Penyakit Hidrosefalus: Bisa Dideteksi Secara Dini Sejak Dalam Kandungan
Hidrosefalus adalah salah satu penyakit yang bisa menyerang siapa saja termasuk bayi dalam kandungan.
Bisa memengaruhi perkembangan fisik dan intelektual, penyakit hidrosefalus pada bayi ditandai dengan lingkar kepala yang membesar.
Saat penyakit hidrosefalus terdeteksi melalui USG, janin akan menjalankan beberapa perawatan untuk membantu mengendalikan penyakit.
Tapi, seperti apa pengobatan dan apa itu sebenarnya hidrosefalus? Di bawah ini adalah ulasannya.
Hidrosefalus adalah
Penumpukan cairan serebrospinal (CSF) di dalam rongga otak adalah hidrosefalus.
Mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal berperan penting untuk memberikan nutrisi ke otak, membuang sisa metabolisme, serta mengatur perubahan tekanan pada otak.
Sayangnya, saat cairan menumpuk di sekitar otak, jaringan otak akan mengalami tekanan yang berbahaya.
Belum lagi, penyakit hidrosefalus bisa menyerang siapa saja baik melalui genetik maupun tanpa genetik pada orang dewasa berusia 60 tahun ke atas, anak-anak, hingga bayi sekalipun.
Lantas, bagaimana dengan penyakit hidrosefalus yang terjadi pada bayi?
Hidrosefalus pada bayi
Sebagian besar kasus penyakit hidrosefalus yang dialami oleh bayi di diagnosis sebelum lahir, ketika sang ibu menjalankan pemeriksaan rutin.
Terkadang, penumpukan cairan juga diketahui saat melahirkan atau pada anak usia dini.
Saat dialami oleh bayi, penumpukan cairan akan meningkatkan tekanan pada otak sehingga ukuran kepala menjadi besar.
Belum lagi, hidrosefalus pada bayi juga memengaruhi proses tumbuh kembang jaringan dan fungsi otak, kemampuan berbicara, pertumbuhan fisik, dan kemampuan intelektual si kecil.
Akibatnya tidak jarang, keterlambatan perawatan atau pengobatan menyebabkan gangguan permanen pada bayi.
Tapi, apa penyebab hidrosefalus terjadi pada bayi? Coba simak sejumlah penyebab penyakit hidrosefalus di bawah ini.
Penyebab hidrosefalus adalah
Entah itu penurunan kecepatan absorpsi atau peningkatan produksi cairan, hidrosefalus terjadi karena ketidakseimbangan antara produksi cairan dan penyerapannya di dalam otak.
Kondisi ini mengakibatkan penumpukan cairan dan peningkatan tekanan dalam kepala.
Di sisi lain, ada beberapa penyebab lain dari penyakit hidrosefalus seperti berikut:
- Aliran sistem ventrikel terhalang karena adanya gangguan lain
- Pelebaran sistem ventrikel
- Adanya penyakit degeneratif seperti Alzheimer, stroke, atau trauma
- Adanya cedera kepala, perdarahan, atau penyakit meningitis
- Kelainan genetik atau cacat struktural
- Memiliki tumor otak
Inti dari penyebab penyakit hidrosefalus adalah karena adanya obstruksi atau masalah pada aliran cairan – ventrikel, masalah penyerapan, dan gangguan produksi cairan.
Sayangnya, risiko seperti perkembangan abnormal sistem saraf pusat, kelahiran prematur, serta infeksi janin di rahim juga dapat menyebabkan penyakit hidrosefalus.
Nah, untuk mengetahui apakah bayi mengalami penumpukan cairan, ada beberapa tanda yang sebaiknya kamu ketahui seperti melalui ulasan di bawah ini.
Gejala awal hidrosefalus pada bayi
Penyakit hidrosefalus bisa memberikan tanda yang bervariasi antara satu orang dengan yang lain, tergantung dari kelompok usia masing-masing.
Tapi, mengingat bayi dan anak lebih rentan terhadap kasus penumpukan cairan maka berikut adalah gejala awal hidrosefalus pada bayi:
- Ukuran kepala yang besar
- Lingkar kepala meningkat dengan cepat
- Munculnya tonjolan pada ubun-ubun (fontanel) di puncak kepala
- Adanya pembuluh darah kulit kepala yang menonjol
- Sering mengalami muntah
- Bayi lebih sering tidur
- Bayi terlihat lesu
- Bayi mudah rewel atau mudah marah
- Bayi mengalami kejang
Salah satu tanda awal hidrosefalus yang tidak boleh kamu kesampingkan adalah nafsu makan yang buruk. Ketika hidrosefalus menyerang bayi maka biasanya si kecil akan sulit menyusu.
Dalam beberapa kasus, masalah pada kekuatan otot bayi seperti tangan dan kaki bayi yang sulit digerakkan juga menjadi gejala awal dari hidrosefalus.
Hasil USG janin hidrosefalus
Pada kehamilan, ibu hamil disarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin kehamilan.
Umumnya, dokter akan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan USG untuk memindai tumbuh kembang si kecil, termasuk pemindaian otak.
Apabila janin terdiagnosis atau hasil USG menunjukkan bahwa janin mengalami penyakit hidrosefalus maka akan dilakukan beberapa operasi pembedahan seperti pemasangan shunt.
Tapi, apakah bayi dengan penumpukan cairan di dalam otak dapat kembali tumbuh normal?
Apakah bayi hidrosefalus bisa normal?
Penyakit hidrosefalus bisa diobati dengan berbagai cara seperti operasi pemasangan shunt dan endoscopic third ventriculostomy (ETV). Sayangnya, hidrosefalus adalah penyakit yang berkelanjutan.
Artinya, pengobatan dan perawatan berkelanjutan diperlukan untuk jangka panjang.
Bayi mungkin harus rutin melakukan beberapa tes untuk menentukan apakah pemasangan alat ataupun operasi yang dilakukan sebelumnya bekerja dengan benar.
Apabila terjadi kegagalan atau kerusakan pada pemasangan shunt maka akan dilakukan penggantian sistem shunt.
Sementara, jika dinilai bekerja dengan baik maka tentu saja kadar cairan dalam otak akan terjaga sehingga kondisi bayi akan membaik.
Hidrosefalus sembuh
Hingga saat ini, belum ada upaya pengobatan yang bisa menghilangkan atau sepenuhnya mengobati penyakit hidrosefalus.
Artinya, operasi pembedahan hanya dilakukan untuk membantu menjaga kadar cairan serebrospinal dalam otak.
Saat cairan diproduksi dan diserap dalam jumlah normal maka penderita bisa hidup dengan normal meskipun sebenarnya memiliki penyakit hidrosefalus.
Oleh karena itu, penderita diharapkan untuk segera melakukan pengobatan jika hasil diagnosis menunjukan adanya gangguan penumpukan cairan pada otak, termasuk rutin melakukan pemeriksaan.