obat oseltamivir

obat oseltamivir

Banyak digunakan untuk mengobati COVID-19 yang mirip dengan influenza, hasil evaluasi pada penelitian retrospektif menunjukan 31% pasien yang menggunakan obat oseltamivir dinyatakan sembuh dari virus Corona.

Oseltamivir bekerja dengan cara menghambat enzim neuraminidase. Sayangnya, virus COVID-19 tidak memiliki enzim neuraminidase. Lantas apa fungsi obat oseltamivir dan apakah obat ini dapat mengobati COVID-19? Simak penjelasan berikut ini.

Apa itu oseltamivir?

Oseltamivir adalah obat antivirus yang digunakan untuk mengobati dan mencegah influenza tipe A dan/atau B. Diperoleh melalui resep dokter, oseltamivir telah disetujui oleh badan Food and Drug Admission (FDA) pada tahun 1999 untuk masuk ke dalam kelas obat inhibitor neuraminidase atau golongan obat yang menghambat enzim neuraminidase.

Sebagai obat antivirus yang berfungsi untuk melawan dan mengendalikan virus influenza, dalam beberapa penelitian observasional, obat oseltamivir yang digunakan oleh pasien influenza dewasa di rumah sakit mampu mengurangi kematian.

Sementara itu, dalam studi observasional yang dilakukan pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit, pengobatan antivirus oseltamivir mampu memperpendek durasi rawat inap.

Indikasi obat oseltamivir

Digunakan untuk mencegah, mengatasi, serta mengobati influenza tipe A (seperti flu burung) dan B pada orang dewasa maupun anak usia kurang dari 2 tahun atau lebih, seseorang dikatakan perlu mendapatkan obat oseltamivir jika:

  • Anak mengalami gejala influenza tipikal
  • Influenza yang terjadi hingga dirawat di rumah sakit
  • Influenza dibarengi atau terjadi pada pasien yang memiliki riwayat penyakit yang parah,kompleks, atau progresif seperti pneumonia dan masalah pernapasan yang akut maupun kronis
  • Pasien dengan influenza memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap komplikasi influenza
  • Pasien rawat jalan yang sehat namun menunjukan gejala awal influenza seperti batuk, hidung tersumbat, meriang, ataupun radang tenggorokan
  • Pasien rawat jalan dengan influenza akut tanpa komplikasi

Sebagai antivirus yang mampu mengurangi angka kematian pada pasien influenza yang dirawat di rumah sakit, obat oseltamivir dapat memengaruhi morbiditas atau angka kasus influenza pada suatu populasi dalam jangka waktu tertentu.

Bolehkah ibu hamil minum oseltamivir?

Menurut lembaga Amerika Serikat, Food and Drug Admission, oseltamivir masuk ke dalam kategori C di mana pada penelitian yang dilakukan pada hewan telah menunjukan adanya efek buruk pada janin dan belum ada studi terkontrol pada ibu hamil.

Oleh karena terbatasnya studi pada ibu hamil dan hasil yang positif pada hewan, oseltamivir yang dapat masuk ke dalam ASI hanya boleh diberikan kepada ibu hamil jika dokter melihat adanya manfaat yang lebih besar daripada kemungkinan risiko yang ada.

Singkatnya, ibu hamil perlu melakukan konsultasi terlebih dahulu kepada dokter sebelum menggunakan oseltamivir untuk mengetahui dosis dan efek samping obat agar membantu memudahkan dokter dalam melakukan pengawasan atau pemeriksaan.

Dosis oseltamivir

Obat oseltamivir yang digunakan untuk mengatasi virus influenza dapat dikonsumsi sesuai anjuran dokter masing-masing. Biasanya dokter menetapkan takaran obat berdasarkan usia, berat badan, serta tujuan penggunaan obat seperti terapi influenza dan flu burung atau untuk mencegah influenza.
Dosis obat oseltamivir yang direkomendasikan sebagai antivirus untuk pengobatan influenza adalah:

Oseltamivir (oral)

Durasi pemberian: 5 hari

  • Dewasa: 75 mg dua kali sehari
  • Anak-anak: Disesuaikan dengan berat badan, anak kurang dari 1 tahun diberikan 3 mg/kgBB/dosis dua kali sehari, <15 kg diberikan dosis 30 mg dua kali sehari, >15 kg – 23 kg diberikan dosis 45 mg dua kali sehari, >23 kg – 40 kg diberikan dosis 60 mg dua kali sehari, >40 kg diberikan dosis 75 mg dua kali sehari

Dalam beberapa penelitian terbaru telah ditemukan bahwa kelas obat inhibitor neuraminidase aman selama kehamilan dan diberikan dosis yang sama dengan orang dewasa. Namun, tentu saja dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.

Pengobatan influenza dengan oseltamivir biasanya dimulai dalam waktu 2 hari setelah timbulnya gejala dan dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu seperti 5 hingga 7 hari tergantung usia, berat badan, serta tipe influenza yang diderita oleh seseorang.

Tergolong sebagai obat keras, kamu dilarang untuk menambah atau mengurangi dosis tanpa seizin dokter apalagi mengonsumsi obat dengan bebas.

Efek samping oseltamivir

Bagi beberapa penderita yang menggunakan oseltamivir sebagai obat influenza, oseltamivir dapat memberikan efek samping seperti mual, muntah, sakit perut, diare, hingga reaksi alergi. Namun, bagi pengguna lain, oseltamivir juga memberikan efek yang lebih serius apabila dikonsumsi dalam dosis yang berlebihan atau dalam jangka waktu lama seperti:

  • Dispepsia atau nyeri pada beberapa bagian saluran pencernaan seperti perut, kerongkongan, ataupun usus dua belas jari serta kembung
  • Mengalami sakit kepala atau pusing
  • Mengalami konjungtivitis atau mata merah karena peradangan pada selaput yang melapisi permukaan bola mata dan kelopak mata bagian dalam
  • Mengalami epistaksis atau pendarahan di hidung (mimisan)
  • Mengalami ruam pada kulit secara sporadis (menyebar pada kulit)
  • Mengalami epilepsi atau gangguan sistem saraf pusat
  • Mengalami aritmia atau gangguan irama jantung yang terlalu cepat atau terlalu lambat
  • Mengalami perubahan status mental akibat penyakit sistem saraf termasuk halusinasi namun hanya sementara
  • Sulit untuk tidur atau mengalami insomnia
  • Peningkatan enzim hati yang dapat mengakibatkan pembekakan atau kerusakan sel di hati

Selain beberapa efek samping di atas, obat oseltamivir dapat memberikan reaksi hipersensitif, hepatitis, serta sindrom Stevens-Johnson. Jika terjadi beberapa reaksi atau efek samping tersebut segera hentikan pengobatan dengan oseltamivir dan hubungi dokter.

Oseltamivir dan COVID-19

Bukan berperan sebagai vaksin influenza, oseltamivir adalah salah satu obat yang dianggap dapat mengobati COVID-19. Namun, sebenarnya obat ini justru tidak efektif untuk mengobati virus Corona.

Mengapa demikian?

Virus Corona tidak memiliki enzim neuraminidase sementara, obat oseltamivir adalah obat yang bekerja dengan cara menghambat enzim neuraminidase. Karena tidak memiliki titik temu, obat ini dinyatakan tidak mampu mengobati COVID-19 dan hanya dapat diberikan ketika gejala awal COVID-19 yang mirip dengan gejala influenza menyerang.

Ketika oseltamivir tidak efektif mengobati influenza maka kemungkinan besar seseorang terinfeksi COVID-19. Saat hal ini terjadi, penderita harus segera menerima obat yang sesuai untuk infeksi COVID-19.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2020 dengan tujuan untuk mengevaluasi efek oseltamivir terhadap COVID-19, menekankan bahwa oseltamivir tidak efektif melawan SARS-CoV-2 dan tidak memperbaiki gejala maupun memperlambat perkembangan penyakit.

Dalam penelitian tersebut juga ditegaskan bahwa ketika memasuki musim influenza, seseorang yang terkena virus Corona dan influenza A seperti flu burung dapat menerima obat oseltamivir yang dikombinasikan dengan regimen obat COVID-19.

Karena tidak efektif mengobati COVID-19, saat ini oseltamivir tidak lagi digunakan dan diganti dengan remdesivir. Meskipun molekul ini masih dalam percobaan, remdesivir menunjukkan adanya aktivitas antivirus yang kuat dan terbukti mengurangi penyakit paru.

Oleh karena itu, remdesivir dinilai memiliki potensi klinis mengobati filovirus termasuk ebola dan SARS-CoV-2.

Share artikel ini
Reference