Benarkah Pasung Jadi Cara Efektif Untuk Orang Gangguan Jiwa?
Pasung adalah tindakan pengekangan pada seseorang dengan gangguan jiwa. Di beberapa wilayah Indonesia, pasung masih banyak terjadi. Rupanya dalam dunia medis, pasung juga menjadi salah satu alternatif penanganan kesehatan mental.
Yang menjadi pertanyaan, apakah cara ini aman dan efektif? Karena sering kali tindakan ini diprotes karena tidak manusiawi. Yuk, cari tahu lebih dalam.
Apa itu pasung?
Pengekangan fisik atau pasung adalah pendekatan koersif yang memungkinkan pemberian perawatan yang diperlukan dengan mengurangi gerakan fisik pasien secara aman. Pasung dianggap sebagai pendekatan yang tidak manusiawi.
Namun tahukah kamu, frekuensi penggunaan pasung pada pasien yang dirawat di instansi kesehatan mental berkisar cukup banyak? Menurut studi yang dirilis dalam jurnal International Journal of Nursing Sciences, terdapat 3,8% hingga 51,3% pasien pasung di seluruh dunia. Beberapa penyelidikan telah menyatakan bahwa frekuensi penggunaan pasung pada pasien rawat inap psikiatri meningkat pesat dalam satu dekade terakhir.
Beberapa hal jadi pertimbangan untuk cara ini, termasuk perilaku pasien yang condong ke arah kekerasan dan penilaian medis.
Jenis pasung
Penggunaan pasung dianggap salah satu pendekatan yang efektif, untuk menghindari cedera lebih lanjut dengan mengurangi gerakan fisik pasien. Praktisi medis setuju bahwa menerapkan pasung dalam keadaan mendesak adalah rasional, tetapi sayangnya bisa juga disalahgunakan.
Ada banyak jenis pengekangan. Mereka dapat mencakup:
- Sabuk, rompi, jaket, dan sarung tangan untuk tangan pasien
- Perangkat yang mencegah orang untuk dapat menggerakkan siku, lutut, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki
Cara lain untuk menahan pasien meliputi:
- Menempatkan pasien di kamar sendirian, di mana orang tersebut tidak bebas untuk pergi
- Pengasuh memegang pasien dengan cara yang membatasi pergerakan orang tersebut
- Pasien diberi obat-obatan yang bertentangan dengan keinginan mereka untuk membatasi pergerakan mereka
Dampak negatif pasung untuk kesehatan mental
Pasung tak hanya berpengaruh pada pasien, namun juga staf atau perawat yang melakukannya. Apa saja dampak negatif pasung? Berikut penjelasannya.
Trauma dan Retraumatisasi
Bagi sebagian orang, menahan diri secara fisik membawa kembali ingatan akan trauma sebelumnya dan dialami sebagai ‘traumatisasi ulang’. Akibatnya, pasung juga dapat dianggap sebagai ‘anti-pemulihan’ dan dapat membuat beberapa orang takut akan perawatan. Mereka bisa jadi sangat brutal atau sangat tenang dalam artian negatif seperti takut.
Dehumanisasi
Ini termasuk perasaan menjadi ‘di bawah manusia’ sebagai konsekuensi dari pengekangan. Penderita gangguan jiwa merasa keluarga, masyarakat, dan profesional medis menghukum mereka dan menggunakan kekuasaan atas mereka. Hal ini dapat menyebabkan perasaan tidak berharga, tidak berdaya, kehilangan kendali, ketidakberdayaan, disalahgunakan, menyalahkan diri sendiri, serta rendah diri.
Kesusahan
Dikekang dapat menyebabkan perasaan tertekan selama waktu pengekangan dan untuk jangka waktu berikutnya, baik untuk pasien dan staf. Selain itu, juga dapat menyebabkan kesusahan bagi mereka yang menyaksikan insiden penahanan.
Beberapa temuan, khususnya yang terkait dengan perspektif perawat, menunjukkan bahwa pengekangan diperlukan sejauh lingkungan klinis bebas pengekangan tidak memungkinkan. Menariknya, perawat mungkin menggunakan tawa untuk mengurangi stres selama pasung atau bertindak dengan autopilot tanpa respons emosional.
Takut
Keluarga, lingkungan, bahkan perawat dapat menjadi takut pada pasien, yang akhirnya membuat penderita menjalani pasung. Sebaliknya, ketakutan pasien untuk dipasung juga dapat berkontribusi terhadap perilaku agresif. Dengan demikian, budaya ketakutan dilaporkan di mana pengekangan dianggap sebagai pengalaman negatif bagi perawat dan pasien.
Merasa diabaikan
Misalnya, pasien merasa bahwa perawat mengabaikan kesusahan mereka sebelum menahan diri, yang menyebabkan perawat di kemudian hari campur tangan secara berlebihan untuk menahan perilaku tertekan pasien.
Potensi pelanggaran HAM
Inti dari pasung adalah masalah kekuasaan. Bagi sebagian orang, ini dianggap sebagai penggunaan kekuasaan yang berlebihan atau menyalahgunakan kekuasaan, di mana perawat menunjukkan kekuasaan atas pasien. Karena itu ada potensi pelanggaran HAM terkait hal ini. Akibatnya, beberapa orang merasa tidak berdaya karena kondisi tersebut. Beberapa orang yang ditahan dilaporkan merasa kehilangan kendali dan percaya bahwa pengekangan adalah cara bagi perawat untuk mengendalikan pasien.
Setelah tahu dampaknya, tak heran banyak yang menganggapnya tindakan tidak manusiawi. Mempelajari lebih banyak tentang temuan seperti ini penting untuk meningkatkan pemahaman kita tentang dinamika kompleks dalam pengaturan rawat inap. Jadi, sudah jelas ya kita dapat kesimpulan bahwa pasung bukanlah metode yang bisa dilakukan begitu saja.