Hati-hati, Ibu Dapat Mengalami Depresi saat Masuk Periode Postpartum, lho!
Setelah melahirkan atau memasuki masa postpartum memang bukanlah hal yang mudah. Entah fisik maupun mental, rasa lelah yang dibarengi dengan kurangnya waktu istirahat bisa memengaruhi kondisi kesehatan sang ibu.
Oleh karena kondisi tersebut, tidak jarang beberapa ibu mengalami gangguan kesehatan mental postpartum. Meskipun bisa dicegah dan dijaga, tidak ada salahnya jika kamu mengetahui gangguan postpartum yang satu ini.
Postpartum adalah
Masa di mana ibu memulihkan fisik setelah melahirkan adalah postpartum. Disebut juga sebagai masa nifas, fase ini biasanya menjadi salah satu fase berat bagi ibu yang harus beradaptasi merawat bayi sambil memulihkan fisik mereka.
Jadi, tidak jarang masa postpartum ditandai oleh berbagai perubahan emosi dan suasana hati. Dengan kata lain, masa nifas atau pasca melahirkan menjadi masa rawan ibu mengalami gangguan kesehatan mental.
Gangguan kesehatan mental postpartum
Menjadi salah satu fenomena pasca melahirkan, gangguan kesehatan mental postpartum ternyata bukan hanya perubahan suasana hati seperti menjadi labil, lekas marah, maupun menangis. Gangguan kesehatan yang terjadi pada masa nifas ternyata dibagi ke dalam beberapa jenis yakni:
- Perinatal depression
- Postpartum anxiety
- Postpartum trauma
- Postpartum psychosis
- Postpartum mania
Selain beberapa jenis gangguan kesehatan di atas, terdapat masalah kesehatan mental pasca persalinan lainnya yakni postpartum depression. Bisa berlangsung hingga 1 tahun atau lebih lama, depresi pasca persalinan paling sering terjadi dan sering disalah artikan sebagai baby blues syndrome.
Padahal, baby blues syndrome dengan postpartum depression adalah dua masalah mental yang berbeda. Agar kamu tidak keliru antara baby blues dengan postpartum depression, coba simak penjelasan terkait depresi pasca persalinan berikut.
Postpartum depression adalah
Gangguan kejiwaan berupa depresi setelah melahirkan adalah postpartum depression. Kerap disalahartikan sebagai baby blues, postpartum depression masuk ke dalam golongan major depressive disorder.
Oleh karena itu, depresi pasca persalinan dinilai lebih parah daripada baby blues. Biasanya, gejala depresi pasca persalinan tidak lain adalah merasa putus harapan, menilai dirinya sebagai ibu yang buruk, hingga tidak mau mengurus anak. Nah, gejala tersebut bisa dimulai dalam 4 minggu setelah melahirkan.
Selain itu, ibu yang mengalami depresi postpartum juga dapat mengalami hal-hal seperti:
- Sering menangis
- Mengalami kecemasan berlebihan dan serangan panik
- Mengalami perubahan suasana hati yang cepat dan mendadak
- Memiliki perasaan negatif terhadap bayi
- Merasa bersalah karena merasa dirinya tidak cukup bahagia akan kehadiran buah hati
- Muncul pikiran yang mengganggu untuk melukai diri dan bayi
Perlu diperhatikan, postpartum depression tidak hanya dialami oleh ibu saja ya. Maksudnya, ayah bisa saja juga mengalami depresi pasca persalinan, terutama 3 hingga 6 bulan setelah bayi lahir. Umumnya, ayah rentan mengalami depresi pasca persalinan ketika sang istri juga mengalami gangguan tersebut.
Kondisi psikologis postpartum adalah
Perubahan atau masalah kesehatan mental yang terjadi pasca persalinan adalah psikologis postpartum. Terjadi karena ketidakseimbangan zat kimia di otak, perubahan psikologis pasca persalinan dialami oleh sekitar 10% ibu melahirkan.
Nah, ketidakseimbangan zat kimia di otak ini dipengaruhi oleh beberapa faktor baik fisik dan emosional. Berikut adalah beberapa faktor penyebab terganggunya psikologis postpartum:
- Perubahan atau menurunnya hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh
- Kurangnya waktu istirahat bagi sang ibu
- Pernah menderita depresi sebelumnya
- Memiliki gangguan bipolar
- Memiliki anggota keluarga yang menderita depresi
- Mengonsumsi obat-obatan
- Sulit menyusui anak
- Hamil di usia muda
- Trauma atau kejadian yang memicu atau membuat stress
- Memiliki banyak anak
Entah itu hanya satu ataupun beberapa, faktor-faktor di atas bisa menyebabkan perubahan suasana hati. Baik itu lelah secara fisik maupun lelah emosional, kedua hal tersebut akan memicu gangguan psikologis postpartum.
Dibanjiri dengan tanggung jawab yang berat, ingatlah bahwa wanita juga harus menyesuaikan diri dengan perubahan citra tubuh mereka. Oleh karena itu, penting bagi keluarga dan kerabat untuk saling memberikan dukungan satu sama lain.
Cara menjaga kesehatan mental postpartum
Mengalami gangguan kesehatan mental pasca persalinan memang bisa disembuhkan. Entah itu dengan menjalankan konsultasi maupun terapi, terkadang obat-obatan seperti antidepresan, mood stabilizer, serta obat antipsikotik juga digunakan.
Sementara, setelah melahirkan atau selama periode menyusui beberapa obat-obatan mungkin saja terserap ke dalam ASI. Jadi, ada baiknya jika kamu mulai menjaga kesehatan mental sejak dini untuk mencegah gangguan mental postpartum.
Berikut adalah beberapa upaya sederhana dalam menjaga kesehatan mental postpartum yang bisa kamu lakukan:
- Ajak suami untuk terlibat atau membantu dalam mengurus si kecil
- Minta bantuan dari keluarga, kerabat, ataupun teman
- Luangkan waktu untuk diri sendiri
- Rutinlah melakukan kontrol pasca melahirkan
- Pastikan kamu memperoleh istirahat yang cukup, 6 hingga 8 jam setiap hari
- Penuhi asupan dengan makan 3 kali sehari dengan camilan
- Jaga kebersihan tubuh setiap harinya
- Lakukan olahraga ringan termasuk jalan santai
- Luangkan waktu dengan suami setidaknya 1 atau 2 kali setiap minggu
- Meditasi
- Hindari alkohol
- Hubungi teman-teman untuk sekedar mengobrol atau berbagi cerita dan lelucon
Kunci dalam menjaga kesehatan mental pasca persalinan adalah dengan menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan. Utarakanlah setiap perasaan yang kamu rasakan dengan suami dan mintalah dukungan dari pasangan kamu.
Dengan mengutarakan perasaan, menyelesaikan masalah, atau berdamai dengan pasangan maka kamu meminimalkan risiko gangguan mental postpartum. Jika dirasa masih kurang, tidak ada salahnya untuk menjalankan konseling atau melakukan terapi.