vaksin saat haid

Beberapa wanita mungkin menghindari vaksin saat menstruasi karena keluhan, seperti sakit perut, pusing saat menstruasi. Padahal, sebenarnya vaksin saat menstruasi tidak dilarang. Asalkan, kamu dalam kondisi sehat. Namun, tidak bisa dipungkiri hal ini menjadi dilema tersendiri bagi sebagian wanita.

Lantas, vaksin saat haid boleh atau tidak? Yuk ketahui fakta selengkapnya di bawah ini!

Bolehkah melakukan vaksin saat haid?

haid terlalu lama

Menstruasi seringkali menimbulkan berbagai keluhan, mulai dari sakit perut, kram otot, hingga lemas. Ketika ini terjadi, kamu mungkin bertanya-tanya, bolehkah vaksinasi saat menstruasi?

Vaksin bisa dilakukan saat menstruasi, termasuk vaksin Covid-19. Dr Soumya Swaminathan dari WHO menyatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang melarang wanita yang sedang menstruasi untuk mendapatkan vaksin apapun.

Selama menstruasi kamu mungkin mengalami kelelahan atau kram perut, tetapi itu tidak menjadi masalah untuk divaksinasi. Respon imun memang menurun selama menstruasi.

Itulah mengapa beberapa orang lebih rentan sakit atau mengalami infeksi saat menstruasi.

Ini dilakukan oleh tubuh untuk memastikan bahwa sel telur yang paling sehat tersedia bagi sperma untuk dibuahi. Dengan begitu peluang untuk hamil akan lebih besar. Namun, itu tidak berarti kamu tidak boleh divaksinasi selama haid.

Selama pemeriksaan kesehatan sebelum vaksin menunjukkan hasil normal, seperti suhu tubuh, tekanan darah, dan tidak ada masalah kesehatan, bagi kamu yang sedang menstruasi boleh menerima vaksin. Namun, hal ini akan kembali kepada kamu masing-masing.

Beberapa wanita memang mengalami keluhan, seperti sakit perut saat menstruasi atau sakit punggung. Vaksin sendiri diketahui berpotensi menyebabkan KIPI (post-immunization follow up event), alias kejadian medis yang tidak diinginkan yang terjadi setelah vaksinasi.

Keluhan yang muncul di awal menstruasi bagi sebagian wanita bisa jadi cukup menyiksa. Kondisi ini tentu berpotensi bertambah parah jika terjadi efek samping dari vaksin.

Itulah sebabnya, beberapa wanita memilih untuk menunda vaksinasi apapun selama menstruasi.

Efek Samping Vaksin Pfizer: Mulai Dari Nyeri Hingga Rasa Lemas

Vaksin apa saja yang diperbolehkan saat haid?

Pada dasarnya, pemberian vaksin jenis apa pun diperbolehkan selama menstruasi. Kamu bisa menggunakan jenis vaksin seperti Pfizer, Moderna, Astrazeneca, Sinovac, dan Sinopharm. Selain itu, jenis vaksin ini juga direkomendasikan oleh Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) untuk ibu hamil dan menyusui.

Bagi sebagian wanita saat menstruasi, akan mengalami sejumlah efek vaksin, seperti kram perut, kelelahan, mual, perut kembung, dan sebagainya. Hal ini menjadi perhatian para wanita ketika ingin melakukan vaksinasi.

Menurut juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, vaksin saat haid itu tetap aman. Asalkan suhu tidak lebih dari 37,5 derajat Celcius. Namun, jika ada gejala lain seperti nyeri haid yang tidak tertahankan, vaksinasi dapat ditunda selama 1-3 hari sesuai dengan gejala yang dialami.

Keluhan saat haid biasanya berlangsung 1 sampai 3 hari saja. Jika demikian, kamu bisa minum obat Paracetamol jika demam menggigil atau nyeri setelah vaksinasi, hindari menekan pijatan atau menggosok tempat suntikan, menolak menerima jenis vaksin yang berbeda dari dosis pertama.

Syarat pemberian vaksin

cara melancarkan haid setelah suntik kb 3 bulan

Untuk dapat vaksin COVID-19, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi saat pemberian vaksin, antara lain kondisi tubuh yang sehat dan telah menjalani pemeriksaan riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita.

Berikut persyaratan dan kriteria yang harus dipenuhi oleh penerima vaksin COVID-19.

  • Tidak mengalami demam (≥ 37,5 °C). Jika kamu demam, maka vaksinasi akan ditunda hingga hingga kamu sembuh.
  • Tekanan darah harus kurang dari 140/90 mmHg. Jika lebih, maka vaksin tidak diberikan.
  • Bagi penderita diabetes, jika kamu adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 terkontrol dan HbA1C kamu di bawah 58 mmol/mol atau 7,5%, maka vaksin dapat diberikan.
  • Jika kamu memiliki riwayat penyakit HIV, maka jumlah CD4 kamu harus kurang dari 200.
  • Jika memiliki penyakit paru-paru (asma, PPOK, TBC) maka vaksin hanya dapat diberikan jika kondisinya terkontrol dengan baik. Bagi penderita TBC yang sedang menjalani pengobatan, vaksin corona bisa diberikan minimal dua minggu setelah mendapat obat antituberkulosis.

Efek samping vaksin saat haid

Salah satu efek samping vaksin yang sering terdengar di awal gencarnya vaksin Covid-19 adalah dapat memengaruhi siklus menstruasi.

Meskipun penelitian dalam jurnal Obstetrics & Gynecology menyatakan bahwa, ada perbedaan 1 hari dalam siklus menstruasi pada orang yang telah divaksinasi.

Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk benar-benar membuktikan bahwa vaksin Covid-19 berpengaruh terhadap siklus menstruasi.

Vaksin Booster: Apa saja Kriterianya?

Terlebih lagi, perubahan 1-2 hari pada siklus menstruasi seorang wanita masih dianggap normal. Siklus haid, dikatakan berubah dan tidak wajar jika ada perubahan selama 8 hari. Mengubah hari pertama haid menjadi 1-2 hari bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perubahan siklus menstruasi selama pandemi terjadi bukan karena vaksin, tetapi peningkatan tingkat stres dan gaya hidup sedentary selama pandemi.

Hal ini dapat mempengaruhi siklus menstruasi secara hormonal.

Vaksin saat haid, mungkin akan ada setiap perubahan siklus menstruasi setelah vaksin, dan tidak disebabkan oleh komponen dalam vaksin.

Namun, respon imun dari vaksin dapat menimbulkan reaksi stres. Stres ini dapat menyebabkan perubahan siklus menstruasi.

Selain itu ada juga efek samping setelah vaksin, beberapa di antaranya mengalami sebagai berikut:

  • Nyeri, kemerahan atau bengkak di tempat suntikan
  • Demam
  • Kelelahan
  • Sakit kepala
  • Sakit otot
  • Panas dingin
  • Nyeri sendi
  • Mual dan muntah
  • Merasa tidak enak
  • Pembengkakan kelenjar getah bening

Jika kamu melakukan vaksin saat haid, kamu akan dipantau selama 15 menit setelah mendapatkan vaksin. Hal ini untuk melihat apakah kamu memiliki reaksi alergi. Namun, jika tidak kunjung hilang, kamu harus berkonsultasi dengan dokter.

Share artikel ini
Reference