Plasenta Previa selama Kehamilan: Telusuri Penyebabnya di Sini!
Memengaruhi satu dari 200 wanita hamil pada trimester ketiga kehamilan, plasenta previa lebih sering terjadi pada wanita yang pernah menjalankan operasi Caesar.
Sayangnya, masih banyak penyebab lain dari plasenta previa. Mulai dari riwayat kehamilan sampai posisi bayi, plasenta previa tidak boleh dibiarkan begitu saja karena berbahaya bagi ibu dan janin.
Lantas, apa saja penyebab plasenta previa dan bagaimana cara mengatasinya?
Plasenta previa adalah
Plasenta previa adalah salah satu komplikasi kehamilan dimana plasenta atau ari-ari (organ yang tumbuh di dalam rahim untuk memberikan nutrisi dan oksigen pada bayi) menempel pada bagian bawah rahim yang kemudian menutup sebagian atau seluruh bagian serviks.
Normalnya, ari-ari menempel pada bagian atas rahim, jauh dari serviks.
Hal ini rupanya memungkinkan suplai darah dan oksigen yang optimal serta menyokong bayi selama dalam kandungan serta mempermudah bayi keluar dengan aman saat proses bersalin berlangsung.
Plasenta previa akan menjadi masalah pada kehamilan lebih lanjut karena dapat menimbulkan pendarahan hebat dan membuat bayi lahir prematur.
Pada kebanyakan kasus, kondisi ini dapat hilang dengan sendirinya seiring dengan pembesaran rahim yang menyebabkan dinding rahim bergeser lebih ke atas menjauhi kanal serviks.
Akan tetapi, kondisi ini juga dapat menetap pada 0,3% – 0,5% kehamilan dan persalinan sehingga membutuhkan prosedur operasi Caesar (C-section). Nah, kondisi ini dibagi menjadi tiga jenis yakni:
- Previa marginal, di mana ari-ari meluas hanya ke tepi-tepi serviks.
- Previa parsial, di mana ari-ari menutupi sebagian serviks.
- Previa total atau lengkap, di mana ari-ari menutup seluruh serviks.
Entah itu hanya meluas di tepi serviks, menutupi sebagian, atau justru seluruhnya, plasenta previa dapat menyebabkan pendarahan hebat selama masa kehamilan maupun proses bersalin sehingga membutuhkan penanganan medis.
Lalu, mengapa plasenta previa bisa dialami oleh ibu hamil? Cari tahu penyebabnya di bawah ini.
Penyebab plasenta previa
Sayangnya, sampai saat ini, penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, para peneliti menilai bahwa plasenta previa mungkin terjadi karena beberapa faktor seperti:
- Kehamilan yang lebih dari sekali atau telah mempunyai satu atau lebih anak sebelumnya
- Adanya riwayat operasi caesar
- Memiliki riwayat operasi pada uterus
- Mengandung lebih dari satu atau bayi kembar
- Usia ibu telah lebih dari 35 tahun ketika hamil
- Memiliki riwayat keguguran
- Bentuk rahim yang tidak normal
- Pernah mengalami plasenta previa di kehamilan sebelumnya
- Memiliki riwayat operasi pada rahim seperti kuret atau pengangkatan miom
- Posisi bayi tidak normal (sungsang atau lintang)
Selain beberapa faktor penyebab di atas, plasenta previa mungkin saja terjadi karena kebiasaan ibu yang kurang sehat.
Entah itu menggunakan obat-obatan terlarang seperti kokain ataupun merokok selama kehamilan, dua kebiasaan tersebut dapat memicu plasenta previa.
Jika kamu memiliki salah satu kebiasaan atau pernah mengalami satu atau lebih dari beberapa faktor penyebab di atas, kamu boleh mulai mencermati sejumlah gejala dari plasenta previa seperti berikut ini.
Ciri-ciri plasenta previa
Dapat bervariasi, ciri plasenta previa yang paling umum adalah perdarahan dari vagina. Tidak dibarengi dengan rasa sakit, perdarahan plasenta previa sering terjadi di akhir trimester kedua atau ketiga.
Nah, perdarahan plasenta previa biasanya terjadi berulang kali dalam beberapa hari. Entah itu keluar dalam jumlah sedikit hingga banyak, perdarahan biasanya berwarna merah cerah.
Di samping itu, masih ada sejumlah ciri-ciri plasenta previa lainnya yakni:
- Kontraksi kelahiran prematur
- Posisi bayi sungsang atau melintang
- Ukuran rahim yang abnormal atau lebih besar dari usia kehamilan
Beberapa ibu hamil mungkin tidak menyadari atau merasakan sedikitpun ciri dari plasenta previa. Ibu mungkin akan menyadarinya setelah menjalankan pemeriksaan rutin dengan dokter.
Biasanya jenis pemeriksaan atau metode terbaik yang dapat mengetahui kondisi ini adalah menggunakan ultrasound transvaginal.
Oleh karena itu, pastikan kamu disiplin dalam menjalankan pemeriksaan kehamilan setiap bulannya. Biar bagaimanapun, plasenta previa tidak hanya memengaruhi kondisi sang ibu tetapi juga perkembangan janin dalam kandungan.
Perkembangan janin dengan plasenta previa
Saat plasenta previa terjadi, bukan hanya ibu hamil saja yang dinilai berisiko mengalami masalah seperti kehilangan banyak darah. Si kecil dalam kandungan yang membutuhkan oksigen dan nutrisi juga berpotensi mengalami beberapa gangguan seperti:
- Kelahiran prematur
- Masalah kesehatan pada bayi
- Pertumbuhan janin dalam rahim terhambat (IUGR)
- Kekurangan oksigen saat lahir (cerebral palsy)
- Mengalami hipotermia atau hipoglikemia
- Menderita polisitemia
- Risiko kematian atau bayi lahir mati
Dengan kata lain, jika plasenta yang berperan dalam memberikan nutrisi, oksigen, dan menyaring produk limbah bermasalah maka akan memengaruhi tumbuh kembang bayi secara keseluruhan.
Jadi, penting bagi kamu untuk menjalankan pemeriksaan agar dapat menerima perawatan lebih dini. Tapi, bagaimana cara menangani plasenta previa? Selanjutnya adalah penjelasan seputar cara menangani plasenta previa.
Cara menangani plasenta previa
Meskipun 90% plasenta previa dapat sembuh dengan sendirinya, gangguan kehamilan ini dinilai berisiko tinggi.
Entah itu menyebabkan syok, penggumpalan, risiko plasenta akreta, kelahiran prematur, hingga kekurangan oksigen pada bayi, plasenta previa sebaiknya tidak dibiarkan begitu saja.
Kamu mungkin akan menjalankan beberapa pemeriksaan lalu memperoleh perawatan dan pengobatan berupa:
- Memperbanyak waktu istirahat dan berbaring
- Mengurangi aktivitas berat
- Rutin mengunjungi dan melakukan pemeriksaan
- Menghindari hubungan seksual untuk sementara waktu
- Membatasi ibu terlibat dalam aktivitas perjalanan yang panjang
Penanganan plasenta previa biasanya disesuaikan dengan kondisi ibu dan janin, usia kandungan, posisi plasenta, dan tingkat keparahan perdarahan.
Kamu mungkin akan menerima transfusi darah hingga obat suntik kortikosteroid jika usia kandungan kurang dari 36 minggu.
Dalam beberapa kasus lainnya, persalinan caesar juga dilakukan jika perdarahan selalu terjadi dan tidak dapat dikendalikan.
Risiko utama plasenta previa adalah kehilangan banyak darah yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang dapat mengancam jiwa.
Jika kamu mengalami pendarahan selama kehamilan, jangan ragu untuk menghubungi layanan kesehatan terdekat.
Posisi tidur ibu hamil dengan plasenta previa
Salah satu perawatan utama dari plasenta previa yang selalu disarankan oleh dokter adalah beristirahat dengan posisi yang baik dan benar.
Di bawah ini adalah sejumlah posisi tidur ibu hamil yang sering disarankan oleh dokter untuk membantu mengatasi plasenta previa:
- Posisi tidur menyamping terutama di sisi kiri
- Posisi tidur setengah duduk
- Posisi berbaring telentang dengan ganjalan di pinggul
Ibu hamil dengan plasenta previa disarankan untuk menghindari posisi tidur seperti tengkurap dan telentang.
Biarpun di awal kehamilan kamu bisa tidur telentang, ibu hamil dengan plasenta previa sebaiknya menghindari posisi yang bisa menyebabkan gangguan sirkulasi yang buruk hingga bayi lahir mati.