perbedaan mastitis dan abses payudara

perbedaan mastitis dan abses payudara

Sama-sama dapat menyebabkan peradangan pada kelenjar payudara, kondisi mastitis dan abses payudara seringkali sulit dibedakan.

Mastitis diketahui sebagai kondisi yang lebih umum terjadi saat ibu sedang dalam periode menyusui jika dibandingkan dengan abses payudara.

Mastitis dan abses payudara dapat menyebabkan rasa nyeri dan mengganggu kenyamanan ibu yang sedang menyusui.

Untuk menghindari hal tersebut, coba simak ulasan perbedaan mastitis dan abses payudara mulai dari penyebab, gejala hingga penanganannya di bawah ini.

Mengenal peradangan dan benjolan di payudara

Peradangan dan benjolan di payudara baik pada pria maupun wanita dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, mulai dari infeksi, pertumbuhan tumor jinak maupun ganas, trauma, dan sebagainya.

Akan tetapi, peradangan dan timbulnya benjolan di payudara memang lebih sering dialami oleh wanita terutama saat periode menyusui.

Saat dalam periode menyusui, kelenjar payudara wanita akan aktif memproduksi ASI yang berguna untuk memberi asupan nutrisi dan imunitas tubuh bayi.

Saluran kelenjar payudara merupakan bagian anatomi yang berfungsi sebagai tempat lewatnya ASI yang diproduksi ke bagian puting.

Dalam prosesnya, payudara rentan mengalami infeksi dan sumbatan pada saluran ASI sehingga dapat menyebabkan mastitis dan abses payudara.

Mastitis adalah

Mastitis adalah peradangan pada satu atau lebih segmen payudara dengan atau tanpa adanya infeksi. Kondisi ini cukup umum terjadi dan dapat dialami oleh semua individu baik pria maupun wanita.

Namun, kondisi ini lebih sering dialami oleh wanita selama periode menyusui, terutama selama 6 – 12 minggu pertama periode menyusui.

Dengan terapi yang tepat, mastitis biasanya dapat sembuh tanpa komplikasi dengan perawatan payudara secara rutin dan pemberian antibiotik.

Abses payudara adalah

Abses payudara adalah kumpulan material purulen di dalam payudara yang terlokalisasi pada suatu area. Abses payudara dapat dialami oleh wanita yang berusia di antara 18 – 50 tahun.

Pada wanita usia produktif, kondisi ini cukup sering dialami oleh wanita selama periode menyusui (laktasi).

Akan tetapi abses payudara di luar periode laktasi (non-laktasi) juga dapat terjadi, terutama pada wanita usia lanjut (pra menopause).

Perbedaan mastitis dan abses payudara

Perbedaan mastitis dan abses payudara baik dari segi usia, paritas atau jumlah kelahiran, lokasi infeksi, puting yang retak maupun kultur mikroba serta durasi laktasi tidaklah signifikan.

Yang membedakan kedua kondisi tersebut hanyalah tingkat keparahan gejala dan lama penyembuhannya.

Mastitis yang tidak ditangani dengan tepat atau dibiarkan akan menyebabkan komplikasi berupa abses payudara.

Biasanya abses payudara memerlukan penanganan khusus mulai dari pemberian antibiotik hingga prosedur operasi drainase.

Penyebab mastitis dan abses payudara

Penyebab terjadinya mastitis maupun abses payudara tergantung oleh berbagai faktor.

Mastitis dapat terjadi ketika bakteri pada kulit ataupun air liur masuk ke dalam jaringan payudara melalui saluran kelenjar payudara atau melalui retakan pada kulit di sekitarnya.

Infeksi juga dapat terjadi saat aliran ASI terdorong kembali ke dalam payudara karena saluran kelenjar yang tersumbat atau teknik menyusui yang kurang tepat.

Akibatnya, bakteri mudah berkembang biak di dalam ASI yang tertahan. Infeksi bakteri pada mastitis dan abses payudara saat masa laktasi paling sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus.

Di samping itu, beberapa faktor berikut di bawah juga dapat meningkatkan risiko ibu mengalami mastitis:

  • Puting yang lecet atau retak
  • Teknik perlekatan mulut bayi pada payudara ibu yang kurang tepat atau hanya menyusui pada payudara yang sama
  • Memakai bra yang terlalu ketat sehingga menghambat aliran ASI

Mastitis yang terjadi di luar periode menyusui baik pada wanita atau pria dapat disebabkan oleh hal-hal seperti berikut ini:

  • Implan payudara
  • Penyakit diabetes dan autoimun lainnya
  • Eksema dan gangguan pada kulit lainnya
  • Lecet pada kulit karena mencabut atau mencukur rambut pada payudara
  • Tindikan pada puting
  • Merokok atau menggunakan obat-obatan terlarang (nikotin)

Ciri ciri mastitis dan abses payudara

Individu yang mengalami mastitis umumnya memiliki tanda berbentuk baji berwarna kemerahan pada salah satu payudara (mastitis jarang mengenai kedua payudara).

Payudara mengalami pembengkakan, terasa panas dan nyeri saat disentuh. Beberapa gejala lain dari mastitis dapat berupa:

  • Timbulnya benjolan pada payudara
  • Nyeri payudara (mastalgia) atau sensasi terbakar yang semakin parah saat menyusui bayi
  • Kelelahan
  • Mengalami gejala mirip flu, termasuk demam dan menggigil
  • Nyeri kepala
  • Keluarnya cairan dari payudara

Apabila peradangan dan gejala pada mastitis tidak kunjung membaik, maka tubuh kemudian akan meresponnya dengan membentuk kapsul atau balon untuk mengumpulkan debris atau sel-sel sisa peradangan (abses) agar mencegah penyebaran infeksi yang lebih luas.

Tanda dan gejala abses payudara dapat berupa:

  • Adanya benjolan yang berfluktuasi pada payudara yang terinfeksi
  • Nyeri pada area abses payudara
  • Kemerahan, bengkak, dan nyeri pada area payudara
  • Demam dan malaise
  • Pembesaran kelenjar getah bening di aksila

Cara mengobati mastitis dan abses payudara

Cara tercepat untuk mengobati mastitis adalah dengan tetap melanjutkan pemberian ASI pada bayi. Pada kasus ringan, mastitis dapat hilang tanpa perlu mendapat pengobatan medis.

Apabila kamu merasakan tahap awal gejala mastitis seperti pembengkakan dan nyeri pada area payudara saat menyusui, kamu bisa memantau kondisi itu dalam 24 jam pertama terlebih dahulu.

Sebagai tambahan, berikut beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk mencegah dan meredakan gejala mastitis:

  • Tetap lanjutkan pemberian ASI. Langkah ini dapat membantu kelancaran ASI pada payudara yang radang dan mencegah payudara semakin membengkak
  • Kamu tidak perlu khawatir akan infeksi yang dapat menular ke bayi ya, karena bakteri yang tertelan akan dibunuh oleh asam pada lambung bayi
  • Mulailah menyusui dari payudara yang sakit agar ASI di dalamnya dapat dikosongkan terlebih dahulu (meski demikian, jangan biarkan payudara yang tidak sakit menjadi penuh dan tidak dikosongkan)
  • Lakukan kompres lembab dan hangat pada area payudara yang dituju setiap beberapa jam atau dengan mandi air hangat
  • Menyusui setiap 2 jam atau sesering mungkin untuk menjaga ASI tetap lancar
  • Kosongkan kedua payudara secara rutin, jika memungkinkan gunakanlah alat pompa ASI untuk mengosongkan payudara jika bayi sudah berhenti menyusu dan payudara belum sepenuhnya kosong
  • Tetap penuhi asupan makanan dan cairan harian ibu dan usahakan untuk beristirahat
  • Lakukan pijatan pada area payudara dengan gerakan memutar secara perlahan mulai dari area luar daerah radang yang kemudian menuju ke arah puting
  • Mengonsumsi obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) sesuai instruksi dokter
  • Kenakan bra yang tidak ketat dan dapat menyangga payudara dengan baik

Namun, jika gejala yang kamu alami semakin memburuk, kamu perlu berkonsultasi dengan dokter ya.

Dokter mungkin akan meresepkan antibiotik oral untuk mengobati mastitis dan menjadwalkan pemeriksaan secara berkala sampai infeksi benar-benar sembuh.

Infeksi umumnya akan sembuh dalam kurun waktu 10 hari, tetapi dapat berlangsung hingga 3 minggu.

Meski mastitis tidak bersifat kanker, kamu tetap perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat pemeriksaan lebih lanjut.

Ibu yang sedang menyusui juga dapat berkonsultasi mengenai teknik pelekatan mulut bayi yang benar pada bidan atau dokter agar ibu terhindar dari mastitis berulang.

Lain halnya dengan mastitis, abses payudara umumnya diidentifikasi dengan pemeriksaan ultrasound.

Saat terdeteksi, abses payudara harus segera mendapat perawatan khusus. Berikut beberapa prosedur untuk penanganan abses payudara:

  • Pemberian antibiotik yang aman untuk ibu yang sedang menyusui selama lebih kurang 4 – 7 hari
  • Pada pasien dengan ukuran abses payudara yang besar atau memiliki gejala sepsis, harus dirawat di rumah sakit dan mungkin memerlukan prosedur operasi insisi dan drainase

Jadi, jika kamu mendapati adanya perubahan apapun yang dialami pada payudara, kamu perlu berkonsultasi dengan profesional kesehatan agar mendapatkan penanganan yang tepat ya.

Share artikel ini
Reference