Tanda-Tanda Cairan Vagina yang Tidak Normal, Ini Penjelasannya!
Cairan vagina merupakan salah satu komponen penting bagi kesehatan organ intim wanita. Namun, banyak wanita yang masih malu atau takut untuk mengetahui lebih dalam tentang jenis-jenis cairan vagina. Padahal, dari cairan vagina, kita bisa mendeteksi kemungkinan beberapa penyakit, lho!
Cairan dapat dikatakan normal jika warnanya putih terang, kental, tidak lengket, dan tidak berbau. Sedangkan cairan yang tidak normal seringkali memiliki bau yang tidak sedap, warna yang tidak biasa, dan terkadang disertai dengan banyak gejala lain, seperti gatal atau nyeri.
Ciri -ciri cairan vagina
Cairan vagina sebenarnya berfungsi untuk membersihkan alat kelamin dari bakteri dan sel kulit mati. Jika kamu memiliki cairan vagina, artinya vaginamu sehat dan berfungsi normal.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, cairan yang normal umumnya ditandai dengan warna pucat atau putih terang, tidak berbau, kental dan lengket, serta jumlah cairannya yang tidak terlalu banyak.
Biasanya, karakteristik ini berubah tergantung pada siklus menstruasi wanita. Misalnya, cairan meningkat saat kamu memasuki masa subur. Cairan dengan jumlah lebih banyak tetap bisa dikatakan normal asalkan warna, tekstur, dan volumenya tidak berubah. Jika ada perubahan, ini bisa menjadi pertanda suatu penyakit.
Berikut beberapa tanda cairan vagina yang tidak normal yang perlu kamu ketahui:
- Terjadi perubahan warna keputihan, misalnya dari putih menjadi kuning-hijau.
- Memiliki bau tidak sedap dan menyengat.
- Disertai dengan luka di sekitar vagina.
- Disertai rasa gatal atau nyeri.
- Diserta dengan darah di luar masa haid.
Kondisi Cairan vagina berdasarkan warnanya
Berikut beberapa jenis cairan vagina tidak normal berdasarkan warnanya.
1. Keruh
Jika cairan lebih kental dari biasanya dan disertai dengan bau amis atau menyengat, kamu mungkin mengalami infeksi bakterial vaginosis. Cairan ini biasanya akan keluar lebih banyak setelah berhubungan seks atau sebelum dan sesudah masa haid.
Selain infeksi bakteri, cairan yang keruh dengan tekstur yang kental hingga terlihat seperti gumpalan bisa menjadi tanda adanya infeksi jamur pada vagina. Infeksi jamur ini sering menimbulkan rasa gatal dan nyeri pada vagina. Jika ini terjadi, segera konsultasi ke dokter.
2. Keruh kekuningan
Jika cairan berubah menjadi keruh, kuning, disertai nyeri vagina dan kesulitan menahan kencing, kamu mungkin menderita gonore. Biasanya penyakit ini juga ditandai dengan keluarnya darah dari vagina saat kamu telat haid.
Penyakit lain yang bisa menyerang adalah klamidia. Mirip dengan gonore, kamu mungkin merasakan sakit saat buang air kecil atau berhubungan seks. Untuk mengetahui kepastiannya, konsultasilah dengan dokter.
3. Kuning kehijauan
Cairan vagina dengan warna kuning kehijauan dan bau yang tidak sedap bisa menandakan penyakit trikomoniasis. Gejala lain yang bisa terjadi adalah rasa gatal dan rasa terbakar pada vagina.
Selain trikomoniasis, cairan vagina berwarna kekuningan dengan bau yang tidak sedap bisa menjadi gejala herpes genital. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus ini biasanya ditandai dengan munculnya luka dan nanah di sekitar vagina. Kondisi ini butuh penanganan dokter dengan segera.
4. Kecoklatan atau kemerahan
Cairan vagina berwarna kemerahan atau kecoklatan biasanya disebabkan oleh terkelupasnya lapisan rahim. Ini bisa terjadi pada wanita yang melahirkan. Kondisi ini juga dikenal sebagai lochia.
Namun, jika keluarnya cairan vagina berwarna kecoklatan atau kemerahan sering terjadi di luar masa haid atau persalinan, segera konsultasi dengan dokter karena hal ini bisa menjadi gejala suatu penyakit yang serius.
Penyebab Keluarnya cairan vagina
Sebenarnya apa sih penyebab cairan ini keluar? Yuk, simak penjelasan berikut ini!
1. Masa subur
Masa subur seorang wanita seringkali ditandai dengan vagina yang lembab atau basah. Keadaan ini terjadi normal karena perubahan hormonal selama masa subur menyebabkan peningkatan produksi cairan di vagina.
2. Terangsang
Secara umum, ketika seorang wanita terangsang secara seksual, dia mengeluarkan lebih banyak cairan vagina dari biasanya, yang membuat vaginanya lembab atau basah. Cairan tersebut membantu mendorong penetrasi penis ke dalam vagina selama hubungan seksual.
3. Infeksi atau Penyakit Tertentu
Infeksi adalah penyebab paling umum adanya keputihan tidak normal. Infeksi tersebut termasuk infeksi jamur, bakterial vaginosis, atau penyakit menular seksual, seperti trikomoniasis, herpes genital, gonore, atau klamidia.
Selain infeksi, keputihan yang tidak normal juga bisa disebabkan oleh penggunaan sabun yang berlebihan, berbagai jenis obat-obatan seperti kortikosteroid, antibiotik, atau pil KB, serta komplikasi dari kondisi lain, seperti radang panggul, diabetes, vaginitis, dan kanker serviks.
Cara mengobati cairan vagina
Seperti disebutkan di atas, cairan normal umumnya tidak berbahaya dan bisa hilang secara spontan tanpa pengobatan. Namun, jika yang keluar adalah cairan yang tidak normal, maka kondisi ini harus segera mendapatkan penanganan yang tepat. Ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan, yaitu:
1. Bersihkan vagina dengan tepat
Untuk mengatasinya, kamu bisa memulainya dengan menjaga kebersihan vagina yang benar, yaitu membasuh dari depan ke belakang atau dari vagina ke anus, bukan sebaliknya. Hal ini termasuk ketika kamu membersihkan area genital setelah buang air kecil atau besar.
2. Hindari menggunakan produk kewanitaan
Vagina pada dasarnya adalah organ yang bisa ‘membersihkan diri sendiri’. Jadi, kamu tidak perlu menggunakan produk pembersih kewanitaan, seperti sabun cair atau bedak vagina. Pasalnya, produk kewanitaan dapat mengganggu keseimbangan mikroflora alami yang ada di vagina. Jadi, alih-alih mengatasi cairan yang berlebihan, menggunakan produk ini justru dapat memperburuk kondisi.
3. Gunakan kompres dingin
Untuk mengurangi ketidaknyamanan, seperti gatal atau bengkak pada vagina saat keluarnya cairan, kamu bisa mencoba kompres dingin. Kompres dengan kompres es atau waslap lembut yang dibasahi air dingin.
4. Konsultasi dengan dokter
Jika kamu mengalami keputihan yang tidak biasa yang berlangsung lebih dari seminggu, kamu harus segera mencari pertolongan medis. Dokter akan mengobati masalahmu tergantung penyebabnya.
Jika disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik, tergantung pada jenis kuman yang menyebabkan cairan vagina tersebut keluar. Sedangkan jika disebabkan oleh infeksi jamur, dokter mungkin akan meresepkan obat antijamur berupa krim atau tablet yang ditaruh di dalam atau sekitar vagina.