PTSD

Trauma menjadi kejadian yang tidak bisa dilupakan dalam hidup, bahkan dapat menyebabkan gangguan mental. Salah satu masalah tersebut adalah PTSD (post-traumatic stress disorder), yaitu gangguan stress yang dialami setelah mengalami trauma. 

Gangguan mental ini paling banyak dialami oleh orang-orang pada masa Perang Dunia I, dikenal dengan istilah shock shell. Sedangkan pada Perang Dunia II, gangguan ini disebut dengan “kelelahan tempur”. PTSD pada saat itu tidak hanya dialami oleh para prajurit perang, masyarakat biasa dari berbagai etnis pun ikut mengalaminya.

Bahkan selebriti dunia seperti Lady Gaga dan Ariana Grande juga pernah mengalaminya, loh. Lady Gaga mengaku menderita gangguan mental ini karena mengalami pelecehan seksual di waktu kecil. Sementara Arian Grande menderita gangguan tersebut setelah insiden bom di konsernya di Manchester, Inggris.

Yuk, kita kenal lebih dekat dengan gangguan mental ini.

Apa itu PTSD?

PTSD (post-traumatic stress disorder) adalah gangguan mental yang dialami seseorang setelah mendapat pengalaman traumatis. Peristiwa traumatis tersebut bisa berupa pengalaman bencana alam, kecelakaan, pelecehan, cedera serius, dan lain-lain. Penderita PTSD merasa terus dihantui oleh kejadian traumatis, bahkan dalam waktu yang lama setelah peristiwa traumatis berakhir.

Kejadian traumatis akan selalu terbayang atau bahkan terbawa mimpi, hingga menimbulkan perasaan sedih, marah, takut, hingga panik. Penderita PTSD akan menghindari situasi atau orang-orang yang mengingatkan mereka terhadap pengalaman traumatis tersebut. 

Mereka juga akan menunjukan respon negatif terhadap sesuatu yang biasa seperti suara keras dan sentuhan yang tidak disengaja. Maka dari itu, seseorang yang memiliki trauma di masa lalu harus mendapat perawatan dan perlakuan khusus sesuai dengan saran psikolog. 

Gejala PTSD

Ada empat kategori gejala PTSD, gejala tersebut sangat bervariasi dan menunjukan tingkat keparahan. Secara garis besar, berikut empat gejala PTSD:

  1. Intrusif

Gejala intrusive meliputi; pikiran yang mengganggu seperti ingatan yang berulang dan tidak disengaja, mimpi yang menyedihkan, atau kilas balik dari peristiwa traumatis. Kilas balik mungkin begitu jelas sehingga penderita merasa bahwa mereka sedang mengalami kembali pengalaman traumatis atau melihatnya di depan mata mereka.

  1. Penghindaran/avoidance

Menghindari pengingat peristiwa traumatis termasuk menghindari orang, tempat, aktivitas, objek, dan situasi yang dapat memicu ingatan menyedihkan. Penderita akan mencoba untuk menghindari mengingat atau berpikir tentang peristiwa traumatis. Mereka mungkin menolak berbicara tentang apa yang terjadi atau bagaimana perasaan mereka tentang hal itu.

  1. Perubahan mood dan cara berpikir menjadi negatif 

Gejala ini meliputi; selalu berpikir negatif kepada diri sendiri, orang lain, lingkungan, bahkan dunia. Penderita juga akan mengalami masalah memori, mereka tidak bisa mengingat aspek penting dalam kejadian traumatis. Penderita akan sulit bersosialisasi, sulit merasakan emosi positif, bahkan hingga mati rasa secara emosional.

  1. Perubahan dalam gairah dan reaktivitas

Gairah dan gejala reaktif yang dialami termasuk; menjadi mudah tersinggung dan mudah marah, berperilaku sembrono atau merusak diri sendiri, menjadi terlalu waspada terhadap lingkungan seseorang dengan cara yang negatif, mudah terkejut, dan mengalami masalah berkonsentrasi atau tidur.

Penyebab PTSD

Penyebab PTSD tentunya karena kejadian trauma yang terjadi di masa lalu. Kejadian trauma tidak bisa disama ratakan, meskipun beberapa orang menganggap suatu kejadian sepele namun penderita akan merasa sangat tertekan hingga mengalami PTSD. Berikut adalah beberapa contoh kejadian yang menyebabkan PTSD:

  • Kecelakaan serius
  • Kekerasan fisik atau seksual
  • Pelecehan, termasuk kekerasan masa kanak-kanak atau rumah tangga
  • Masalah kesehatan yang serius, seperti mendapat perawatan intensif
  • Pengalaman melahirkan, seperti kehilangan bayi
  • Kematian seseorang terdekat
  • Perang dan konflik
  • Penganiayaan

Cara mengobati PTSD

Jika kamu memiliki PTSD (post-traumatic stress disorder), mungkin kamu merasa hidup tidak akan pernah kembali normal seperti sebelumnya. Anggapan tersebut kurang tepat, karena PTSD masih bisa diobati. Caranya yaitu dengan melakukan psikoterapi dan mengonsumsi obat-obatan jangka pendek atau panjang. Seringkali, kedua jenis perawatan lebih efektif dilakukan secara bersamaan.

Terapi PTSD memiliki tiga tujuan utama:

  • Memperbaiki gejala yang sering muncul seperti panik, sedih, dan marah
  • Mengajari keterampilan untuk menghadapinya
  • Mengembalikan kepercayaan diri

Sebagian besar terapi PTSD akan menguraikan sebuah ide untuk mengubah pola pikir yang mengganggu hidup penderitanya. Caranya dengan membicarakan trauma yang dialami atau berkonsentrasi terhadap asal muasal ketakutan yang dialami.

Share artikel ini
Reference