penyebab penyakit polio adalah

penyebab penyakit polio adalah

Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus. Biasanya individu yang terinfeksi mengalami gejala ringan atau tidak bergejala. 

Namun pada beberapa orang, infeksi virus ini dapat menyebabkan kelumpuhan. Dulunya, sebelum vaksin ditemukan, ribuan orang telah mengalami kelumpuhan saat wabah penyakit ini muncul. 

Nah, untuk mencegah timbulnya infeksi dan komplikasi lanjut dari infeksi virus polio, pemerintah telah giat melakukan penyuluhan untuk mencegah infeksi dan penularan penyakit ini sejak dini dengan mencanangkan program wajib imunisasi pada anak dan bulan imunisasi anak nasional. 

Lantas, apa sebenarnya penyakit polio? Dan mengapa kita perlu mewaspadainya?

Apa itu penyakit polio?

Polio (poliomyelitis) adalah penyakit yang menyerang sistem saraf yang bisa menyebabkan seorang menjadi lumpuh atau meninggal.

Penyebab penyakit polio adalah poliovirus yaitu virus single-stranded RNA dari subgroup Enterovirus dan keluarga Picornaviridae. Gejala dari polio kebanyakan ringan atau tidak bergejala. 

Penyakit polio ada tiga variasi yaitu wild poliovirus tipe 1, 2, dan 3 (WPV1, WPV2, dan WPV3). Tipe wild poliovirus 2 dan 3 sudah tidak ada di dunia, dan hanya tipe wild poliovirus 1 yang masih ada di beberapa bagian dunia.

WPV 1 adalah tipe yang mempunyai kemungkinan terbesar untuk menyebabkan seseorang menjadi lumpuh.

Penyebab polio

Penyakit polio disebabkan oleh virus poliovirus. Poliovirus akan berdiam pada daerah tenggorokan dan usus dan dapat menyebabkan gejala mirip flu.

Pada kasus polio yang parah, virus akan menyerang otak dan tulang belakang yang menyebabkan seseorang menjadi lumpuh.

Polio menular dari batuk dan bersin atau kontak dengan tinja seorang yang terinfeksi oleh polio. Polio juga dapat menyebar dari:

  • Tidak mencuci tangan setelah ke toilet atau setelah menyentuh kotoran (misalnya saat mengganti popok).
  • Minum air yang terkontaminasi atau kontak di mulut.
  • Makan makanan yang terkontaminasi.
  • Berenang di air terkontaminasi.
  • Kontak erat dengan orang batuk atau bersin yang mempunyai polio.
  • Kontak erat dengan orang yang terinfeksi polio.
  • Kontak dengan barang yang terkontaminasi.

Gejala polio

Dari semua orang yang terinfeksi oleh penyakit polio, 70%-95% tidak mengalami gejala apa pun. Gejala yang juga dialami adalah gejala ringan (abortive poliomyelitis). Gejala berat (paralytic poliomyelitis) hanya mempengaruhi kurang dari 1% yang terinfeksi.

Gejala polio ringan

  • Kelelahan
  • Demam
  • Sakit kepala
  • Muntah
  • Diare atau konstipasi
  • Sakit tenggorokan
  • Leher kaku
  • Kepekaan terhadap cahaya (photophobia)

Gejala polio berat

  • Kepekaan terhadap sentuhan
  • Kejang otot
  • Tidak bisa menggerakkan tangan atau/dan kaki
  • Susah bernafas, menelan, dan berbicara

Tipe-tipe polio

Penyakit polio dapat memiliki gejala yang berbeda tergantung dengan tipe polio yang menginfeksi tubuh seorang.

Setiap tipe polio memperbanyak dan menyerang dengan cara yang berbeda. Tipe-tipe polio adalah:

  • Abortive poliomyelitis. Menyebabkan gejala flu dan gangguan pencernaan. Gejala polio ringan yang hanya terjadi untuk beberapa hari. Tipe ini jarang menyebabkan komplikasi kesehatan.
  • Non-paralytic. Dapat menyebabkan aseptic meningitis, pembengkakan di daerah yang mengelilingi otak. Tipe polio ini tidak terlalu serius, tetapi membutuhkan perawatan.
  • Paralytic poliomyelitis. Poliovirus menyerang otak dan sumsum tulang belakang. Tipe ini dapat melumpuhkan otot yang membantu tubuh bernafas, berbicara, menelan, dan bergerak. 
  • Polioencephalitis. Tipe polio yang paling jarang menginfeksi penderita polio. Tipe ini kebanyakan terjadi pada bayi dan menyebabkan pembengkakan jaringan otak.
  • Post-polio syndrome. Gejala polio yang kembali beberapa tahun setelah sebelumnya pernah terinfeksi polio.

Siapa yang bisa terinfeksi oleh polio?

Orang yang mempunyai risiko polio terbesar adalah yang belum menjalankan vaksinasi terhadap polio dan:

  • Tinggal di atau mengunjungi daerah di mana polio masih aktif (belum musnah).
  • Tinggal di atau mengunjungi daerah dengan sanitasi yang tidak baik.
  • Di bawah umur 5 tahun.
  • Sedang hamil.

Orang dewasa juga bisa terinfeksi oleh polio, tetapi kebanyakan orang dewasa yang sudah divaksin polio atau pernah terinfeksi oleh polio akan mempunyai imunitas tubuh terhadap penyakit polio.

Penaganan untuk polio

Apabila dokter mencurigai adanya gejala polio pada individu, maka biasanya akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis polio. beberapa pemeriksaan tambahan yang akan dianjurkan berupa pengambilan sampel dari tubuh seperti:

  • Air liur dari tenggorokan
  • Tinja
  • Darah
  • Cerebrospinal fluid (cairan di sekitar otak dan tulang belakang)

Namun sayangnya, sampai saat ini, pengobatan untuk polio belum tersedia. Tidak ada obat yang bisa membuat polio sembuh lebih cepat atau mencegah kelumpuhan.

Tetapi, terdapat beberapa cara untuk meringankan gejala polio, seperti:

  • Memenuhi kebutuhan cairan harian (minum air mineral, jus, kuah)
  • Memakai kompres hangat untuk meringankan nyeri otot
  • Minum obat pereda nyeri (seperti paracetamol)
  • Melakukan terapi atau latihan fisik sesuai dengan anjuran dokter.
  • Istirahat yang cukup.

Bagaimana untuk mencegah terinfeksi oleh polio?

Polio adalah penyakit yang sangat mudah menular. Cara paling baik dan mudah untuk mencegah diri terinfeksi polio adalah pemberian vaksin polio. Ada dua tipe vaksin polio yaitu oral polio vaccine dan inactivated polio vaccine

Vaksin polio biasanya diberikan saat anak-anak (imunisasi). Nah, vaksin ini termasuk dalam imunisasi yang wajib diberikan sebelum bayi berusia 6 bulan, lho.

Berdasarkan tabel jadwal imunisasi anak 2020 rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), imunisasi polio diberikan sebanyak 4 kali sejak bayi baru lahir, yakni saat:

  • Usia 0-1 bulan
  • Usia 2 bulan
  • Usia 3 bulan
  • Usia 4 bulan
  • Usia 18 bulan (pengulangan)

Namun apabila kamu masih belum mendapatkan vaksin polio, kamu bisa ke rumah sakit terdekat untuk mendapat vaksin polio setelah konsultasi dengan dokter, ya.

Share artikel ini
Reference