kenali asma pada anak

Saat berbicara tentang penyakit asma, mungkin bayangan yang terlintas di kepalamu adalah asma yang menyerang orang dewasa. Padahal, asma juga bisa menyerang anak-anak, lho! Lalu, apa itu asma pada anak?

Asma pada anak terjadi ketika saluran napas kecil di paru-paru menjadi meradang dan sempit, sehingga menghambat aliran udara.

Ini membuat anak mengalami kesulitan bernapas, napas tersengal-sengal, dan kadang-kadang bisa terdengar suara “ngiik-ngiik”

Nah, bagaimana kita bisa membantu si kecil jika  ia mengalami asma? Pertama-tama, pergilah ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin tes tambahan seperti tes fungsi paru-paru untuk menentukan apakah si kecil benar-benar mengidap asma.

Agar informasi yang kamu dapatkan soal apa itu asma pada anak menjadi lebih jelas, simak informasi berikut ini yuk!

Gejala asma pada anak

gejala asma pada anak

Setiap anak dapat mengalami gejala asma yang berbeda-beda, sehingga membuat diagnosis asma pada anak menjadi sulit.

Meskipun demikian, terdapat beberapa gejala utama yang umumnya muncul saat anak mengalami serangan asma, seperti:

  • Kesulitan bernapas
  • Nafsu makan menurun dan tidak mau menyusu
  • Kulit pucat 
  • Kuku dan bibir kebiruan
  • Lemas dan tidak aktif serta terlihat kurang bertenaga
  • Sering batuk saat beraktivitas
  • Otot dada dan leher tampak tertarik saat bernapas atau hidung kembang kempis ketika bernapas
  • Rewel

Jika gejala-gejala di atas terjadi, segera bawa anak ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat.

8 Makanan Tepat untuk Penderita Asma, Cek Di Sini!

Obat asma anak

jenis obat asma

Ada beberapa jenis obat asma anak yang biasanya digunakan untuk jangka pendek, seperti:

1. Bronkodilator

Gejala asma anak bisa muncul dan hilang, dan ini dapat diatasi dengan penggunaan bronkodilator. Obat ini merupakan jenis obat yang berfungsi untuk membuka saluran bronkus agar anak dapat bernapas dengan lebih mudah.

Bronkodilator umumnya disarankan untuk diminum sebelum anak memulai aktivitas fisik, seperti olahraga, agar serangan asma tidak terjadi dan tidak mengganggu kegiatan anak. 

2. Kortikosteroid oral atau cairan

Obat kortikosteroid tidak hanya tersedia dalam bentuk yang dihirup, tetapi juga dalam bentuk tablet yang dapat diminum secara langsung atau cairan yang disuntikkan ke pembuluh darah.

Namun, penggunaan obat kortikosteroid oral ini biasanya dibatasi hanya selama 1-2 minggu, karena penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan efek samping yang serius.

Obat Asma untuk Ibu Hamil yang Aman Harus Diawasi Dokter, lho!

3. Kortikosteroid inhalasi

Kortikosteroid inhalasi adalah jenis obat antiradang yang tersedia dalam bentuk semprotan atau bubuk untuk membantu meredakan gejala asma pada anak.

Obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter dan biasanya diberikan kepada anak di bawah usia 5 tahun.

Pada bayi dan anak kecil, kortikosteroid inhalasi biasanya diberikan melalui nebulizer dengan menggunakan masker wajah.

Dibandingkan dengan penggunaan inhaler, nebulizer menghasilkan uap yang lebih halus, sehingga obat lebih cepat diserap oleh paru-paru dan mencapai target yang diinginkan.

4. Leukotriene modifiers

Obat asma yang satu ini berperan dalam melawan leukotrien atau substansi yang diproduksi oleh sel darah putih yang menghambat aliran udara di paru-paru.

Obat ini umumnya tersedia dalam bentuk tablet kunyah untuk anak usia 2-6 tahun dan juga dalam bentuk serbuk untuk anak di bawah 1 tahun.

Penggunaan obat ini biasanya dipertimbangkan jika penggunaan kortikosteroid inhalasi tidak mampu mengendalikan gejala asma dengan baik. 

Kapan Hari Asma Sedunia? Ini Sejarah Pentingnya!

5. Long-acting beta 2 agonist

Long-acting beta 2 agonist merupakan salah satu jenis obat asma untuk anak yang digunakan sebagai bagian dari terapi dengan kortikosteroid.

Obat ini disebut “long-acting” karena efeknya dapat bertahan hingga 12 jam untuk melegakan saluran udara, namun tidak mengobati peradangan di saluran udara itu sendiri.

Nah, sebelum memutuskan mana obat yang tepat untuk digunakan, tentu kamu harus konsultasi dulu dengan dokter. Biar dokter yang memutuskan metode pengobatan apa yang tepat sesuai kondisi kesehatan anak.


Penulis: Hutri Cika Agustina Berutu

Share artikel ini
Reference