Tetanus: Gejala, Diagnosis, Pengobatan, dan Pencegahannya
Tetanus adalah penyakit yang cukup umum di seluruh dunia dan menjadi salah satu jenis yang sulit untuk disembuhkan.
Bahkan, menurut data global penderita tetanus dari tahun 2011-2016 yang dilansir dari World Health Organization (WHO), ada hampir 20.000 orang yang terkena tetanus per tahunnya. Untuk Indonesia sendiri, tahun 2017 kemarin setidaknya ada 506 kasus tetanus yang telah tercatat.
Berdasarkan data tersebut, kita bisa mengetahui bahwa tetanus menjadi salah satu penyakit yang cukup banyak diderita orang.
Lalu, apakah penyakit ini berbahaya dan bisa disembuhkan? Yuk, cari tahu jawabannya di artikel ini!
Lantas, penyakit tetanus adalah?
Jadi, tetanus adalah penyakit serius yang menyerang sistem saraf, disebabkan oleh infeksi spora bakteri Clostridium tetani yang masuk ke dalam luka terbuka.
Spora ini dapat bertahan bertahun-tahun; tahan terhadap panas dan berbagai antiseptik. Spora ini dapat ditemukan di mana saja, seperti:
- Tanah, debu
- Saluran cerna
- Kotoran binatang dan manusia
- Permukaan kulit
- Permukaan benda berkarat seperti paku, jarum, kawat berduri, dsb.
Seseorang yang menderita tetanus biasanya mendapatkan bakteri tersebut melalui robekan di kulit, gigitan binatang, adanya tindik badan, cedera mata, atau dari injeksi obat yang sudah terinfeksi dahulu.
Gejala penderita yang mengalami penyakit tetanus adalah …
Waktu rata-rata dari infeksi hingga munculnya tanda dan gejala (masa inkubasi) bakteri yang membuat seseorang terjangkit tetanus adalah 10 hari. Sedangkan untuk masa inkubasinya dapat berkisar dari 3 hingga 21 hari.
Nah, tanda dan gejalanya mulai terlihat secara bertahap dan akan semakin memburuk selama dua minggu ke depan.
Tahapan gejalanya ini akan terlihat mulai dari rahang dan berkembang ke tubuh bagian bawah tubuh.
Agar kamu bisa semakin waspada, berikut ini beberapa gejala penderita yang mengalami penyakit tetanus.
- Kram pada rahang atau tidak bisa membuka mulut (lock jaw)
- Kekakuan pada area punggung, perut dan anggota gerak
- Kejang yang terjadi mendadak dan nyeri karena dipicu oleh suara yang tiba-tiba
- Sulit menelan
- Kejang
- Nyeri kepala
- Demam dan berkeringat
- Perubahan pada tekanan darah dan denyut jantung
Gejala pada bayi yang mengalami tetanus berupa kejang dan kaku otot didahului dengan bayi yang sulit mengisap atau menyusu dan menangis berlebih.
Sedangkan pada dewasa, jika gejalanya ini terus berkembang, biasanya pasien akan mengalami kejang berulang yang cukup menyakitkan, seperti dialami selama beberapa menit.
Kemudian, bagian leher dan punggung pun akan mulai melengkung, kaki menjadi kaku, lengan ditarik ke atas tubuh, dan kepalan tangan akan mengeras hingga mengepal.
Diagnosis tetanus
Diagnosis tetanus ditegakkan berdasarkan tampilan gejala klinis dan tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium. Badan kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan diagnosis tetanus pada individu dengan ketentuan sebagai berikut:
- Pada bayi (neonatus), dikonfirmasi sebagai infeksi tetanus apabila bayi mampu menyusu dan menangis secara normal pada 2 hari pertama kehidupan, namun kehilangan kemampuan tersebut pada hari ke 3 hingga hari ke 28 dan mengalami kekakuan atau spasme
- Individu selain neonatus, dikonfirmasi sebagai infeksi tetanus apabila mengalami setidaknya salah satu tanda seperti kaku atau kejang pada otot wajah yang menetap (individu tampak seperti menyeringai, atau kontraksi otot yang sangat nyeri)
Meski definisi dari WHO tersebut membutuhkan setidaknya riwayat luka atau trauma, tetanus juga dapat dialami individu yang tidak mengingat riwayat luka sebelumnya.
Pengobatan tetanus
Meskipun tidak dapat diobati sepenuhnya, pasien yang menderita tetanus masih tetap bisa mendapatkan pengobatan untuk mengurangi gejala yang dialami.
Infeksi tetanus memerlukan penanganan darurat dan perawatan suportif jangka panjang.
Pengobatan tetanus meliputi perawatan luka, pemberian obat untuk mengurangi gejala dan terapi suportif di ruang perawatan intensif.
Perjalanan penyakit ini berlangsung sekitar 2 minggu, dan pemulihan dapat berlangsung hingga 1 bulan.
Perlu diperhatikan bahwa perawatan luka tetanus perlu dibersihkan dengan menyeluruh agar tidak menjadi tempat berkembangnya bakteri.
Di samping itu, biasanya, dokter akan menyarankan untuk melakukan beberapa jenis pengobatan, seperti rekomendasi di bawah ini.
- Terapi antitoksin: untuk menargetkan racun yang belum menyerang jaringan saraf. Perawatan ini juga disebut sebagai imunisasi pasif, yaitu membangun antibodi manusia terhadap toksin.
- Obat penenang: untuk memperlambat fungsi sistem saraf agar dapat membantu mengendalikan kejang otot.
- Vaksinasi: vaksinasi tetanus standar bisa membantu sistem kekebalan tubuh untuk melawan racun.
- Antibiotik: diberikan secara oral atau melalui suntikan agar tubuh bisa membantu melawan bakteri tetanus.
- Obat lain: mungkin, dokter akan menambahkan rekomendasi obat lain untuk mengatur aktivitas otot yang tidak disengaja, seperti detak jantung dan pernapasan. Biasanya, obat yang digunakan adalah morfin.
Pencegahan tetanus
Tetanus dapat dicegah dengan melakukan imunisasi menggunakan vaksin yang mengandung tetanus toksoid (TTCV). Pemberian vaksin ini termasuk dalam program imunisasi rutin di seluruh dunia selama pemeriksaan antenatal.
WHO merekomendasikan agar setiap individu menerima 6 dosis (3 dosis primer dan 3 dosis booster) vaksin tetanus.
- 3 dosis primer vaksin tetanus harus diberikan sejak dini sekitar usia 6 minggu, kemudian dilanjutkan dengan dosis berikutnya minimal 4 minggu setelah dosis pertama.
- 3 dosis booster dianjurkan untuk diberikan pada tahun kedua usia individu (12-23 bulan), kemudian sekitar usia 4 – 7 tahun, dan pada usia 9 – 15 tahun. Idealnya diberikan jarak 4 tahun antar setiap dosis.
Beberapa jenis vaksin tetanus biasanya dikombinasikan dengan vaksin lain untuk mencegah berbagai penyakit lainnya. Contohnya seperti:
- Vaksin difteri dan tetanus (DT)
- Vaksin difteri, pertussis, dan tetanus (DtaP)
Namun jika kamu mengalami luka yang berpotensi mengalami tetanus, maka cara terbaik untuk pencegahan tetanus adalah dengan membersihkannya dan berkonsultasi dengan dokter.
Setiap luka baik yang terbuka maupun tertutup perlu dijaga untuk meminimalisir adanya bakteri yang tinggal.
Berikut ini beberapa langkah yang bisa kamu lakukan jika memiliki luka kecil di tubuh untuk pencegahan tetanus.
- Segera kontrol jika ada pendarahan dengan memberikan tekanan langsung untuk menghentikan pendarahan.
- Setelah pendarahan berhenti, bilas luka dengan larutan garam fisiologis (saline), air kemasan, atau air bersih yang mengalir.
- Oleskan salep antibiotik untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan infeksi.
- Tutupi luka dengan perban dan jaga agar luka tetap tertutup.
- Ganti balutan perbannya secara rutin, setidaknya sekali dalam sehari atau jika perban basah dan kotor.