Wajarkah Menyesal Setelah Memarahi Anak?
Perasaan menyesal setelah memarahi anak mungkin sering dirasakan para orang tua. Misalnya, memarahi anak karena mainan yang berantakan, rewel, susah makan, dan tindakan lain yang sebenarnya masih wajar dilakukan oleh anak-anak.
Namun, sebagai orang tua, terkadang kita mungkin sulit mengendalikan emosi saat itu. Alhasil, tak jarang kita merasa menyesal setelah memarahi anak. Kira-kira apakah hal ini wajar? Lalu, bagaimana mengantisipasinya?
Perasaan menyesal setelah memarahi anak
Seorang ahli Gentle Parenting bernama Sarah Ockwell-Smith, menulis dalam bukunya, The Gentle Discipline Book mengatakan apabila orang tua yang kelepasan atau tidak dapat mengontrol emosi diri sebenarnya merupakan hal yang wajar. Menurut Smith, setiap orang dapat mengalami hari yang buruk dan melakukan kesalahan. Para orang tua disarankan tidak terlalu berlarut-larut dalam pikiran tersebut.
Orang tua dapat melakukan penerimaan kepada diri sendiri, memaafkan, dan melanjutkan aktivitas seperti biasa. Marah kepada anak juga harus diketahui apa alasan dan akibat dari tindakan tersebut, ya.
Kenapa menyesal setelah memarahi anak
Perasaan menyesal setelah memarahi biasanya terjadi karena anak akan menganggap orang tuanya menakutkan, membuat suasana menjadi tegang, dan terkesan saling menjauhi. Sebaliknya, orang tua juga menyesal karena merasa terlalu keras terhadap anak. Hal seperti ini harus segera diantisipasi agar situasi normal kembali.
Memarahi anak juga dapat berdampak buruk untuk psikologis-nya sehingga kamu perlu tahu untuk mencairkan kembali suasana dan berdamai dengan anak. Apa saja dampak atau efek buruk yang dapat dialami anak ketika sering dimarahi?
Akibat dari sering memarahi anak
Menyesal setelah memarahi anak bisa menjadi suatu hal yang baik karena orang tua akan selalu ingat untuk dapat mengontrol emosi saat menghadapi si kecil. Orang tua juga harus tahu bahwa ada dampak buruk saat anak sering dimarahi. Apa saja dampak anak yang sering dimarahi?
1. Anak menjadi kurang percaya diri
Anak yang sering dimarahi akan muncul perasaan takut salah dalam dirinya sehingga berdampak pada kepercayaan diri. Anak akan memilih diam karena tidak ingin melihat orang tuanya kembali marah.
2. Anak memiliki sifat keras kepala dan egois
Anak menjadi egois dan keras kepala karena ia ingin melindungi diri sendiri dan bebas dari omelan orang tua. Hal ini juga dapat menjadikan anak tidak lagi mau menerima masukan dari orang lain di sekitarnya. Rasa menyesal setelah memarahi anak juga dapat menghantui orang tua jika anak menjadi egois dan keras kepala, bukan?
3. Anak memiliki sifat tertutup/malah menantang
Sifat tertutup bisa menjadi dampak besar karena anak merasa takut untuk kembali bersuara atau melakukan sesuatu yang dianggap memicu kemarahan orang tua. Bahkan sebaliknya, marahnya orang tua yang tidak dapat dikondisikan membuat anak dapat menentang dan bahkan berani bicara kasar.
4. Anak bisa stress
Jika sifat anak lemah lembut, mereka bisa memiliki respon berbeda saat dimarahi. Anak akan larut dalam kesedihan dan menjadi stress. Kondisi ini kurang baik untuk tumbuh kembang anak. Konsultasi dengan ahli jika ada hal yang dapat menghambat perkembangan anak kamu, ya.
5. Anak dapat meniru perilaku orang tua
Anak adalah peniru ulung. Jika anak sering mendapatkan omelan, kemungkinan besar ia menjadi anak yang juga pemarah. Anak mungkin bisa melakukan hal itu kepada saudara atau temannya. Hal ini pun bisa menjadi pemicu adanya rasa menyesal setelah memarahi anak karena anak menjadi pemarah setelah meniru orang tuanya.
6. Anak tumbuh menjadi pemarah
Anak yang sering dimarahi akan merasa jenuh dan mencari cara bagaimana keluar dari situasi tersebut. Anak bisa berontak dan ingin menjadi lebih marah dari orang tuanya. Anak juga akan lebih sulit diatur jika sifat marahnya keluar.
7. Anak menjadi pasif dan kurang inisiatif
Anak yang sering kena marah dapat menjadi pasif dan kurang memiliki inisiatif. Anak terkadang hanya melakukan apa yang menjadi perintah orang tuanya dan bingung apa yang dilakukannya benar atau salah.
Kebiasaan orang tua yang sering memarahi anak dapat berefek buruk pada perkembangannya. Orang tua juga harus tahu bagaimana cara menghindari untuk memarahi jika anak melakukan kesalahan agar tidak menyesal setelah memarahi anak.
Cara menghindari memarahi anak
Memarahi anak terkadang bisa timbul karena orang tua sedang dalam keadaan lelah atau kurang baik. Hal ini tentu akan menimbulkan penyesalan setelah memarahi anak. Bagaimana cara menghindari marah kepada anak bisa kamu lakukan beberapa tips berikut ini:
- Melatih pernapasan agar tenang dan tidak memuncak, fokus pada pernapasan sehingga kamu bisa berpikir 2x untuk memarahi anak.
- Jangan pernah berperilaku kasar pada anak, kekerasan akan menimbulkan efek yang buruk untuk si anak.
- Bayangkan konsekuensi jika marah pada anak, ingat kembali bahwa anak masih kecil dan bisa jadi akan terus mengingat bagaimana kamu memarahinya.
- Pilih waktu yang tepat menegur anak, jika anak melakukan kesalahan, tunggu sampai kamu benar-benar dapat berbicara dengan baik kepada anak.
- Bicara pada diri sendiri untuk meredam amarah.
- Kenali pemicu amarah dan cari tahu bagaimana hal tersebut tidak akan terulang lagi.
- Menenangkan diri/bermeditasi cukup efektif untuk meredam amarah.
- Peluk anak dengan kasih sayang saat merasa marah dan tidak dapat meredam emosi.
- Berpikir sebelum berbicara, pahami apa dampak kata-kata yang mungkin menyakiti anak.
Orang tua yang ingin memarahi anak bisa terjadi karena hal yang dilakukan anak memicu emosi, sebaiknya kamu punya cara yang lebih baik dengan menegur anak daripada marah agar tidak timbul rasa menyesal setelah memarahi anak
Cara menegur anak ketika salah
Kendati memarahi, akan lebih baik jika kamu dapat menegur anak ketika melakukan kesalahan, gunakan cara tepat untuk menegur anak seperti dibawah ini:
- Tekankan pada perilaku, bukan pribadinya.
- Berteriak untuk menghentikan anak melakukan hal yang berbahaya, bukan bertujuan untuk memarahinya.
- Hindari gertakan dan bijak dalam memberikan teguran pada anak.
- Hindari perlakukan kasar seperti memukul anak atau memberikannya kata-kata kasar.
- Menyesal setelah memarahi anak, wajarkah?
Menyesal setelah memarahi anak sebenarnya juga merupakan suatu hal yang wajar dirasakan. Untuk itu, orang tua yang memarahi anak demi kebaikan tentunya harus dilakukan secara bijak. Orang tua yang terlanjur memarahi anak dapat segera meminta maaf, menjelaskan dengan sederhana alasan marah, dan mendekati anak untuk mencairkan suasana.
Namun, ada kalanya orang tua mungkin tidak dapat menahan emosi dan terus memarahi anak. Untuk mengatasi kondisi tersebut, kamu mungkin dapat berkonsultasi pada ahlinya untuk dapat lebih mengendalikan emosi.