Gender Dysphoria adalah

Gender dysphoria adalah kondisi saat seseorang merasa tidak nyaman dengan gender bawaan lahirnya. Kondisi ini banyak dialami oleh orang-orang yang melakukan transgender, mereka merasa tidak puas atau tidak tenang dengan identitasnya sebagai wanita atau pria.

Meski begitu, bukan berarti semua orang yang mengalami gender dysphoria akan melakukan transgender, begitu juga sebaliknya.

Penegasan domain gender seperti mengubah nama, mengubah identitas jenis kelamin, menghilangkan hormon tertentu, operasi kelamin, dan lain-lain, semua itu kembali lagi ke keputusan individu.

Gender dysphoria adalah

Gender dysphoria mengacu pada perasaan tertekan dan tidak nyaman yang dialami seseorang ketika gender yang dimiliki tidak sesuai dengan identitas aslinya secara pribadi.

Orang yang mengalami disforia gender mungkin merasa tidak nyaman dan tertekan karena konflik antara karakteristik seksual tubuh fisik mereka dan pemikiran tentang diri sendiri.

Setiap orang akan mengalami efek gender dysphoria yang berbeda. Perasaan konflik dalam hati mungkin saja dapat mempengaruhi citra diri dan perilaku mereka.

Seseorang dengan gender dysphoria dapat mengatasi ketidaknyamanan dengan mengubah ekspresi gender seperti menyesuaikan penampilan fisik yang diinginkan.

Umumnya ini adalah kondisi bawaan sejak lahir. Anak-anak yang mengalami gender dysphoria dapat mengekspresikan keinginan mereka untuk menjadi lawan jenis dan bersikeras pada mainan, gaya rambut, dan pakaian yang biasanya dikaitkan dengan lawan jenis.

Contohnya, seorang yang memiliki vagina dan karakteristik fisik lainnya yang mewakili wanita pada umumnya akan mengidentifikasi dirinya sebagai wanita.

Walaupun kebanyakan orang memiliki jenis kelamin dan identitas gender yang selaras, beberapa orang lain mungkin tidak merasakan hal sama. 

Beberapa orang mungkin memiliki jenis kelamin dan karakteristik fisik wanita, namun merasa dan meyakini bahwa dirinya seorang pria.

Tanda dan gejala gender dysphoria

Gejala gender dysphoria

Tanda dan gejala gender dysphoria yang utama, yaitu mencakup perasaan tertekan atau tidak nyaman yang kuat dengan jenis kelamin yang ditentukan. Beberapa tanda seseorang mengalami kondisi tersebut antara lain:

  • Keinginan untuk tidak lagi memiliki karakteristik seks sesuai jenis kelamin bawaan lahir
  • Keinginan untuk diperlakukan sebagai lawan jenis
  • Keinginan untuk memiliki karakteristik seks primer dan sekunder sesuai gender pilihan mereka
  • Desakan yang menganggap bahwa mereka adalah jenis kelamin yang berbeda dari jenis kelamin bawaan lahir
  • Pada anak-anak, terjadi penolakan kuat terhadap mainan, permainan, dan hal-hal lain yang biasanya dikaitkan dengan jenis kelamin bawaan lahir
  • Senang mengenakan pakaian yang biasanya dikaitkan dengan lawan jenis

Orang yang mengalami gender dysphoria mungkin sering mengungkapkan bahwa mereka ingin menjadi lawan jenis. Mereka sering merasa tidak nyaman dengan peran gender dan ekspresi gender dari jenis kelamin yang dimiliki. 

Apa yang menyebabkan gender dysphoria

Penyebab pastinya belum sepenuhnya diketahui, tetapi beberapa faktor mungkin berperan. Genetika, pengaruh hormonal selama perkembangan prenatal, dan faktor lingkungan mungkin terlibat.

Misalnya, paparan prenatal terhadap bahan kimia tertentu telah dikaitkan dengan gangguan dalam perkembangan normal penentuan jenis kelamin sebelum kelahiran. Timbulnya kondisi ini sering terjadi selama masa kanak-kanak. 

Meskipun mekanisme pastinya tidak jelas, kita tahu bahwa ketika anak-anak lahir mereka diberi jenis kelamin berdasarkan anatomi fisik mereka. Jenis kelamin yang diberikan kepada seorang anak saat lahir sering kali menentukan bagaimana mereka dibesarkan dan bagaimana orang lain berinteraksi dengan mereka. 

Seiring bertambahnya usia, mereka mungkin mulai merasakan ketidakcocokan antara identitas gender mereka dan jenis kelamin yang ditentukan. Dalam beberapa kasus, ketidakcocokan ini dapat menyebabkan perasaan tersebut.

Pengaruh dysphoria gender pada kesehatan mental

Pada dasarnya, gender dysphoria adalah kondisi yang membutuhkan perawatan medis dan bukan penyakit mental. Namun seiring dengan gejalanya, rasa cemas dan tidak nyaman yang timbul di dalam diri seringkali memengaruhi kesehatan mental.

Pengidapnya sangat mungkin mengalami stress bahkan depresi dalam aspek kehidupan sosial, pekerjaan, dan kegiatan lainnya sehingga menurunkan kualitas hidup. Tidak jarang mereka mengalami hubungan yang buruk dengan orangtua, teman, dan orang-orang di sekitarnya.

Orang dengan gender dysphoria juga membutuhkan pertolongan psikolog untuk menjaga kesehatan mentalnya dari berbagai tekanan yang dialami. Dukungan dari orang di sekitar juga akan sangat membantu membuat mereka merasa lebih baik.

Share artikel ini
Reference