infeksi jamur vagina

Hampir semua wanita mengalami infeksi jamur vagina. Gejala infeksi jamur ini berupa rasa terbakar, gatal, dan keputihan dengan tekstur yang kental.

Infeksi jamur mudah diobati. Namun demikian, kamu harus waspada dengan tetap menjaga kesehatan organ kewanitaan.

Pasalnya, gejala infeksi jamur sama dengan infeksi vagina dan penyakit menular seksual lainnya. Jika kamu memiliki infeksi yang lebih serius yang bukan infeksi jamur, bisa menyebabkan masalah kesehatan yang lebih besar.

Beberapa wanita dapat mengalami infeksi jamur vagina selama menstruasi, atau selama kehamilan karena perubahan hormonal. Lantas, apa penyebab infeksi jamur pada bagian vagina? Yuk simak penjelasan selengkapnya berikut ini!

Penyebab infeksi jamur vagina

sariawan di vagina
sariawan di vagina

Jamur sebenarnya bukan organisme asing bagi vagina. Dalam kondisi normal, vagina memang mengandung sejumlah jamur dan bakteri untuk menyeimbangkan fungsi organ reproduksi utama wanita.

Namun, adanya kondisi tertentu tumbuhnya jamur juga bisa terjadi berlebihan. Jenis jamur yang sering memicu infeksi vagina adalah Candida Albicans, sehingga penyakit ini sering disebut juga dengan kandidiasis vagina. Berikut adalah penyebab yang bisa memicu infeksi jamur pada vagina, antara lain:

1. Perubahan hormonal

Adanya perubahan hormonal yang drastis juga menyebabkan terjadinya infeksi jamur pada vagina kamu. Pasalnya, saat hormon tidak seimbang, keseimbangan jamur di vagina juga bisa terganggu.

Kondisi yang menyebabkan perubahan hormonal yang drastis antara lain kehamilan, menyusui, menopause, dan penggunaan kontrasepsi hormonal seperti pil KB.

Hati-hati! Ini Tanda Sindrom Ovarium Polikistik pada Wanita Usia Produktif

2. Minum antibiotik

Konsumsi antibiotik dalam jangka panjang atau dosis tertentu efektif membunuh bakteri penyebab penyakit di dalam tubuh.

Namun dalam beberapa kondisi, bakteri baik bisa menjaga keseimbangan tubuh bisa hilang. Hal seperti ini sama terjadi pada vagina.

Ketika banyak bakteri di vagina mati karena antibiotik, jamur akan lebih mudah tumbuh pada vagina, bahkan sampai tak terkendali.

3. Diabetes

Kadar gula darah yang tinggi dapat memicu berbagai reaksi dalam tubuh. Efek gula darah tinggi sering diketahui, seperti luka yang sulit sembuh dan saraf yang rusak.

Namun sebenarnya, diabetes juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi jamur pada vagina.

Ketika gula darah tinggi, kandungan gula pada selaput lendir atau lapisan licin vagina meningkat, menjadikannya tempat yang ideal untuk pertumbuhan jamur yang berlebih.

7 Tips Aman dan Cepat Mengatasi Kaki Bengkak Diabetes

4. Daya tahan tubuh menurun

Ketika sistem kekebalan tubuh lemah, akan sulit bagi sel-sel yang ada untuk bertahan melawan agen penyebab penyakit, termasuk jamur.

Orang dengan kondisi kekebalan yang lemah, seperti orang dengan HIV atau yang menggunakan obat penekan kekebalan atau imunosupresan, berisiko lebih tinggi terkena infeksi jamur pada vagina.

5. Penggunaan pembersih vagina yang tidak tepat

Cara terbaik untuk membersihkan vagina adalah dengan menggunakan air. Jika kamu ingin menggunakan sabun atau produk pembersih, pastikan kamu menggunakan yang tidak mengandung parfum atau bahan-bahan keras karena akan mengubah keseimbangan bakteri dan menyebabkan penyakit ini.

5 Dampak Memakai Pembersih Kewanitaan Yang Berbahaya

Gejala Infeksi jamur vagina

cairan vagina yang tidak normal

Gejala yang paling umum dari infeksi jamur pada vagina adalah rasa gatal yang ekstrim pada dan sekitar vagina. Gejalanya bisa ringan atau berat. Berikut adalah gejalanya:

  • Rasa seperti terbakar, timbul kemerahan, serta bengkak di sebagian vagina
  • Sakit saat buang air kecil
  • Nyeri saat berhubungan seksual
  • Rasa sakit
  • Keputihan kental

Wajib Tahu, Ini 9 Penyebab Bibir Kemaluan Bentol Dan Gatal

Pengobatan Infeksi Jamur Vagina

smegma vagina

Beberapa cara ini dapat membantu kamu mengatasi infeksi jamur pada vagina, antara lain:

1. Krim antijamur

Kamu bisa menggunakan krim atau salep antijamur, kamu bisa membelinya di apotek terdekat dengan mudah.

Obat antijamur dapat dioleskan sebagai pengobatan selama 3-7 hari dan umumnya efektif dalam mengobati jenis infeksi ringan. Baca petunjuk label pada kemasan untuk cara menggunakannya.

2. Asam borat

salah satu bahan kimia yang memiliki sifat antijamur serta antiseptik. Kamu bisa menggunakannya 1 hingga 7 hari saat perawatan jamur pada vagina.

Sebuah penelitian menemukan bahwa obat antijamur ini cukup efektif dalam membasmi jamur di vagina. , Selain itu, penggunaan obat ini harus menggunakan resep dari dokter.

3. Yogurt

Selain perawatan luar, kamu juga bisa mengonsumsi yogurt untuk perawatan dari dalam. Adanya bakteri baik yakni probiotik bisa menghilangkan jamur pada bagian vagina.

Pertimbangkan untuk mengonsumsi yogurt secara teratur jika kamu sering mengalami masalah di area intim.

Menariknya, ada penelitian juga mengatakan bahwa konsumsi probiotik dapat mencegah infeksi bakteri jika dikonsumsi setiap hari.

Ternyata Ini Alasan Kenapa Vagina Bau, Waspadai Penyebabnya!

Cara mencegah infeksi jamur vagina

menggunakan pakaian dalam yang nyaman

Infeksi jamur yang menyerang vagina tentu saja memberikan dampak yang sangat tidak nyaman. Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Berikut adalah beberapa cara pencegahan untuk menghindari infeksi di masa depan.

1. Kenakan pakaian yang terbuat dari bahan katun

Pakaian yang terlalu ketat terutama di area kewanitaan dapat menyebabkan tingkat kelembapan yang tinggi. Infeksi jamur lebih mungkin berkembang di daerah yang gelap dan lembab.

Para ahli menyarankan agar wanita memakai pakaian katun yang tidak terlalu ketat dan memiliki pori-pori untuk sirkulasi udara.

2. Menjaga kebersihan vagina yang baik

Wanita untuk tidak melakukan douching atau membersihkan vagina dengan cairan khusus. Tindakan ini dapat membunuh bakteri baik di vagina yang mencegah infeksi jamur.

Cara lainnya, kamu hanya perlu membersihkan bagian luar vagina dengan air dan sabun yang lembut.

3. Jangan sembarangan minum antibiotik

Mengkonsumsi antibiotik secara sembarangan tanpa resep juga akan meningkatkan risiko berkembangnya resistensi antibiotik.

Artinya, lama kelamaan bakteri tersebut akan menjadi resisten terhadap obat tersebut dan menjadi lebih sulit untuk disembuhkan ketika terjadi infeksi.

Kondisi ini dapat terjadi pada semua wanita. Namun, risiko lebih tinggi terjadi pada wanita hamil, ibu menyusui, wanita yang tidak menjaga kebersihan vagina, sering berganti-ganti pasangan, dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.

Share artikel ini
Reference