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan medis karena tanpa diagnosis dan pengobatan yang cepat dapat menyebabkan pendarahan yang mengancam jiwa.

Penyebab kehamilan ektopik

Salah satu penyebab kehamilan ektopik adalah kerusakan pada tuba falopi sehingga mencegah sel telur yang telah dibuahi masuk ke rahim.

Kerusakan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit radang panggul akibat infeksi sistem reproduksi dan prosedur operasi seperti sterilisasi (tubektomi).

Selain kerusakan tuba falopi, ada beberapa faktor lain yang dapat memicu terjadinya kehamilan ektopik yaitu sebagai berikut:

  • Memiliki riwayat penyakit radang panggul
  • Memiliki kebiasaan merokok
  • Perubahan kontraksi tuba
  • Berusia 35 tahun atau lebih ketika hamil
  • Menderita penyakit atau infeksi menular seksual (gonore dan chlamydia)
  • Memiliki jaringan parut dari operasi panggul dan area perut
  • Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya
  • Penggunaan obat kesuburan
  • Penggunaan bantuan teknologi reproduksi seperti fertilisasi in vitro (IVF)
  • Hamil saat menggunakan kontrasepsi IUD (intrauterine device)
  • Sering berganti pasangan seksual

Gejala kehamilan ektopik

Gejala kehamilan ektopik biasanya tidak memberikan tanda signifikan dalam beberapa minggu pertama kehamilan dan terasa seperti kehamilan normal disertai rasa mual, muntah, ataupun nyeri pada payudara.

Namun, gejala kehamilan ektopik dapat menyerupai penyakit lain seperti usus buntu, infeksi saluran kemih dan penyakit ginekologi lainnya.

Sekitar 50% ibu mengalami gejala sakit perut yang disertai dengan berhentinya menstruasi dan pendarahan di vagina. Berikut adalah tanda-tanda awal kehamilan ektopik :

  1. Merasakan kram tajam pada perut
  2. Pendarahan ringan di vagina
  3. Mengalami nyeri panggul
  4. Mengalami sakit atau nyeri di perut bagian bawah
  5. Mengalami nyeri bahu, leher, atau rektum
  6. Pusing atau sakit kepala
  7. Pucat dan lemas
  8. Demam disertai flu
  9. Kram perut
  10. Muntah
  11. Pingsan

Apabila dibiarkan, kehamilan ektopik yang semakin membesar dapat menyebabkan tuba falopi pecah disertai nyeri perut dan pendarahan berat.

Segeralah hubungi layanan kesehatan terdekat jika kamu mengalami gejala-gejala di atas.

Diagnosis kehamilan ektopik

Ketika terdapat dugaan adanya kehamilan ektopik, maka dokter akan melakukan beberapa prosedur pemeriksaan seperti:

1. Tes kehamilan

Alat tes kehamilan bekerja dengan cara mengukur jumlah hormon hCG (human chorionic gonadotropin) dengan memeriksa urin atau mengambil sampel darah.

Pada kehamilan ektopik, penderita memiliki kadar hCG yang lebih rendah dibandingkan dengan kehamilan normal.

2. Pemeriksaan panggul

Pemeriksaan panggul dapat membantu mengidentifikasi lokasi nyeri pada perut dan tonjolan pada tuba falopi maupun ovarium.

3. Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi membantu dokter dan sang ibu untuk melihat rahim dan saluran tuba.

Bila tidak ditemukan gambaran janin dalam rahim saat pemeriksaan, maka ini dapat menjadi sebuah tanda kehamilan ektopik.

Penanganan kehamilan ektopik

Karena sel telur yang telah dibuahi tidak dapat bertahan hidup di luar rahim, maka proses kehamilan perlu dihentikan.

Penanganan pada kehamilan ektopik dilakukan dengan dua cara yakni terapi obat dan tindakan operasi.

1. Methotrexate

Metotreksat bekerja dengan menghentikan pertumbuhan sel dan memungkinkan tubuh untuk menyerap kehamilan. Pemberian obat methotrexate oleh profesional kesehatan disesuaikan dengan kondisi pasien.

2. Operasi

Apabila penggunaan Methotrexate tidak berhasil, operasi dapat menjadi langkah selanjutnya yang akan diambil.

Selain itu operasi dilakukan jika ditemukan kondisi gawat yang mengancam jiwa. Operasi kehamilan ektopik ada 2 macam yakni operasi laparoskopi dan laparotomi.

Komplikasi kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik yang tidak ditangani dengan cepat akan menyebabkan komplikasi kehamilan seperti di bawah ini:

  1. Ruptur (robekan) tuba atau rahim
  2. Perdarahan masif
  3. Syok
  4. Koagulopati intravaskular diseminata (Disseminated Intravascular Coagulopathy)
  5. Kematian

Prognosis kehamilan ektopik

Bagi ibu yang pernah mengalami kehamilan ektopik maka, ada sekitar 10% kemungkinan hal tersebut akan terjadi lagi.

Konsultasikanlah dengan dokter terkait riwayat kesehatan seperti ketidaksuburan dan risiko lain termasuk kapan waktu yang tepat untuk merencanakan kehamilan. Kamu juga perlu mewaspadai tanda dan gejala kehamilan ektopik.

Periksakan kandunganmu secara berkala sampai dokter menyatakan bahwa janin yang dikandung telah melekat pada tempatnya di rahim.

Share artikel ini
Reference