mengenal emosi diri lewat karakter inside out

Kamu tentu sudah tak asing lagi bukan dengan film animasi yang satu ini? Inside Out 2 yang Pixar produksi memperkenalkan beberapa karakter baru, seperti Joy, Sadness, Anger, Disgust, dan Fear. Yuk, mengenal emosi lewat karakter Inside Out 2 di artikel ini!

Animasi ini memang cocok anak-anak tonton karena dapat membantu mengenali berbagai macam emosi dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya jalan ceritanya yang menarik, para tokohnya juga memiliki karakter yang bermacam-macam.

Mengenal karakter Inside Out 2 

Mari mengenal emosi lewat karakter Inside Out 2 berikut ini:

1. Kecemasan (anxiety)

Karakter Anxiety hadir sebagai emosi baru di kehidupan Riley ketika memasuki remaja. Anxiety berperan menjaga seseorang tetap aman, seperti detektor asap yang berbunyi ketika ada asap. Namun, ia juga bisa muncul saat terlalu bersemangat atau mengalami stres.

2. Malu (embarrassment)

Karakter Embarrassment dalam diri Riley muncul saat Riley tidak ingin mencolok dari temannya. Emosi ini sering muncul di masa remaja, terutama ketika anak berada dalam situasi sosial baru dan sulit beradaptasi.

3. Iri (envy)

Rasa iri dapat siapa saja alami, termasuk anak-anak. Karakter Envy termasuk kompleks karena memengaruhi keputusan anak. Karena Envy, seseorang bisa melakukan berbagai cara untuk mendapatkan yang orang lain miliki.

4. Bosan dan lelah secara emosional (ennui)

Ennui adalah perasaan bosan, ketidakpuasan, atau tidak memiliki energi dan minat dalam hal apa pun. Rasa bosan ini sering remaja alami. 

5. Jijik (disgust)

Karakter Disgust memberikan kekuatan untuk mempertahankan selera, citra diri, dan menolak hal-hal yang tidak diinginkan. Emosi ini muncul ketika anak mendapati sesuatu yang tidak ia sukai.

6. Ketakutan (fear)

Emosi ini umum anak-anak rasakan, terutama saat mereka berada dalam kondisi yang mendorong rasa cemas dan sedih.

Kenali Apa Itu Fear of Abandonment, Rasa Takut Ditinggalkan

7. Senang (joy)

Karakter ini adalah emosi utama yang selalu berusaha membuat Riley bahagia. Joy menggambarkan perasaan senang dan puas yang memberikan energi positif pada Riley. Karakter ini mengajarkan anak-anak untuk selalu melihat sisi baik dari setiap kejadian.

8. Sedih (sadness)

Karakter Sadness sering kali membuat Riley merasa sedih dan melankolis. Namun, film ini juga mengajarkan bahwa perasaan sedih itu penting dan membantu dalam proses penerimaan dan pemahaman diri.

9. Marah (anger)

Karakter Anger adalah emosi yang muncul ketika Riley merasa frustrasi atau tidak adil. Anger menggambarkan kemarahan yang bisa menjadi dorongan untuk bertindak, tapi juga perlu dikelola agar tidak merusak.

Ketahui Apa Saja Tanda-Tanda Kondisi Emosi Atau Psikologis Masa Pubertas Anak

Mengajarkan anak mengenali emosi diri

Ada banyak hal yang dapat Moms dan Dads lakukan untuk mendukung perkembangan emosional anak. Semakin mengenali emosi diri, maka anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.

Berikut 3 tips membantu anak-anak mengenali dan memproses emosi yang ada pada diri:

1. Perkenalkan masing-masing emosi beserta nama dan pengertiannya

Mengelola emosi dengan memperkenalkannya. Bantu anak-anak belajar dengan mengerti masing-masing perasaan atau emosi yang ada.

Gunakan penjelasan dengan bahasa yang mudah anak-anak pahami. Tidak perlu menjelaskannya dengan berbelit-belit. Cukup berikan contoh pada kehidupan sehari-hari. 

2. Kenalkan lewat membaca buku, film, atau berdiskusi dengan si kecil

Membaca buku, menonton film, dan berdiskusi dengan si kecil akan membuat anak-anak lebih memahami makna dari emosi yang ada dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bermain game atau pretended play

Bermain game atau pretended play adalah cara yang bagus untuk mencoba berbagai emosi dan strategi untuk menanganinya. Ajak anak memperagakan beberapa aktivitas, selipkan contoh emosi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Mengenali emosi sejak dini membuat hidup anak-anak makin bermakna. Jangan lupa validasi emosi anak dan bantu mereka untuk memilih jalan keluar yang baik. Cobalah untuk tidak mengabaikan emosi mereka.


Penulis: Anggraini Nurul

Share artikel ini
Reference