Ciri HIV Aids

HIV adalah virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh. Ketika berbicara tentang penularan HIV, penting untuk mengetahui gejala awal dan ciri hiv aids dan melakukan pencegahan.

Mendeteksi HIV aids sedini mungkin dapat membantu pasien untuk melakukan pengobatan yang tepat, sehingga penyakit ini dapat dikendalikan dan tidak berkembang lebih parah. Simak gejala awal HIV AIDS yang perlu kamu ketahui berikut ini!

Apa itu hiv aids?

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah sebuah penyakit yang menyerang sistem imun yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). Dengan merusak sistem kekebalan tubuh, HIV akan mengganggu kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit.

Penyakit ini merupakan salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang dapat menyebar melalui kontak dengan darah yang terinfeksi dan dari penggunaan narkoba suntikan atau berbagi jarum suntik. Selain itu, dapat menyebar juga dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan atau menyusui.

Tanpa pengobatan, mungkin diperlukan waktu bertahun-tahun sebelum HIV melemahkan sistem kekebalan hingga tubuh akhirnya mengidap AIDS.

Pada perkembangannya, belum ada obat untuk HIV/AIDS. Tetapi ada obat-obatan yang dapat mengendalikan infeksi dan mencegah perkembangan penyakit. Pengobatan antivirus untuk HIV telah mengurangi kematian akibat AIDS di seluruh dunia, dan organisasi internasional bekerja untuk meningkatkan ketersediaan tindakan pencegahan dan pengobatan di negara-negara miskin sumber daya.

Gejala dan ciri HIV AIDS

Infeksi HIV terjadi dalam tiga tahap dan gejala dan ciri HIV AIDS yang timubul akan tergantung pada stadiumnya, penjelasannya seperti di bawah ini:

Tahap Pertama: Gejala Infeksi HIV Akut

Kebanyakan orang tidak langsung tahu kapan mereka telah terinfeksi virus HIV. Namun, mereka mungkin memiliki gejala dalam 2 hingga 6 minggu setelah terkena virus. Pada fase ini adalah saat di mana sistem kekebalan tubuh melawan. Kondisi ini disebut sindrom retroviral akut atau infeksi HIV primer.

Gejalanya mirip dengan penyakit virus lainnya, dan sering dibandingkan dengan flu yang biasanya berlangsung satu atau dua minggu dan kemudian pergi. Tanda-tanda awal HIV meliputi:

  • Sakit kepala
  • Kelelahan
  • Otot sakit
  • Sakit tenggorokan
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Ruam merah yang tidak gatal, biasanya di tubuh Anda
  • Demam
  • Bisul (luka) di mulut, kerongkongan, anus, atau alat kelamin Anda
  • Sakit kepala dan gejala neurologis lainnya

Tahap Kedua: Gejala Latensi Klinis

Setelah sistem kekebalan dalam tubuh kalah terhadap virus HIV, gejala seperti flu akan hilang. Tapi ada banyak hal yang terjadi di dalam tubuh dan kondisi ini termasuk periode tanpa gejala atau infeksi HIV kronis.

Kebanyakan orang tidak memiliki gejala yang dapat mereka lihat atau rasakan. Jadi, kamu mungkin tidak menyadari bahwa kamu terinfeksi dan dapat menularkan HIV kepada orang lain.

Tahap Ketiga: Gejala AIDS

AIDS adalah stadium lanjut dari infeksi HIV. Kondisi ini terjadi biasanya ketika jumlah sel T CD4 di dalam tubuh kamu turun di bawah 200 dan sistem kekebalan rusak parah. Tubuh akan lebih rentan terkena infeksi oportunistik, yakni penyakit yang lebih sering terjadi dan lebih buruk pada orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah.

Beberapa di antaranya seperti sarkoma Kaposi (suatu bentuk kanker kulit) dan pneumocystis pneumonia (penyakit paru-paru), juga dianggap sebagai “penyakit terdefinisi AIDS”. Jika di tahap sebelumnya kamu tidak mengetahui bahwa kamu terinfeksi HIV, di tahap ini kamu mungkin menyadarinya setelah mengalami beberapa gejala berikut:

  • Menjadi lelah sepanjang waktu
  • Pembengkakan kelenjar getah bening di leher atau selangkangan Anda
  • Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari
  • Keringat malam
  • Penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas
  • Bintik-bintik keunguan di kulit yang tidak hilang
  • Sesak napas
  • Diare parah yang berlangsung lama
  • Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina
  • Memar atau berdarah yang tidak bisa Anda jelaskan

Gejala pada sistem saraf, seperti kehilangan ingatan, pengelihatan, kebingungan, masalah keseimbangan, perubahan perilaku, dan kejang.

Pengobatan hiv dan aids

Saat ini, tidak ada obat untuk HIV/AIDS. Setelah seseorang memiliki infeksi, tubuhnya tidak dapat menyingkirkannya. Namun, ada banyak obat yang dapat mengendalikan HIV dan mencegah komplikasi.

Obat-obatan ini disebut terapi antiretroviral (ART). Terapi ini adalah kombinasi dari beberapa obat yang berbeda ke dalam satu pil. Metode ini digunakan untuk mendapatkan peluang terbaik menurunkan jumlah HIV dalam darah.

Setiap orang yang didiagnosis dengan HIV harus mulai terapi ini, terlepas dari tahap infeksi atau komplikasinya.

Pencegahan hiv aids

Saat ini, tidak ada vaksin untuk mencegah infeksi HIV dan tidak ada obat untuk HIV/AIDS. Tetapi kamu dapat melindungi diri sendiri dan orang lain dari infeksi.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu mencegah penyebaran HIV:

1. Gunakan pengobatan sebagai pencegahan (TasP).

Jika kamu mengidap HIV, minum obat HIV dapat mencegah pasanganmu ikut terinfeksi virus. Menggunakan TasP berarti meminum obat persis seperti yang ditentukan dan melakukan pemeriksaan rutin.

2. Gunakan profilaksis pasca pajanan (PEP) jika kamu pernah terpapar HIV.

Jika kamu merasa telah terpapar melalui hubungan seks, jarum suntik atau di tempat kerja, hubungi penyedia layanan kesehatan atau pergi ke unit gawat darurat. Melaklukan tes PEP sesegera mungkin dalam 72 jam pertama dapat sangat mengurangi risiko terinfeksi HIV kemudian kamu perlu minum obat selama 28 hari.

3. Gunakan kondom baru setiap kali berhubungan seks

Gunakan kondom baru setiap kali kamu berhubungan seks anal atau vaginal. Wanita dapat menggunakan kondom wanita. Jika menggunakan pelumas, pastikan berbahan dasar air.

4. Beri tahu pasangan seksual jika kamu mengidap HIV

Penting untuk memberi tahu semua pasangan seksual saat ini dan di masa lalu jika kamu HIV-positif.

5. Jika kamu sedang hamil, segera dapatkan perawatan medis

Jika HIV-positif pada ibu hamil, ibu dapat menularkan infeksi pada janin. Tetapi jika sang ibu menerima perawatan selama kehamilan, hal tersebut dapat secara signifikan mengurangi risiko bayi tertular.

6. Pertimbangkan sunat laki-laki

Sudah ada bukti bahwa sunat pada pria dapat membantu mengurangi risiko terkena infeksi HIV.
Itu tadi penjelasan mengenai ciri penyakit HIV/AID yang perlu kamu ketahui serta langkah pengobatan serta pencegahannya.

Dengan mengetahui lebih dini mengenai ciri dari gejala HIV AIDS ini, kamu bisa mendapatkan pengobatan yang tepat lebih cepat. Hal yang terpenting, lakukan pencegahan tertular HIV.

Share artikel ini
Reference