Dehidrasi Berat Pada Anak

Dehidrasi parah terjadi ketika kamu kehilangan lebih banyak cairan daripada yang kamu konsumsi. Kondisi ini umumnya ditandai merasa sangat haus dan lemah. Dehidrasi berat jangan dianggap enteng, apalagi jika terjadi pada anak. Penyebab dehidrasi berat pada anak ada beberapa hal.

Jika, tak segera ditangani dengan tepat maka dehidrasi berat pada anak bisa jadi masalah kesehatan serius? Yuk, kenali penyebab dan cara mengatasinya segera!

Kenali dehidrasi berat pada anak

Dehidrasi berat bisa dialami oleh siapa saja, terutama orang yang minum air lebih sedikit dari jumlah cairan yang dibutuhkan tubuh. Memang kebutuhan cairan seseorang berbeda, menyesuaikan usia, aktivitas, dan lingkungan.

Selain kurang minum, dehidrasi berat juga bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain diare, diabetes, konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, dan banyak berkeringat, baik karena demam, olahraga, maupun bekerja di cuaca panas.

Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko dehidrasi adalah obat atau penyakit tertentu. Tidak hanya orang tua saja, bayi dan anak-anak juga rentan terkena dehidrasi daripada orang dewasa.

Pada anak terkadang dehidrasi tak terdeteksi, karena mereka belum bisa mengutarakannya pada orang tua, atau cenderung mengacuhkan tanda-tanda dehidrasi itu sendiri. Sebagai orang tua, Anda bisa lebih peka melihat berbagai tanda-tanda dehidrasi.

Tanda-tanda dehidrasi pada anak

Berikut beberapa tanda dehidrasi yang harus diwaspadai pada anak:

  • Lidah kering dan bibir kering.
  • Tidak ada air mata saat menangis.
  • Pada balita, tidak ada popok basah selama 8 jam.
  • Pada bayi, kurang dari 6 popok basah setiap harinya
  • Mata cekung.
  • Kulit kering dan keriput.
  • Napas dalam dan cepat.
  • Tangan dan kaki terasa lebih dingin.

Berbagai tanda dehidrasi berat pada anak ini tidak boleh disepelekan. Segera konsultasikan ke dokter jika anak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.

Penyebab dehidrasi berat pada anak

Selain jarang minum air putih, ada beberapa penyebab dehidrasi pada anak yang perlu diwaspadai, antara lain:

1. Diare

Diare adalah salah satu penyebab dehidrasi yang paling umum. Hal ini karena penyakit ini dapat mencegah usus besar menyerap air dari makanan. Ketika diare terjadi, tubuh dapat mengeluarkan terlalu banyak air, yang dapat menyebabkan dehidrasi.

2. Muntah

Muntah yang sering dapat memaksa tubuh untuk mengeluarkan banyak cairan. Jika tidak diobati, kondisi ini dapat menyebabkan dehidrasi.

3. Berkeringat

Saat berkeringat, tubuh bisa mengeluarkan banyak cairan melalui kulit. Hal ini umumnya terjadi ketika anak berada di tempat yang panas atau sedang melakukan aktivitas fisik. Jika tidak dibarengi dengan konsumsi air yang cukup, dehidrasi bisa terjadi.

4. Diabetes

Kadar gula darah yang tinggi akibat diabetes dipercaya dapat meningkatkan frekuensi buang air kecil dan menyebabkan tubuh kehilangan cairan. Karena itu, penderita diabetes dianggap lebih rentan mengalami dehidrasi.

5. Sering buang air kecil

Penyebab dehidrasi selanjutnya pada anak adalah terlalu sering buang air kecil. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh penyakit atau konsumsi obat tertentu.

Terapi cairan pada anak dehidrasi

American Academy of Pediatrics dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan terapi penggantian oral untuk dehidrasi ringan hingga sedang. Anak-anak dengan dehidrasi berat (misalnya, bukti gangguan peredaran darah) harus menerima cairan IV.

Anak-anak yang tidak dapat atau tidak mau minum atau yang mengalami muntah berulang dapat menerima penggantian cairan secara oral melalui dosis kecil yang berulang, melalui infus, atau melalui selang nasogastrik.

Terapi penggantian cairan adalah istilah untuk mengganti cairan yang hilang akibat tindakan medis, seperti pada kondisi pemasangan selang dada, muntah yang tidak terkontrol, atau diare yang persisten.

Perbedaan antara terapi pengganti dan terapi defisit adalah pada proses kehilangan cairan, dimana kehilangan cairan pada terapi penggantian masih berlangsung dan umumnya sudah dalam perawatan. Berikut beberapa jenis terapi cairan pada anak:

Terapi cairan resusitasi pada anak

Dalam kasus darurat, resusitasi cairan harus diberikan terlebih dahulu sebelum mempertimbangkan terapi cairan lainnya. Pemberian cairan resusitasi dimaksudkan untuk mengisi cairan intravaskuler yang hilang baik karena output yang berlebihan.

Terapi cairan rumatan pada anak

Cairan rumatan dapat diberikan secara intravena jika cairan rumatan enteral tidak mencukupi, misalnya karena gangguan gastrointestinal atau kondisi medis lainnya. Jenis cairan untuk terapi cairan rumatan pada anak sebenarnya bisa digunakan cairan isotonik atau cairan hipotonik.

Tips mencegah dehidrasi pada anak sejak dini

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Ada beberapa cara untuk mencegah dehidrasi pada anak yang bisa dilakukan, seperti:

  • Jika anak kamu sakit, minta dia untuk minum lebih banyak, terutama jika dia sering muntah atau diare.
  • Jika anak menyukai olahraga atau aktivitas fisik, mintalah anak untuk minum terlebih dahulu. Sambil istirahat, minta dia minum air lagi. Pastikan si kecil juga minum air putih setelah berolahraga.
  • Jangan memakai pakaian yang terlalu tebal saat cuaca panas.
  • Hindari paparan langsung sinar matahari yang terik.
  • Selalu penuhi kebutuhan cairan anak setiap hari.

Cara mengatasi dehidrasi pada anak

Saat anak kamu mengalami gejala dehidrasi ringan, sebenarnya kamu masih bisa melakukan beberapa perawatan awal untuk meredakan gejala dehidrasi pada si kecil, yaitu:

1. Berikan asupan cairan yang cukup

Memberikan asupan cairan, seperti air putih atau sup, bisa menjadi langkah awal mengatasi dehidrasi pada anak. Pemberian cairan bertujuan untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang dari tubuh.

2. Beri asupan buah yang banyak mengandung air

Terkadang ada beberapa anak yang malas dan tidak suka minum air putih, karena tidak ada rasanya. Bukan berarti kamu harus memberikan minuman dengan perasa. Namun, sebagai alternatif, kamu juga bisa memberikan buah-buahan yang banyak mengandung air, seperti semangka, melon, jeruk, dan stroberi.

3. Hindari memberinya minuman berkafein

Saat kamu mengalami dehidrasi, sebaiknya hindari memberikan minuman berkafein pada anak kamu karena dapat memperburuk kondisinya. Beberapa minuman yang mengandung kafein adalah teh, minuman bersoda, dan minuman coklat.

Dehidrasi berat pada anak bisa mengundang gejala yang harus diwaspadai, seperti lesu, mulut kering, detak jantung meningkat, pusing, dan mata cekung. Cegah sebelum memburuk dengan membiasakan anak meminum air putih setiap hari.

Share artikel ini
Reference