Demensia: Penyebab, Gejala, Faktor Risiko, dan Pencegahannya
Demensia adalah kondisi di mana seseorang mengalami penurunan daya ingat karena faktor usia. Mengutip dari World Health Organization, penderita demensia bisa mencapai 50 juta orang pada tahun 2017 silam.
Datanya pun bisa terus meningkat setiap tahunnya. Lantas, apakah penyakit yang satu ini bisa disembuhkan? Tak perlu khawatir, kita bisa mencegah dan mengobatinya melalui menerapkan pola hidup yang sehat dan aktif.
Yuk, cari tahu semuanya di sini!
Demensia artinya?
Seiring bertambahnya usia, memori kita akan mulai memudar atau tidak seaktif ketika masih muda. Kondisi ini cukup umum dialami banyak lansia dan dinamakan dengan demensia.
Secara istilah medis, demensia adalah kondisi di mana kita kehilangan fungsi mental yang kronis dan progresif.
Ini bukan penyakit, tetapi sekelompok gejala dengan berbagai penyebab. Nah, ada dua kategori utama untuk demensia, yaitu Alzheimer dan non-Alzheimer.
Dalam kondisi demensia, penyakit Alzheimer adalah penyebab paling umum yang melibatkan kehilangan memori dan ditambah gangguan fungsi otak lainnya, seperti sulit untuk berbicara.
Sedangkan untuk demensia non-Alzheimer berkaitan dengan degenerasi lobar frontotemporal yang melibatkan
- Perubahan perilaku
- Perubahan kepribadian
- Emosi jadi berkurang, hingga merasa apati atau tak acuh terhadap sesuatu
Penyebab demensia
Jika demikian, apakah penyebab demensia hanya dikarenakan usia yang sudah lanjut saja? Nah, jadi, demensia disebabkan oleh kerusakan atau hilangnya sel saraf dan koneksinya di otak.
Tergantung pada area otak yang rusak, demensia dapat mempengaruhi orang secara berbeda-beda hingga gejalanya pun berbeda.
Penyebabnya juga tergantung dari jenis demensia yang diidap seseorang, seperti demensia vaskular yang disebabkan oleh adanya kerusakan pembuluh darah yang masuk ke otak.
Gejala demensia
Orang yang memiliki demensia biasanya akan kehilangan minat dalam melakukan aktivitas serta sulit mengelola perilaku atau emosi. Bahkan, tak menutup kemungkinan jika penderitanya akan sulit bersosialisasi. Dari karakter, aspek kepribadiannya pun bisa berubah dan mungkin akan mengalami halusinasi.
Namun selain beberapa hal tersebut, ada gejala demensia lainnya yang perlu kamu ketahui lebih lanjut, seperti di bawah ini.
- Mudah lupa
- Kesulitan berkomunikasi
- Memiliki kesulitan dalam visual dan spasial, seperti tersesat saat mengemudi
- Sulit memecahkan masalah
- Sulit menangani tugas yang kompleks
- Sulit berorganisasi
- Sulit dengan koordinasi dan fungsi motorik
- Kebingungan
- Depresi
- Kecemasan
- Paranoid
- Agitasi atau gelisah
- Halusinasi
Faktor risiko demensia
Tak hanya penyebab di atas, ada berbagai faktor risiko lainnya yang menyebabkan seseorang terkena demensia. Melansir dari beberapa sumber atau laman kesehatan, berikut ini faktor risiko demensia yang memaksimalkan risiko terkenanya.
1. Usia
Seiring bertambahnya usia atau memasuki umur 65 tahun, tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang akan terkena demensia.
2. Keturunan
Jika kamu memiliki riwayat keluarga yang pernah mengalami demensia, maka risiko untuk terkena pun akan semakin besar.
Namun, hal ini perlu diperhatikan karena tidak seluruh orang yang memiliki riwayat akan mendapatkan gejalanya. Terkadang, gejalanya pun tidak muncul.
3. Down syndrome
Down syndrome adalah adanya kelainan genetik dengan gejala pada fungsi kognitif dan tampilan fisik yang khas. Kondisi down syndrome lebih berisiko untuk mengalami demensia.
Pengobatan demensia
Lantas, apakah ada hal yang bisa dilakukan sebagai cara pengobatan seseorang yang terkena demensia?
Sebagian besar jenis demensia tidak dapat disembuhkan, tetapi ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengelola gejalanya.
1. Konsumsi obat-obatan
Melansir dari Mayo Clinic, jenis obat-obatan yang bisa dikonsumsi untuk penderita demensia adalah cholinesterase inhibitors, termasuk donepezil, rivastigmine, dan galantamine yang bekerja dengan meningkatkan kadar pembawa pesan kimia di dalam memori dan penilaian.
Selain itu, ada juga obat memantine yang bekerja dengan cara mengatur aktivitas glutamat, yaitu pembawa pesan kimia lain yang terlibat dalam fungsi otak, seperti dalam proses pembelajaran dan memori.
2. Terapi
Selain obat-obatan, penderita demensia juga bisa menjalani terapi jika memang disarankan oleh dokternya. Biasanya, terapi yang dilakukan juga berkaitan dengan sikapnya di lingkungan dan membantu membangun rutinitas baru supaya gejalanya tidak terlalu parah.
Pencegahan demensia
Beberapa jenis demensia memang disebabkan oleh hal-hal di luar kendali kita.
Namun, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan juga untuk menurunkan risiko terkena demensia dan menjaga kesehatan secara keseluruhan, lho.
Nah, berikut ini pola hidup yang bisa membuat gejala demensia kita jadi berkurang.
1. Olahraga rutin
Aktivitas fisik atau olahraga secara teratur setiap harinya bisa membantu mengurangi risiko demensia.
Bahkan, hasil penelitian Exercise Training in Amnestic Mild Cognitive Impairment: A One-Year Randomized Controlled Trial (2019) membuktikan bahwa latihan aerobik dapat memperlambat atrofi atau penyusutan otot di hipokampus atau bagian otak yang mengontrol memori.
Selain itu, orang dewasa dan lanjut usia yang badannya lebih lebih aktif bergerak juga cenderung bisa mempertahankan kemampuan kognitifnya.
Tak hanya demensia, olahraga teratur juga baik untuk kamu yang ingin mengontrol berat badan, sirkulasi, kesehatan jantung, dan suasana hati. Banyak keuntungannya, bukan?
Tak perlu repot-repot, kamu hanya perlu memilih jenis latihan yang mudah saja, seperti:
- Jalan cepat
- Jogging
- Latihan otot ringan, mulai dari push-up, sit-up, dan angkat beban.
Jadi, usahakan untuk tidak menghabiskan terlalu banyak waktu untuk duduk atau berbaring di siang hari.
2. Makan makanan bergizi
Makanan bergizi yang kita konsumsi baik untuk otak dan kesehatan tubuh secara keseluruhan, termasuk mengurangi risiko demensia.
Melansir dari World Health Organization, kamu bisa membatasi makanan yang tidak sehat dan menggantinya dengan konsumsi sayur, buah, biji-bijian, susu, ikan, dan daging tanpa lemak.
Sedangkan beberapa jenis makanan yang perlu kamu hindari adalah gula, garam, dan lemak jenuh yang berlebih.
3. Berhenti merokok
Kebiasan merokok bisa meningkatkan risiko demensia, terutama jika kamu sudah berusia 65 tahun atau lebih.
Soalnya, merokok bisa mempengaruhi sirkulasi darah ke seluruh tubuh, termasuk pembuluh darah yang ada di otak.
4. Kurangi alkohol
Apakah kamu termasuk ke pengonsumsi alkohol aktif? Bila ya, maka usahakan untuk mengurangi takarannya karena bisa menjadi penyebab demensia dini.
Daripada mengonsumsi alkohol, kamu bisa mengatasinya dengan mulai minum air mineral sesuai kebutuhan setiap hari.
5. Aktif mencoba hal baru
Tubuh dan otak yang aktif mencoba hal-hal baru bisa menurunkan risiko terkena demensia.
Maka dari itu, kamu perlu melakukan berbagai hal-hal baru setiap harinya, seperti membaca buku, main game, memasak, hingga bermain alat musik.
Itu dia beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang demensia. Jadi, usahakan untuk mencegahnya sejak dini daripada kamu mengobatinya, ya.
Semoga dengan menerapkan beberapa cara pencegahan di atas, kamu bisa meminimalisir risiko terkena demensia dini.