emboli air ketuban

emboli air ketuban

Emboli air ketuban adalah salah satu komplikasi kehamilan berisiko tinggi bagi ibu dan janin. Bisa terjadi selama kehamilan, emboli air ketuban mungkin dialami selama proses ataupun segera setelah melahirkan.

Meskipun masuk dalam kategori komplikasi yang langka, emboli air ketuban bisa diatasi dengan melakukan beberapa upaya penanganan. Tapi, apa penyebab emboli air ketuban? Mari simak penjelasan lengkap terkait komplikasi kehamilan emboli air ketuban di sini.

Apa itu emboli air ketuban?

Emboli air ketuban adalah komplikasi kehamilan di mana air ketuban, sel-sel janin, hingga rambut masuk melalui plasenta rahim ke dalam aliran darah sang ibu. Disebut juga sebagai emboli cairan amnion, komplikasi kehamilan ini bisa terjadi selama kehamilan, pada proses melahirkan baik melalui vagina maupun operasi caesar, hingga segera setelah melahirkan.

Meskipun dinilai sebagai komplikasi langka yang jarang terjadi, emboli air ketuban akan memicu reaksi yang mirip dengan reaksi alergi. Tidak jarang, emboli cairan amnion juga menyebabkan kolaps kardiorespirasi dan perdarahan yang berlebihan.

Melihat hal tersebut, ada baiknya jika kamu memahami kondisi emboli air ketuban secara keseluruhan seperti di bawah ini.

Kondisi medis emboli air ketuban

Sebagai komplikasi kehamilan yang langka, emboli air ketuban masuk dalam kategori komplikasi serius berdampak besar bagi ibu dan janin. Menurut beberapa penelitian, kasus emboli cairan amnion diperkirakan terjadi pada 1 dari 40.000 kehamilan atau 1 hingga 12 dari setiap 100.000 kelahiran.

Emboli air ketuban paling mungkin terjadi karena kerusakan sawar plasenta. Nah, kerusakan yang terjadi karena trauma atau luka akan memengaruhi sistem imun dalam merespon dan melepaskan banyak sel.

Alhasil, kondisi ini akan menyebabkan peradangan dan mengaktifkan pembekuan abnormal di paru-paru dan pembuluh darah sang ibu. Tentu saja, kondisi ini bisa mengakibatkan gangguan yang lebih serius atau dikenal dengan koagulasi intravaskular diseminata (DIC).

Di samping kondisi kesehatan tersebut, masih ada sejumlah faktor penyebab lain yang bisa kamu perhatikan.

Penyebab emboli air ketuban

Sampai saat ini, belum ada penjelasan pasti terkait penyebab terjadinya emboli air ketuban. Beberapa penelitian memang menilai emboli cairan amnion paling mungkin disebabkan oleh kerusakan penghalang plasenta.

Kerusakan ini akan memengaruhi kinerja sistem imun tubuh termasuk memunculkan reaksi alergi. Sayangnya, para ahli sendiri tidak yakin mengapa sistem kekebalan beberapa orang beraksi begitu parah terhadap cairan ketuban yang masuk ke aliran darah.

Di samping itu, ada beberapa faktor penyebab dan risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya emboli air ketuban. Berikut adalah beberapa faktor penyebab atau risiko emboli cairan amnion:

  • Preeklamsia
  • Eklamsia
  • Ibu hamil dan melahirkan pada usia di atas 35 tahun
  • Kelahiran dengan bantuan medis atau induksi persalinan
  • Melahirkan dengan metode operasi caesar
  • Mengalami polihidramnion atau cairan ketuban terlalu banyak
  • Mengandung lebih dari satu janin
  • Kondisi gawat janin atau persediaan oksigen janin yang kurang
  • Masalah atau kelainan plasenta
  • Rahim robek atau ruptur uteri
  • Laserasi serviks atau serviks robek
  • Proses persalinan yang berlangsung cepat dan intens
  • Persalinan dengan bantuan forceps atau vakum

Selain hal-hal di atas, kondisi janin seperti adanya masalah pada janin, kematian janin, serta mengandung bayi laki-laki bisa saja meningkatkan risiko emboli air ketuban. Jika kamu mengalami gangguan ini maka cobalah untuk lebih waspada dengan dampak emboli air ketuban yang berbahaya.

Bahaya emboli air ketuban

Komplikasi kehamilan emboli cairan amnion bisa berujung fatal, terutama karena sulit untuk diprediksi. Reaksi tubuh yang kerap muncul seperti reaksi alergi akan menyebabkan kerusakan organ pada paru-paru dan jantung bahkan membawa kematian otak.

Mulai dari otak, saraf, hingga membawa kematian, berikut adalah sejumlah dampak emboli air ketuban yang berbahaya bagi ibu dan janin:

  • Serangan jantung mendadak
  • Kerusakan jantung sementara hingga permanen
  • Gangguan pernapasan akut
  • Kegagalan pada berbagai organ tubuh
  • Kerusakan saraf secara permanen
  • Kerusakan hingga kematian pada otak
  • Kematian pada ibu atau bayi

Dalam beberapa kasus, gangguan emboli air ketuban menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti kehilangan memori atau masalah neurologis lainnya. Oleh karena itu, pahami sejumlah ciri-ciri emboli cairan amnion agar kamu bisa melakukan pemeriksaan lebih dini.

Ciri-ciri emboli air ketuban

Cukup sulit untuk didiagnosis, gangguan emboli air ketuban sering kali tumpang tindih dengan komplikasi persalinan lainnya. Alhasil, emboli cairan amnion sulit untuk dikenali dan biasanya berakhir dengan kondisi yang cukup parah.

Nah, untuk menghindari situasi tersebut kamu bisa mengenali dan memperhatikan beberapa tanda dari komplikasi cairan ketuban ini. Berikut adalah ciri-ciri emboli air ketuban:

  • Perubahan pernapasan menjadi cepat
  • Mengalami serangan jantung
  • Sesak napas mendadak
  • Perubahan warna kulit
  • Edema paru atau cairan berlebih pada paru-paru
  • Tekanan darah rendah mendadak
  • Jantung gagal memompa darah dengan efektif secara tiba-tiba
  • Masalah pembekuan darah
  • Perubahan keadaan mental terutama kecemasan
  • Mengalami kedinginan atau panas dingin
  • Mual dan muntah-muntah
  • Perubahan ritme jantung menjadi lebih cepat atau sebaliknya
  • Mengalami kejang ataupun koma
  • Pendarahan dari rahim, muncul sayatan, atau lokasi intravena (IV)
  • Pingsan

Tanda-tanda tersebut mungkin saja tidak hanya terjadi pada ibu tetapi juga janin. Si kecil dalam kandungan mungkin saja mengalami perubahan detak jantung ataupun penurunan gerakan di dalam rahim.

Jika kamu mengalami salah satu dari tanda di atas, cobalah konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan perawatan segera.

Cara mencegah emboli air ketuban

Sebagai komplikasi yang sulit diprediksi, emboli cairan amnion adalah kondisi yang tidak bisa dicegah. Jadi, alangkah baiknya jika kamu tidak melewatkan setiap jadwal pemeriksaan yang telah disarankan dokter untuk mengetahui setiap perkembangan dan kondisi tubuh ibu maupun bayi.

Dibarengi dengan memperhatikan setiap ciri, tanda, dan perubahan yang kamu rasakan, kamu bisa berkonsultasi dengan dokter terkait gejala-gejala yang kamu rasakan. Intinya, lakukanlah pemeriksaan rutin dan terbukalah dengan dokter terkait apa saja yang kamu rasakan selama kehamilan.

Penanganan emboli air ketuban

Disesuaikan dengan kondisi setiap pasien, emboli air ketuban diatasi dengan pemberian oksigen hingga obat. Bisa diberikan kepada sang ibu hingga bayi sekalipun, berikut adalah sejumlah penanganan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi emboli air ketuban:

  • Pemberian oksigen tambahan atau ventilator oksigen
  • Transfusi darah, plasma, hingga trombosit
  • Persalinan mendesak
  • Histerektomi
  • Memasukkan kateter atau melakukan kateterisasi jantung
  • Melangsungkan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
  • Pemberian obat-obatan

Setelah persalinan, ibu seringkali memerlukan perawatan yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama daripada ibu tanpa emboli cairan ketuban. Sementara itu, bayi yang sudah dilahirkan akan dibawa ke unit perawatan intensif neonatal (NICU). Tentu saja, hal ini dilakukan untuk observasi dan pemantauan terkait tanda dan perkembangan bayi.

Share artikel ini
Reference