Waspada Risiko Bahaya Tampon, Kamu Wajib Tahu!
Saat menstruasi, kamu mungkin sudah biasa menggunakan pembalut. Di sisi lain, ada produk lain dengan fungsi yang sama, yaitu tampon. Bagi kamu yang masih asing dengan istilah tersebut, mungkin penasaran apakah ada bahaya tampon?
Tampon dan pembalut sama-sama wanita gunakan untuk menampung darah haid, hanya saja bentuk keduanya dan cara pemakaiannya yang berbeda. Namun, kamu perlu hati-hati karena bahaya tampon juga bisa mengintaimu.
Yuk, simak informasi selanjutnya berikut ini!
Apa itu tampon?
Sebelum mengetahui bahaya tampon, kamu perlu mengenali apa itu alat yang satu ini. Alat yang satu ini digunakan untuk menyerap aliran darah menstruasi selama masa haid. Tampon dirancang untuk dimasukkan ke dalam vagina dengan atau tanpa aplikator.
Tampon adalah produk menstruasi paling populer di Amerika Serikat sekitar 70% wanita menggunakannya. Lembaga FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat menganjurkan penggunaan tampon sekali pakai karena berulang-ulang pemakaiannya.
Hal ini dapat menyebabkan infeksi jamur atau bakteri. FDA juga menyarankan agar tampon tidak digunakan lebih dari 8 jam. Tampon yang FDA setujui terbuat bahan-bahan aman seperti dari katun, rayon, atau campuran keduanya.
Tampon yang berkualitas adalah tampon yang terbuat dengan proses pemutihan bebas dari unsur klorin, yang juga mencegah produk memiliki tingkat dioksin yang berbahaya (sejenis polutan).
Apakah tampon berbahaya?
Meski aman, sayangnya, kita perlu sadar bahwa jenis paparan bahan kimia mungkin memiliki efek samping. Ada beberapa kandungan yang cukup berbahaya yang terdapat di berbagai macam produk tampon:
1. Dioksin
Dalam tampon ternyata ada zat dioksin, yaitu bahan kimia dari pengolahan klorin. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan (EPA), tidak ada tingkat paparan dioksin yang aman.
EPA melaporkan dioksin dapat menyebabkan kanker pada hewan dan juga dapat menyebabkan kanker pada manusia. Bahan kimia ini juga terkait dengan gangguan hormon dan dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
2. Kapas non-organik
Jika kapas tidak organik, itu berarti kapas telah direkayasa secara genetik. Kapas rekayasa genetika dibuat agar tahan terhadap pestisida dan herbisida yang akan mempengaruhi pertumbuhan kapas. Hal ini bermasalah karena memungkinkan lebih banyak pestisida dan herbisida untuk disemprotkan ke kapas, yang meningkatkan risiko residunya ada di kapas di tampon.
Residu pestisida ini mengandung zat karsinogen seperti Procymidon dan piperonil butoksi. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan risiko kanker, gangguan endokrin, dan toksisitas akut.
3. Parfum
Apa yang membuat tampon beraroma harum? Ya, sabun kimia. Satu tampon beraroma bisa mengandung sekitar 3.000 bahan kimia pewangi.
Hal ini beresiko pada timbulnya phthalates yang merupakan pengganggu endokrin yang telah banyak berhubungan dengan cacat lahir, kanker payudara, infertilitas, diabetes, obesitas, gangguan autoimun, dan banyak lagi.
4. Klorin
Tampon juga bisa jadi berbahaya karena mengandung klorin. Klorin merupakan bahan kimia untuk membersihkan kolam juga bisa terdapat di dalam tampon. Bahan kimia ini biasanya ada pada proses pemutihan di mana ia menghasilkan sejumlah kecil dioksin, yang berbahaya untuk tubuh.
5. Bisphenol-A (BPA)
Lebih dikenal sebagai bahan kimia pengganggu hormon yang berasal dari produksi plastik, Bisphenol-A (BPA) mengganggu cara kerja hormon yang berpengaruh pada perkembangan ke seluruh tubuh.
Bahkan sejumlah kecil BPA dapat memicu perubahan dalam tubuh yang mengarah ke kanker payudara, pubertas dini, diabetes, obesitas, dan masih banyak lagi.
Risiko pemakaian tampon
Jika kamu ingin menggunakan produk tampon, ada beberapa risiko yang perlu dipertimbangkan:
1. Dapat mengiritasi vagina
Tampon lebih cenderung mengiritasi dan mengeringkan vagina daripada pembalut menstruasi. Tampon sangat tidak disarankan untuk digunakan semalaman. Semakin lama kamu memasukkan tampon, semakin besar kemungkinannya untuk mengiritasi vagina atau menyebabkan infeksi, seperti ISK.
2. Risiko sindrom syok toksik (TTS)
Salah satu risiko terbesar menggunakan tampon adalah risiko sindrom syok toksik (TSS). Sindrom ini adalah kondisi langka namun berpotensi mengancam jiwa yang berkembang ketika bakteri di vagina tumbuh berlebihan akibat tampon di dalamnya. Gejala TTS termasuk diare, muntah, demam, dan lemas.
Untuk mengurangi risiko berkembangnya kondisi ini, penting untuk mengganti tampon setiap tiga hingga empat jam. Menggunakan tampon dengan daya serap rendah juga semakin mengurangi risiko dapat mengurangi risiko ini.
Cara menggunakan tampon yang aman
Jika kamu tetap ingin memakai tampon, berikut ini beberapa hal yang perlu kamu lakukan untuk terhindar dari bahaya tampon:
- Ikuti semua petunjuk yang dicantumkan dalam label kemasan tampon.
- Cuci tangan kamu sampai bersih terlebih dahulu untuk mencegah penyebaran bakteri.
- Kamu perlu rileks dan tidak tegang karena memasukkan tampon ke dalam vagina akan lebih mudah jika
- kamu dalam keadaan santai. Hal ini juga akan mengurangi risiko iritasi pada vagina. Kamu juga bisa mengoleskan sedikit pelumas di ujung tampon atau aplikator.
- Gunakan tampon hanya saat kamu sedang menstruasi. Tampon tidak dimaksudkan untuk digunakan pada waktu lain atau untuk alasan lain.
- Gunakan tampon dengan daya serap terendah yang kamu butuhkan. Jika kamu bisa memakai satu tampon hingga delapan jam tanpa menggantinya, daya serapnya mungkin terlalu tinggi.
- Ganti tampon setiap 4-8 jam sekali dan jangan biarkan tampon lebih dari 8 jam. Kamu tetap bisa memakai tampon semalaman, tetapi kenakan tepat sebelum tidur dan ganti segera setelah kamu bangun di pagi hari.
Jika kamu mengalami ketidaknyamanan, rasa sakit, atau gejala tak terduga lainnya seperti keluarnya cairan yang tidak biasa saat mencoba memasukkan atau memakai tampon, hentikan dengan segera penggunaan tampon dan segera hubungi layanan Kesehatan untuk berkonsultasi.