Atonia Uteri adalah

Setelah melahirkan, sang ibu bisa mengalami atonia uteri.  Atonia uteri merupakan kondisi yang terjadi saat uteri tidak bisa melakukan kontraksi pasca melahirkan. Kondisi ini bisa menyebabkan perdarahan yang menyebabkan risiko kematian.

Karena tergolong berbahaya, ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang kondisi ini, termasuk cara menanganinya. Dengan begitu, diharapkan kondisi ibu bisa cepat pulih dan membaik. Simak artikel berikut ini untuk mengetahui apa itu atonia uteri, penyebab, gejala, dan cara mengobatinya.

Apa itu atonia uteri?

Atonia uteri adalah kondisi serius yang bisa terjadi setelah melahirkan. Hal ini terjadi ketika uteri gagal melakukan kontraksi setelah melahirkan sehingga bisa menyebabkan risiko kematian. Uteri biasanya melakukan kontraksi untuk menekan pembuluh darah yang menempel pada plasenta. Namun, jika otot-otot uterus melakukan kontraksi yang tidak cukup kuat, hal ini bisa menyebabkan perdarahan yang berlebihan dan tidak terkendali.

Lalu, apakah atonia uteri berbahaya? Kondisi ini tergolong kondisi yang berbahaya karena bisa menjadi penyebab kematian.  Hal itu dapat terjadi jika terlambat dalam mengambil tindakan, membuat diagnosis, dan menerima perawatan.

Kondisi ini tidak selalu dapat dicegah. Sehingga, penting bagi dokter untuk mengetahui cara mengelola kondisi ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan perdarahan yang membahayakan nyawa sang ibu.

Apabila kamu mengalami atonia uteri, kamu perlu segera mendapatkan perawatan untuk menghentikan perdarahan. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat membantu pemulihan.

Penyebab atonia uteri

Penyebab seorang wanita bisa mengalami atonia uteri sebenarnya belum diketahui secara pasti. Tetapi, ada beberapa penyebab yang bisa berkontribusi terhadap terjadinya kondisi ini, antara lain:

  • Proses persalinan yang cukup lama
  • Distensi atau pembesaran rahim yang berlebihan
  • Penggunaan oksitosin, obat, atau anestesi umum selama proses persalinan
  • Pemberian induksi persalinan
  • Makrosomia janin, yaitu ketika ukuran bayi yang dilahirkan lebih besar dari rata-rata
  • Sang ibu berusia lebih dari 35 tahun
  • Mengalami obesitas
  • Polihidramnion, yaitu kondisi saat jumlah air ketuban berlebihan selama masa kehamilan
  • Sudah beberapa kali melahirkan
  • Kehamilan kembar
  • Waktu melahirkan yang terlalu cepat
  • Mempunyai mioma uteri atau fibroid rahim

Gejala atonia uteri

Gejala-gejala yang bisa timbul ketika seorang ibu mengalami kondisi ini meliputi:

  • Perdarahan yang berlebihan dan tidak terkendali
  • Penurunan tekanan darah
  • Sakit punggung
  • Hipotensi ortostatik, yaitu sakit kepala atau pusing
  • Mengalami anemia
  • Mengalami rasa lelah
  • Syok hipovolemik, yaitu syok akibat kekurangan darah

Diagnosis atonia uteri

Kondisi ini biasanya dilakukan diagnosis ketika uteri dalam keadaan rileks dan terjadi perdarahan yang berlebihan. Dokter akan mencari tahu apakah kontraksi uteri berlangsung seperti yang seharusnya. Berikut ini adalah beberapa hal yang dilakukan dokter untuk mendiagnosis atonia uteri.

  • Dokter biasanya akan memperkirakan kondisi kehilangan darah dengan memperhatikan kain kasa yang digunakan untuk menyerap darah.
  • Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan memastikan tidak ada robekan di leher uteri dan memastikan tidak adanya sisa plasenta yang tertinggal di dalam rahim.
  • Dokter juga akan memantau denyut nadi, tekanan darah, jumlah sel darah merah, dan komplikasi yang terjadi.

Cara mengobati atonia uteri

Atonia uteri bisa mengakibatkan perdarahan dan kondisi serius yang membutuhkan penanganan secepatnya. Pengobatan dilakukan untuk menghentikan perdarahan dan mengganti darah yang hilang. Umumnya, kondisi ini ditangani dengan beberapa cara berikut ini.

  • Pemijatan uteri
  • Penggunaan obat uterotonika, termasuk oksitosin, methylergonovine, dan prostaglandin untuk membantu uteri agar bisa lebih cepat melakukan kontraksi
  • Operasi untuk mengikat pembuluh darah
  • Embolisasi arteri uteri untuk memblokir aliran darah ke uteri. Hal ini biasanya dilakukan dengan menyuntikkan zat tertentu.
  • Jika semua perawatan lain tidak berhasil, umumnya akan dilakukan operasi histerektomi atau pengangkatan uteri
  • Mengonsumsi vitamin prenatal, termasuk suplemen zat besi untuk mencegah anemia dan komplikasi lain akibat atonia uteri

Terkadang kondisi serius ini tidak bisa dilakukan pencegahan, apalagi riwayat kesehatan kehamilan seseorang belum diketahui secara jelas. Maka dari itu, ibu hamil perlu secara teratur melakukan konsultasi dengan dokter dan memberikan riwayat kesehatan yang lengkap kepadanya. Tujuannya agar komplikasi ketika melahirkan dapat dicegah.

Share artikel ini
Reference