rabun dekat

rabun dekat

Mata yang sehat bisa membuat penglihatan jadi maksimal. Bahkan, dengan mata yang sehat, kita tidak memerlukan alat bantu seperti kacamata untuk melihat lingkungan sekitar.

Namun, lain halnya jika kamu mengalami masalah penglihatan rabun dekat. Mungkin, kamu bisa melihat lingkungan dengan jarak beberapa meter ke depan secara jelas.

Akan tetapi, penderita rabun dekat tidak bisa melihat objek atau subjek yang ada di dekatnya dengan jelas.

Jika kamu termasuk ke seseorang yang menderita rabun dekat, maka sebaiknya menggunakan kacamata khusus untuk aktivitas sehari-hari.

Bila tidak, maka kegiatan pun bisa terganggu karena masalah penglihatan tersebut.

Namun, apakah rabun dekat hanya bisa diobati dengan pemakaian kacamata?

Penasaran? Yuk, simak artikelnya!

Apa itu rabun dekat?

Secara sederhana, rabun dekat atau hiperopia adalah kondisi penglihatan di mana kamu dapat melihat objek yang jauh dengan jelas, tetapi objek di dekatnya terlihat buram.

Biasanya, tingkat rabun dekat seseorang bisa mempengaruhi kemampuan fokus. 

Rabun dekat biasanya sudah ada sejak lahir dan cenderung diturunkan dalam keluarga. Kondisi ini memengaruhi sekitar 5-10% populasi masyarakat di Amerika Serikat.

Untuk di Indonesia sendiri, kasus rabun dekat sempat meningkat hingga 50% pada tahun 2022 karena pandemi dan akibat belajar atau bekerja dari rumah menggunakan laptop.

Bahkan, sebagian besar kenaikan kasusnya ini terjadi pada anak-anak.

Penyebab rabun dekat

Sebelum mengetahui penyebab rabun dekat, kamu perlu mengenal bagian mata dan cara kerjanya berikut ini.

  • Kornea: Bagian depan mata yang menerima dan memfokuskan cahaya ke mata.
  • Lensa: Struktur transparan di dalam mata yang memfokuskan sinar cahaya ke retina.
  • Retina: Lapisan saraf di bagian belakang mata yang mendeteksi cahaya dan mengirimkan impuls melalui saraf optik ke otak.

Cara kerjanya ini akan dimulai dari cahaya melewati kornea dan lensa yang kemudian membiaskannya ke retina. Ketika proses ini terjadi, gambar akan difokuskan tajam pada retina.

Akan tetapi, karena adanya kelainan refraksi atau struktur mata, maka cahaya yang dibiaskan akan jatuh di belakang retina sehingga menghasilkan gambaran buram saat melihat objek yang dekat. 

Ciri-ciri rabun dekat

Ada beberapa gejala atau ciri-ciri rabun dekat yang mungkin akan dialami. Gejala ini perlu diperhatikan supaya bisa ditangani secepatnya dan tidak semakin parah.

Oleh sebab itu, kamu perlu waspada jika mengalami ciri-ciri rabun dekat berikut ini.

  • Objek di dekatnya tampak buram.
  • Saat melihat, kamu perlu menyipitkan mata atau menajamkan mata.
  • Sakit kepala setelah membaca atau menulis dalam waktu lama.
  • Mata yang mudah lelah. 
  • Terganggunya persepsi akan kedalaman suatu objek

Cara mengatasi rabun dekat

Buat kamu yang mengalami rabun dekat, kondisi kesehatan tersebut bisa segera diatasi dengan baik. Ini dia beberapa cara mengatasi rabun dekat yang bisa kamu terapkan.

1. Menggunakan lensa korektif

Kalau kamu masih muda, pengobatan tidak terlalu diperlukan karena lensa kristal di dalam mata masih cukup fleksibel untuk mengimbangi kondisi tersebut. 

Namun, lain halnya jika kamu sudah menginjak usia 40-an, sebaiknya diatasi dengan menggunakan lensa korektif. 

Dengan menggunakan lensa korektif, kamu bisa menangkal penurunan kelengkungan kornea atau ukuran panjang mata yang lebih kecil. 

Untuk menggunakan lensa korektif, kamu bisa pilih di antara kacamata atau lensa kontak.

2. Operasi refraktif

Meski sebagian besar operasi refraktif digunakan untuk mengobati rabun jauh (miopia), prosedur ini juga bisa digunakan untuk rabun dekat derajat ringan hingga sedang.

Operasi refraktif bisa memperbaiki kelengkungan kornea mata kita. Nah, ada beberapa macam operasi refraktif yang bisa kamu pilih, seperti berikut ini.

  • Laser-assisted in situ keratomileusis (LASIK): Operasi ini menggunakan laser atau microkeratome untuk memperbaiki bagian tengah kornea menjadi lebih curam. 
  • Laser epithelial keratomileusis (LASEK): Operasi ini menggunakan laser untuk memperbaiki tepi luar kornea menjadi lengkungan yang lebih curam.
  • Photorefractive keratectomy (PRK): Pada operasi ini, dokter akan mengangkat lapisan terluar kornea kemudian dilanjutkan dengan prosedur yang serupa dengan LASEK. Lapisan luar kornea kemudian akan kembali terbentuk sekitar 10 hari. 

Umumnya, jenis operasi refraktif yang populer adalah PRK dan LASIK, sedangkan LASEK jarang dilakukan. 

Akan tetapi, perlu diingat bahwa operasi refraktif mungkin tidak cocok dilakukan pada individu dengan kondisi seperti:

  • Sering melakukan pergantian lensa koreksi 
  • Memiliki diabetes
  • Sedang hamil atau menyusui
  • Memiliki sistem imun yang lemah
  • Memiliki penyakit mata lain seperti glaukoma atau katarak

Nah, dengan mengetahui beberapa hal terkait rabun dekat, kamu bisa semakin waspada dan mengatasinya secepat mungkin. 

Tak lupa, usahakan untuk selalu konsultasi dengan dokter sebelum melakukan setiap prosedur supaya kamu bisa mengetahui setiap risiko dari penanganan yang akan dilakukan.

Share artikel ini
Reference