sindrom Asherman

sindrom Asherman

Sindrom Asherman memang cukup terdengar asing di masyarakat. Hal ini dikarenakan sindrom ini jarang terjadi dan sering tidak terdeteksi.

Sindrom ini dapat menyebabkan ruangan rahim menyempit dan menganggu kesehatan serta kesuburan organ reproduksi wanita.

Mengapa demikian? Yuk, kita simak ulasannya di bawah ini!

Apa itu sindrom asherman

Sindrom Asherman adalah kondisi langka dimana jaringan parut terbentuk di dalam rahim atau leher rahim (intrauterine adhesions / intrauterine synechiae) setelah wanita menjalani operasi pada rahim seperti kuret atau mengalami infeksi maupun terapi kanker.

Jaringan parut yang dimaksud terjadi karena lapisan dinding rahim yang diangkat mengalami trauma di dalam rongga rahim.

Trauma tersebut kemudian memicu proses peradangan yang membentuk jaringan parut yang melekat atau lengket di dalam rahim. Akibatnya rongga pada rahim semakin sempit.

Jaringan parut yang adhesif ini juga memiliki jenis yang bervariasi mulai dari tipis hingga tebal, berlokasi pada titik tertentu ataupun berkelompok.

Jaringan parut inilah yang dapat memengaruhi kesehatan organ reproduksi wanita termasuk kesuburan.

Untungnya, sindrom ini dapat diobati dengan melakukan prosedur khusus oleh profesional kesehatan.

Penyebab sindrom asherman

Sindrom Asherman dapat disebabkan oleh beberapa hal. Namun, penyebab utamanya biasanya dipicu oleh operasi pada organ rahim maupun serviks.
Hal tersebut meliputi:

  • Riwayat prosedur operasi hysteroscopy
  • Riwayat dilatasi dan kuretase (D&C) serta komplikasinya
  • Riwayat keguguran tanpa gejala atau abortus inkomplit
  • Operasi Caesar (C-section)
  • Infeksi panggul
  • Terapi radiasi atau riwayat terapi kanker

Selain itu, risiko sindrom ini juga semakin meningkat pada kondisi kehamilan tertentu seperti:

  • Plasenta akreta, yaitu plasenta yang menempel sangat dalam pada dinding rahim. Saat tersisa di rahim, plasenta ini akan mengakibatkan risiko pendarahan yang banyak setelah bersalin.
  • Plasenta previa, yaitu plasenta yang menghalangi dan menutupi leher rahim sehingga menyebabkan pendarahan saat hamil dan bersalin.
  • Pendarahan berlebihan yang mengakibatkan keguguran, infeksi, ataupun pertanda kehamilan ektopik.

Ciri-ciri sindrom asherman

Sindrom Asherman termasuk penyakit langka yang dialami oleh wanita.

Hingga saat ini, jumlah individu yang memiliki ciri-ciri atau gejala sindrom Asherman tidak diketahui secara pasti karena umumnya tidak terdeteksi.

Tetapi, beberapa gejala sindrom Asherman yang dapat dialami oleh individu dapat berupa:

  • Menstruasi yang sangat ringan atau sedikit (hipomenorea)
  • Tidak mengalami menstruasi (amenorea) atau mengalami pendarahan abnormal pada rahim
  • Mengalami kram atau nyeri hebat pada panggul
  • Sulit hamil atau mempertahankan kehamilan

Kemudian, berdasarkan tingkat keparahannya, The American Fertility Society juga mengkategorikan sindrom Asherman dibagi menjadi 3, yakni:

  • Derajat ringan, dimana perlengketan rahim terjadi kurang dari sepertiga bagian rongga rahim. Individu memiliki siklus haid yang normal atau hipermenorea
  • Derajat sedang, dimana perlengketan rahim terjadi pada sepertiga hingga dua pertiga rongga rahim dengan gejala hipomenorea
  • Derajat berat, dimana perlengketan terjadi lebih dari dua pertiga bagian rongga rahim dengan gejala amenorea

Pada beberapa kasus, wanita bisa saja tidak mengalami gejala sama sekali dan bahkan bisa mengalami siklus menstruasi yang normal.

Namun, jika kamu mengalami rasa tidak nyaman pada panggul dan menstruasi yang tidak seperti biasanya, segera hubungi profesional kesehatan terdekat ya.

Apakah sindrom asherman berbahaya?

Sindrom Asherman merupakan kondisi yang tidak berbahaya dan tidak mengancam jiwa.

Namun, sindrom ini menyebabkan kamu sulit untuk hamil dan dapat meningkatkan risiko keguguran atau aborsi berulang dan plasenta previa selama kehamilan.

Meskipun kamu dapat tetap hamil saat memiliki sindrom Asherman, namun perlengketan pada dinding rahim dapat membahayakan janin karena mengurangi ruang untuk tumbuh kembang janin.

Jadi, apabila kamu memiliki sindrom ini, kamu perlu mendapatkan penanganan yang tepat untuk meningkatkan peluang hamil dan mengurangi risiko komplikasi selama kehamilan.

Diagnosis sindrom asherman

Untuk mendeteksi sindrom Asherman dokter akan melakukan pemeriksaan terkait dengan keluhan gejala yang kamu alami.

Setelah itu, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan tambahan lain berupa:

  • Pengambilan sampel darah untuk mendeteksi kemungkinan kondisi penyakit lain
  • Pemeriksaan ultrasound (USG) untuk menilai ketebalan lapisan dinding rahim dan folikel
  • Pemeriksaan hysterosalpingogram (HSG) untuk membantu melihat kondisi rahim dan tuba falopi
  • Pemeriksaan hysteroscopy, merupakan metode terbaik untuk menegakkan diagnosis sindrom Asherman. Dalam prosedur ini, dokter akan memasukkan kamera kecil untuk melihat kondisi bagian dalam rahim

Cara mengobati sindrom asherman

Sindrom Asherman dapat diobati dengan prosedur operasi pengangkatan jaringan parut oleh dokter spesialis dengan menggunakan hysteroscopy yang terkadang dibantu dengan alat laparoskopi.

Jaringan parut dalam rahim akan dibuang dengan menggunakan alat khusus agar tidak menimbulkan trauma baru.

Dokter kemudian akan memberikan obat-obatan hormonal seperti estrogen untuk mengurangi jaringan parut dan memicu regenerasi lapisan dinding rahim atau endometrium.

Dokter juga akan memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

Setelah operasi selesai, peluang kamu untuk hamil dan memiliki anak akan lebih tinggi dan sukses.

Dokter akan menyarankan kamu untuk menunggu selama lebih kurang 1 tahun setelah operasi sebelum kamu memulai program hamil.

Hal tersebut bertujuan untuk memastikan tidak terjadi perlengketan kembali setelah operasi.

Tips menghindari sindrom asherman

Cara terbaik untuk menghindari sindrom Asherman adalah menghindari prosedur dilatasi dan kuretase (D&C).

Namun, hal ini kadang tidak dapat dihindari saat kamu memang membutuhkan prosedur medis tertentu untuk mengatasi masalah pada organ reproduksi.

Oleh sebab itu kamu perlu berkonsultasi sebelumnya mengenai risiko yang ada pada setiap prosedur medis pada dokter.

Ketika melakukan prosedur operasi, dokter juga akan menggunakan alat bantu ultrasound untuk meminimalisir kerusakan pada rahim.

Umumnya, setelah melakukan prosedur medis, dokter akan menjadwalkan pemeriksaan berkala untuk memantau ada tidaknya jaringan parut yang terbentuk supaya mencegah terjadinya sindrom Asherman.

Share artikel ini
Reference