pengapuran plasenta

Beautiful asian pregnant woman with ultrasound photo in her hand,Thailand people on white background

Ketika sedang hamil, perempuan cenderung lebih khawatir tentang segala hal salah satunya pengapuran plasenta. Menjadi seorang ibu hamil memang bukanlah hal yang mudah, apalagi terkait dengan kesehatan rahim dan si calon bayi.

Bagi seorang ibu hamil, memiliki plasenta yang sehat merupakan kunci yang sangat penting untuk menjalani kehamilan yang sehat. Dimana plasenta digunakan sebagai jalan oksigen dan nutrisi dari ibu ke bayi. Lalu apa jadinya jika plasenta mengalami pengapuran?

Kenali pengapuran plasenta saat hamil

Plasenta terkalsifikasi disebut juga sebagai pengapuran plasenta, hal ini terjadi karena adanya penumpukan kalsium di plasenta. Hal tersebut dapat mengakibatkan kondisi yang buruk seiring dengan dekatnya masa akhir kehamilan.

Pengapuran plasenta ini biasanya akan terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 36 minggu dan bisa menyebabkan adanya komplikasi bagi ibu dan calon bayinya. Komplikasi ini akan membuat pertumbuhan janin terhambat dan mengalami risiko lahir prematur.

Bahkan pengapuran yang berat dan berlebihan dapat menyebabkan penurunan aliran darah pada plasenta dan menghambat pertumbuhan janin. Sehingga, hal ini sangatlah perlu diwaspadai oleh ibu hamil.

Penyebab pengapuran plasenta

Plasenta secara alami memang akan mengalami pengapuran, karena adanya proses penuaan fisiologis. Namun, lebih dari 50% plasenta dapat berkembang menjadi pengapuran yang penuh dalam kurun waktu tertentu.

Insiden kalsifikasi plasenta prematur ini berkisar antara 3,8% dari kasus kehamilan. Ada juga beberapa penyebab mengembangnya plasenta yang terkalsifikasi, yaitu :

  • Kebiasaan merokok
  • Adanya riwayat hipertensi akibat kehamilan
  • Solusio plasenta (kondisi saat plasenta terlepas dari dinding rahim)
  • Plasenta terinfeksi bakteri tertentu
  • Faktor lingkungan karena paparan radiasi atau suara frekuensi rendah
  • Reaksi terhadap obat-obatan (antasida) atau suplemen kalsium yang berlebihan
  • Stres prenatal juga dapat meningkatkan risiko kalsifikasi plasenta.

Tanda pengapuran plasenta

Ketika pengapuran plasenta terjadi, ibu hamil tidak akan merasakan gejala apapun. Sehingga, untuk mengetahuinya perlu dilakukan pemeriksaan secara medis. Biasanya plasenta yang terkalsifikasi akan berpengaruh pada aktivitas calon bayi yang menurun.

Ada juga gejala yang jarang terjadi, yaitu perdarahan pada vagina atau rasa nyeri pada perut yang sulit dijelaskan. Maka dari itu, sangat penting mengungkapkan segala gejala kehamilan ketika konsultasi di layanan kesehatan.

Pada beberapa kasus klasifikasi dapat dengan cepat diatasi ketika diketahui diagnosisnya sejak dini. Dengan begitu, dokter ataupun layanan medis dapat melakukan tindakan yang tepat dengan cepat sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi.

Risiko pengapuran plasenta pada kehamilan

Plasenta yang menua dan tidak berfungsi bisa diartikan sebagai plasenta mati dan tidak bisa menyalurkan oksigen yang cukup untuk bayi. Penumpukan kalsium dapat membuat plasenta berubah menjadi jaringan fibrosa atau membatu.

Penumpukan kalsium juga bisa menyebabkan adanya risiko pembekuan darah di plasenta. Sehingga aliran darah melalui plasenta ke bayi akan menjadi lambat. Tetapi, beberapa kasus pengapuran dapat diatasi sejak dini dan tidak membahayakan bayi.

Tips mencegah pengapuran plasenta

Ketika kamu hamil, berikut ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk melakukan pencegahan terjadinya pengapuran plasenta:

  1. Hindari aktivitas merokok baik aktif maupun pasif, karena akan meningkatkan risikonya.
  2. Risiko menjadi lebih tinggi ketika hipertensi prenatal, diabetes atau anemia. Sehingga pastikan untuk mengobati kondisi tersebut dengan dokter.
  3. Melakukan diet sehat dengan mengonsumsi makanan kaya antioksidan dan mengurangi risiko pengembangan kalsifikasi plasenta.

Plasenta merupakan organ istimewa yang dapat membantu memberi kehidupan pada bayi dan menjadi penghubung antara ibu dan bayi. Plasenta bertanggungjawab atas banyak hal seperti fungsi pernapasan bayi, nutrisi, ekskresi, juga asupan hormone dan imun.

Ketika memasuki masa kehamilan akhir, perkembangan plasenta yang terkalsifikasi dapat menjadi hal yang normal. Tetapi, akan lebih baik jika mengungkapkan segala gejala yang janggal atau yang biasa pada dokter untuk memonitor kesehatan bayi dan ibunya selama kehamilan.

Share artikel ini
Reference