afasia

afasia

Afasia merupakan gangguan pada otak dimana individu mengalami kesulitan dalam proses bicara dan memahami percakapan orang lain. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya kerusakan bagian otak yang mengatur proses bahasa mulai dari berbicara, membaca, menulis dan memahami percakapan.

Lalu, bagaimana kerusakan pada area otak dapat memengaruhi area yang mengatur fungsi yang kompleks dari fungsi berbahasa? Yuk, simak di bawah ini!

Afasia adalah

Afasia adalah suatu kondisi yang terjadi akibat kerusakan pada bagian atau area tertentu pada otak yang mengatur tentang bahasa. Bagi sebagian besar orang, area tersebut ada pada sisi kiri dari otak. Umumnya afasia terjadi secara mendadak, seringkali setelah mengalami stroke atau trauma kepala.

Akan tetapi, afasia juga bisa terjadi secara perlahan karena pertumbuhan tumor otak atau penyakit saraf yang progresif.

Afasia dapat mengganggu ekspresi dan pemahaman bahasa termasuk aktivitas membaca dan menulis. Kondisi ini juga dapat terjadi secara bersamaan dengan gangguan bicara lain seperti disatria atau apraxia wicara akibat kerusakan pada otak.

Macam-macam afasia

Afasia secara umum dapat dibagi menjadi dua yakni “ekspresif” dan “reseptif” tergantung dengan gangguan dalam memahami atau mengungkapkan bahasa, atau keduanya. Pembagian jenis afasia menurut para ahli dapat ditentukan dari 3 aspek yakni kefasihan, pemahaman dan repetisi atau pengulangan.

  • Kefasihan. Apakah individu tersebut fasih berbicara dengan lancar? Apakah tempo, pengucapan, intonasi, dan tata bahasa dalam berbicara sudah tepat? Juga apakah mereka dapat menulis tanpa hambatan?
  • Pemahaman. Apakah individu tersebut memahami pembicaraan orang lain? Apakah mereka berbicara dengan kata-kata dan kalimat yang masuk akal? Apakah mereka dapat membaca dan memahami kata yang ditulis?
  • Pengulangan. Apakah individu tersebut memiliki kesulitan mengulangi kata-kata, kalimat atau frasa maupun kalimat lengkap?

Menurut National Aphasia Association, ada banyak macam-macam afasia berdasarkan area otak yang mengalami gangguan. Beberapa jenis afasia yang sering terjadi meliputi:

1. Afasia Broca

Dikenal juga dengan “afasia yang tidak fasih” atau “afasia ekspresif”, merupakan salah satu bentuk afasia yang lebih sering terjadi. Umumnya afasia Broca memiliki ciri seperti:

  • Mengucapkan kalimat yang pendek dan tidak lengkap
  • Dapat menyampaikan pesan sederhana tapi dapat diikuti dengan hilangnya beberapa kata
  • Terbatasnya kemampuan untuk memahami percakapan orang lain
  • Mengalami frustasi karena orang lain tidak mengerti dengan ucapan mereka

Kerusakan pada area Broca di otak karena stroke juga dapat menimbulkan gejala tambahan lain karena area otak di sekitarnya juga terpengaruh. Misalnya pada kontrol pergerakan otot. Akibatnya, orang dengan afasia Broca juga cenderung mengalami paralisis pada salah satu bagian tubuh mereka.

2. Afasia Wernicke

Dikenal juga dengan “afasia yang fasih” atau afasia reseptif, afasia ini juga termasuk bentuk sering afasia yang sering terjadi. Bagian otak yang mengalami kerusakan adalah bagian tengah area otak sebelah kiri.

Afasia Wernicke memiliki ciri seperti:

  • Tidak dapat memahami apa yang diucapkan oleh orang lain
  • Penggunaan tata bahasa yang salah atau tidak tepat
  • Cenderung berbicara dengan kalimat panjang dan kompleks namun tidak memiliki arti (kata-kata yang salah dan tidak masuk akal). Para ahli menyebutnya sebagai “word salad”.
  • Gangguan pada proses membaca dan menulis

Area Wernicke pada otak berdekatan dengan sisi lain pada otak yang mengatur penglihatan. Jadi, penderita afasia Wernicke sering memiliki masalah penglihatan. Mereka juga sering mengalami anosognosia, kondisi dimana otak tidak dapat mengenali atau memproses tanda atau kelainan medis yang mereka alami. Artinya, mereka sering tidak menyadari atau tidak mengetahui bahwa mereka mengalami afasia.

3. Afasia Global

Merupakan bentuk paling parah dari afasia. Bagian otak yang mengalami kerusakan parah adalah sisi depan dan belakang area otak sebelah kiri. Afasia ini memiliki ciri seperti:

  • Gangguan berat pada proses berbicara
  • Gangguan berat pada proses memahami kata atau pembicaraan
  • Terbatasnya kemampuan untuk menyusun beberapa kata secara bersamaan
  • Hilangnya kemampuan untuk membaca atau menulis

Afasia global terjadi pada kondisi kerusakan otak berat, seperti pada stroke atau trauma kepala yang berat. Kerusakan parah pada beberapa bagian otak akan menimbulkan gejala serius seperti paralisis pada salah satu sisi, kebutaan dan sebagainya.

Selain tiga macam afasia tersebut, ada juga ada juga bentuk lain dari afasia seperti transcortical, conduction, mixed transcortical, dan anomic aphasia. Jenis afasia ini memiliki derajat yang lebih ringan dan dapat berkaitan dengan penyakit degeneratif pada otak seperti Alzheimer.

Gejala afasia

Gejala afasia dapat bervariasi mulai dari derajat ringan hingga berat. Hal ini bergantung pada area otak yang mengalami kerusakan dan seberapa berat derajat kerusakan itu sendiri.

Banyaknya gejala pada tiap jenis afasia yang berbeda dapat saling tumpang tindih sehingga penting untuk berkonsultasi langsung dengan profesional medis jika kamu menduga adanya afasia pada keluarga maupun orang terdekatmu sebab afasia dapat memengaruhi beberapa aspek seperti:

  • Berbicara
  • Pemahaman
  • Proses membaca
  • Proses menulis
  • Komunikasi ekspresif yang melibatkan penggunaan kata dan kalimat
  • Komunikasi reseptif yang melibatkan pemahaman kata atau frasa dari orang lain

Gejala afasia sendiri dapat dikelompokkan dalam aspek komunikasi ekspresif dan komunikasi reseptif. Gejala afasia yang memengaruhi aspek komunikasi ekspresif dapat meliputi:

  • Berbicara dengan kalimat atau frasa yang pendek dan tidak lengkap
  • Berbicara dengan kalimat yang tidak dipahami orang lain
  • Penggunaan kata yang salah atau tidak masuk akal
  • Penggunaan kata dalam susunan yang salah

Sedangkan gejala afasia yang memengaruhi aspek komunikasi reseptif dapat meliputi:

  • Kesulitan memahami pembicaraan orang lain
  • Kesulitan mengikuti pembicaraan dalam tempo cepat
  • Salah menangkap maksud atau perumpamaan dalam pembicaraan

Kebanyakan penderita afasia memiliki kesulitan pada proses berbicara dan juga kombinasi masalah lainnya misalnya proses membaca, menulis dan juga mendengarkan. Akibatnya, mereka seringkali mengalami frustasi ketika orang lain tidak dapat memahami apa yang sedang mereka bicarakan.

Apakah afasia bisa disembuhkan

Sayangnya, sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan afasia. Akan tetapi, umumnya kondisi ini dapat ditangani dengan beberapa cara. Langkah pertama mengobati afasia disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya.

Misalnya pada kondisi stroke, pemulihan aliran darah ke bagian otak secara cepat pada area yang terdampak akan membantu mengurangi luasnya kerusakan yang terjadi.

Afasia karena penyebab yang temporer seperti pada gegar otak ringan, migraine, kejang dan infeksi tertentu akan bersifat sementara. Afasia akan membaik atau hilang sepenuhnya ketika kondisi kesehatan membaik seiring dengan pengobatan dan pemulihan otak.

Ada juga beberapa jenis lain afasia yang dapat membaik dengan terapi bicara dan bahasa. Biasanya terapi ini dilakukan secara perlahan atau bertahap dan harus dimulai secepatnya setelah terjadinya trauma pada otak. Terapi tersebut dapat berupa:

  • Latihan kemampuan komunikasi
  • Bergabung dalam kelompok untuk melatih komunikasi
  • Melatih komunikasi secara langsung pada situasi percakapan nyata
  • Belajar menggunakan media komunikasi lain seperti gestur tangan, gambar, dan media komputer
  • Memanfaatkan komputer untuk mempelajari bunyi kata
  • Mengajak keluarga untuk terlibat dalam proses komunikasi di rumah

Pencegahan afasia

Kondisi penyebab afasia yang sangat beragam seringkali tidak dapat dicegah, misalnya akibat tumor otak dan penyakit degeneratif. Meski demikian afasia paling sering disebabkan oleh stroke. Jika kamu dapat menurunkan risiko stroke, maka risiko terjadinya afasia juga akan ikut turun.

Beberapa langkah untuk menurunkan risiko stroke yang dapat kamu terapkan meliputi:

  • Berhenti merokok
  • Mengurangi konsumsi alkohol
  • Rutin berolahraga
  • Mengonsumsi makanan yang rendah garam dan lemak
  • Melakukan kontrol tekanan darah dan kadar kolesterol
  • Mengontrol penyakit diabetes maupun gangguan metabolik lainnya
  • Lakukan pengobatan jika mengidap fibrilasi atrium
  • Segera hubungi layanan kesehatan terdekat jika mengalami gejala stroke
Share artikel ini
Reference